Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) mengungkap dua hoaks yang disebarkan melalui media sosial dan SMS. Hoaks itu mengenai alat deteksi letusan gunung dan bencana akhir tahun.
Melalui hasil penelusuran mesin AIS Direktorat Pengendalian Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Kemkominfo, hoaks ini ditemukan usai peristiwa tsunami di Pantai Barat Provinsi Banten dan Lampung Selatan pada 22 Desember 2018 pukul 21.27 WIB.
Advertisement
Baca Juga
Adapun hoaks terkait alat deteksi letusan gunung yang beredar di media sosial menampilkan sebuah alat di Desa Selat Duda yang disebut dapat mendeteksi letusan gunung dalam kurun waktu dua jam sebelum meletus.
Namun, berita itu dibantah oleh Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho.
Menurut Sutopo, alat tersebut sebenarnya memberi peringatan dini saat ada bahaya dari letusan Gunung Agung dan tidak dapat digunakan untuk mendeteksi letusan gunung.
"Cara kerja alat itu mirip dengan sirine tsunami, namun alat ini dapat dibawa ke mana saja," tuturnya dalam keterangan resmi yang diterima Tekno Liputan6.com, Minggu (23/12/2018).
Selain mesin deteksi gunung berapi, ada pula hoaks SMS mengenai bencana akhir tahun.
Jadi, beredar SMS dari nomor +6281803016426 yang menyampaikan agar warga Indonesia berjaga-jaga mulai tanggal 21 sampai akhir bulan Desember 2018 karena akan terjadi bencana. Dalam pesannya, pengirim mengaku pesan itu disampaikan anggota BMKG.
"BMKG menyebutkan pesan tersebut dikirimkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Warga dipersilahkan melanjutkan aktivitasnya seperti biasa sambil tetap mengecek informasi cuaca selama libur Natal dan Tahun Baru," tulis akun resmi BMKG membantah berita tersebut.
Oleh sebab itu, Kemkominfo turut mengimbau agar pengguna internet dan media sosial tidak menyebarkan hoaks atau informasi yang tidak bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Apabila ditemukan informasi yang tidak benar, pengguna internet dan media sosial dapat segera melaporkan ke aduankonten.id atau lewat akun twitter @aduankonten.
Â
Tsunami Tidak Dipicu Gempa Bumi
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan peristiwa tsunami di Selat Sunda pada Sabtu malam (22/12/2018), sekitar pukul 21.27 WIB, tidak dipicu oleh gempa bumi.
Menurut Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, tsunami yang terjadi di Selat Sunda tersebut diakibatkan dari erupsi Gunung Anak Krakatau.
"Ada indikasi yang terjadi memang pada hari yang sama, gelombang tinggi erupsi gunung itu mengakibatkan tsunami," ungkapnya dalam jumpa pers, di Jakarta, Minggu (22/12/2018).
BMKG akan mengecek langsung ke lokasi kejadian untuk mencari tahu secara pasti penyebab tsunami yang dirasakan di wilayah Banten dan Lampung. "Energinya cukup kuat. Paling penting tetap tentang, jangan berada di Pantai Selat Sunda," tuturnya.
Berdasarkan hasil pengamatan tidegauge (sementara) BMKG, didapatkan data sebagai berikut terkait tsunami di Banten dan Lampung:
a. Tidegauge Serang di pantai Jambu, desa Bulakan, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang: tercatat pukul 21.27 WIB ketinggian 0,9mb.
b. Tidegauge Banten di pelabuhan Ciwandan, Kecamatan Ciwandan: tercatat pukul 21.33 WIB ketinggian 0,35mc.
c. Tidegauge Kota Agung di Desa Kota Agung, Kecamatan Kota Agung, Lampung: tercatat pukul 21.35 WIB ketinggian 0,36md.
d. Tidegauge pelabuhan Panjang, Kecamtan Panjang Kota Bandar Lampung: tercatat pukul 21.53 WIB ketinggian 0,28m
"Masyarakat diimbau agar tetap tentang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
"Masyarakat juga diimbau untuk tetap menjauh dari pantai perairan Selat Sunda hingga ada perkembangan informasi dari BMKG dan Badan Geologi," jelas Dwikorita.
(Dam/Jek)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:Â
Advertisement