Liputan6.com, Jakarta - E-Commerce adalah salah satu topik yang paling populer dibicarakan orang Indonesia di sepanjang 2018.
Wajar saja ranah e-Commerce di Indonesia semakin bergairan, mengingat banyak kejadian penting yang berkaitan dengan e-Commerce. Mulai dari kedatangan Jack Ma ke Indonesia, hingga potensi menjanjikan sejumlah pemain e-commerce lokal berlabel unicorn.
Advertisement
Baca Juga
Menjelang penutupan tahun, iPrice kembali mengungkap tren pelaku e-Commerce terpopuler di Indonesia serta di regional yang lebih luas.
Adapun tren yang diamati meliputi penetrasi yang paling menarik perhatian, maupun tren kompetisi yang terjadi di tengah industri ini.
Dalam hal tersebut, iPrice mengalisis jumlah total kunjungan desktop dan mobile web dari 60 platform e-Commerce Asia Tenggara menggunakan data dari SimilarWeb dan Google Trends.
Untuk lebih lengkap, kamu juga bisa langsung mengecek detailnya di tautan berikut ini.
Ekonomi Digital di Indonesia Tumbuh Pesat
Akselerasi pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia adalah yang terdepan di Asia Tenggara.
Berdasarkan laporan Google Temasek, ada perputaran uang sebesar US$ 27miliar dari aktivitas ekonomi digital di Indonesia sepanjang 2018.
Pertumbuhan tersebut meningkat pesat hingga 49 persen sejak tahun 2015. Selain karena didukung oleh geografis pasar yang begitu luas, para penduduk Indonesia juga perlahan menjadikan internet sebagai penopang aktivitas sehari-hari mereka. Dari transportasi hingga aktivitas belanja online.
Adapun 2018 sendiri sejauh ini menjadi periode terbaik untuk berbelanja online. Para pemain e-Commerce berlomba-lomba memanjakan pelanggan dengan beragam festival belanja yang diklaim penuh diskon dan cashback.
Sedikitnya, ada enam agenda festival belanja online digelar di Indonesia sepanjang tahun ini.
Agenda jualan semacam ini dipercaya mampu menarik jumlah transaksi yang masif.
Contohnya, Harbolnas yang baru berlalu mampu mencatatkan transaksi hingga Rp6,8 triliun hanya dalam dua hari gelarannya.
Advertisement
e-Commerce Lokal Ketimbang Regional
Sementara, kepercayaan Softbank pada Tokopedia dalam bentuk investasi sebesar US$ 1,1miliar baru-baru ini terjalin bukan tanpa sebab.
Performa perusahaan rintisan yang dipimpin William Tanuwijaya ini begitu mendominasi pasar e-Commerce tanah air sepanjang 2018.
Menurut data SimilarWeb, jumlah kunjungan di situs Tokopedia selalu berada di atas situs e-Commerce lain setiap bulannya. Kunjungan tertinggi Tokopedia terjadi pada September yang mencapai 169 juta pengunjung. Jumlah ini meningkat 123 persen dari kunjungan awal tahun 2018.
Tokopedia bahkan mampu mendominasi musim belanja besar di Indonesia, seperti periode Ramadan.
Selain Tokopedia, orang Indonesia juga gemar menggunakan Bukalapak sebagai tempat berbelanja online. Sejak diumumkan sebagai salah satu unicorn dalam industri ini, jumlah pengunjung desktop dan mobile web di situs e-Commerce lokal ini senantiasa menanjak dari bulan ke bulan.
Adapun jumlah kunjungan tertinggi Bukalapak terjadi pada bulan November dengan angka 120.580.100 kunjungan.
Jika dibandingkan dengan catatan pengunjung desktop dan mobile web mereka di bulan Januari lalu, Bukalapak mampu membukukan margin hingga 69.244.100 kunjungan, alias meningkat 135 persen.
Penetrasi positif Bukalapak mampu menyalip Lazada yang sebelumnya ada di posisi 2 sebagai e-Commerce dengan jumlah pengunjung desktop dan mobile web terbanyak di Indonesia.
Lazada Lesu
Lazada sendiri menjadi e-Commerce terpopuler di Asia Tenggara karena menguasai 25 persen pangsa pasar lebih banyak dibandingkan e-Commerce lain di regional.
Hanya saja, 2018 agaknya bukan periode yang memuaskan bagi Lazada di Indonesia.
Kunjungan konsumen dalam negeri ke situs Lazada Indonesia melalui desktop dan mobile web tergolong fluktuatif sepanjang 11 bulan belakangan.
Padahal, penetrasi e-Commerce ini tampak menjanjikan di awal tahun berkat akuisisi dan kucuran dana US$ 2miliar dari Alibaba pada bulan Maret.
Lazada juga berjaya menangguk 85 juta kunjungan desktop dan mobile web ketika menggelar Lazada Birthday Fest satu bulan kemudian.
Tapi, pada pertengahan tahun kunjungan di situs e-commerce ini menurun hingga titik terendah 33 jutaan pengunjung. Kedatangan Jack Ma ke Indonesia di pertengahan tahun nyatanya juga tidak mampu mendongkrak ketertarikan orang-orang untuk berinteraksi lebih banyak di Lazada.
Menurunnya kunjungan di situs Lazada semakin tampak terlihat jika dibandingkan dengan jumlah pengunjung desktop dan mobile web yang berhasil dikumpulkan Shopee sepanjang tahun ini.
Jika menengok kembali performa Shopee pada awal 2018, e-Commerce ini meningkat hampir 3x lipat, mampu menepis jarak dengan Lazada yang ada di peringkat tiga besar.
(Jek/Isk)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Advertisement