Liputan6.com, Jakarta - 5G diprediksi bakal menjangkau lebih dari 40 persen populasi global. Bahkan, jumlah pelanggan 5G akan mencapai 1,5 miliar dan membuat mobile broadband meningkat pada akhir tahun 2024.
Temuan menarik ini, disampaikan Ericsson dalam laporan bertajuk Mobility Report. Laporan juga menyebut kunci utama untuk peluncuran teknologi 5G termasuk peningkatan kapasitas jaringan, biaya per gigabyte yang lebih rendah dan persyaratan penggunaan baru.
Adapun pemanfaatan NB-IoT (Narrowband-Internet of Things), teknologi standar berdaya rendah yang mampu menjangkau area yang luas, memungkinkan berbagai penyelenggaraan perangkat dan layanan IoT, dan teknologi Cat-M1, teknologi selular baru yang dirancang khusus untuk kebutuhan aplikasi terkait komunikasi IoT.
Advertisement
Baca Juga
Hal tersebut akan mendorong pertumbuhan koneksiselular IoTÂ di seluruh dunia. Dari perkiraan koneksi selular IoT 4,1 miliar pada 2024, 2,7 miliar di antaranya diperkirakan akan berasal dari Asia Timur Laut (Tiongkok, Jepang, Mongolia, Korea Utara dan Korea Selatan).
Beberapa persyaratan soal penyelenggaraan teknologi 5G yang juga terus berevolusi akhirnya mendorong penyedia layanan untuk mulai menggunakan NB-IoT dan Cat-M1 di pasar mereka.
"Seiring dengan terselenggaranya 5G di pasar, ketersediaan jangkauan dan pemanfaatan teknologi ini diperkirakan akan lebih cepat dibanding teknologi generasi sebelumnya. Bersamaan dengan itu, pertumbuhan IoT selular juga semakin kuat. Apa yang kita lihat saat ini baru awal dari perubahan fundamental yang akan memberikan dampak signifikan pada konsumen dan industri," kata Fredrik Jejdling, Executive Vice President dan Head of Business Area Networks.
"5G menjanjikan kemampuan baru yang akan berdampak pada kehidupan masyarakat dan mengubah bagaimana industri dijalankan. Namun, perlu diingat bahwa perubahan ini hanya akan terjadi melalui kerjasama antara para pelaku industri dan pengatur kebijakan terkait berbagai aspek seperti pengadaan spektrum, standar, dan teknologi," ujar Jerry Soper, President Director of Ericsson Indonesia, pada kesempatan yang sama.
Layanan Data Seluler Tumbuh 79 Persen
Sementara, jumlah pelanggan seluler pada Q3 2018 lalu mencapai 7,9 miliar, dengan penambahan pelanggan baru sebesar 120 juta.
Tiongkok memiliki penambahan bersih paling banyak (+37 juta), diikuti oleh India (+31 juta) dan Indonesia (+13 juta).
Dan pada Q3 2018, pertumbuhan trafik layanan data mendekati 79 persen dari tahun ke tahun. Pertumbuhan tersebut merupakan pertumbuhan tertinggi sejak 2013.
Antara 2018–2024, total trafik layanan data secara global diharapkan naik 5 kali lipat, dengan jaringan 5G diperkirakan akan memberikan kontribusi sebesar 25 persen dari total trafik data pada akhir periode.
Di Asia Tenggara dan Oceania (tidak termasuk India dan Tiongkok), WCDMA dan HSPA masih menjadi teknologi yang dominan, yaitu mewakili 48 persen dari keseluruhan pelanggan data seluler.
Namun, langganan LTE tumbuh 70 persen selama 2018 dan mewakili pangsa pasar sebesar 26 persen.
Dengan demikian, pertumbuhan LTE diperkirakan akan terus meningkat hingga mencapai 63 persen dari keseluruhan langganan pada tahun 2024 di wilayah tersebut.
Advertisement
Pertumbuhan Trafik Layanan Data
Pertumbuhan trafik layanan data pada setiap smartphone aktif (GB per bulan) di wilayah ini juga akan semakin kuat, dari 3,8 GB setiap bulannya diiperkirakan akan menjadi 19 GB setiap bulannya pada tahun 2024.Â
Menurut data analisis Ericsson dari App Annie 2018, rata-rata konsumsi data seluler per bulan di Indonesia menunjukkan peningkatan.
Persentase pengguna yang mengonsumsi lebih dari 10GB data per bulan telah meningkat dari 12 persen pada Oktober 2017, menjadi 26,8 persen pada Oktober 2018.
Peningkatan terbesar konsumsi data seluler adalah pada penggunaan aplikasi media sosial seperti WhatsApp (+153 persen), Youtube (+111 persen), Instagram (+41 persen), dan Facebook (30 persen).
Selain lebih banyak penggunaan, konten video juga merupakan pendorong utama konsumsi data di Indonesia.
(Jek/Isk)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: