Sukses

Pembangunan 5.000 BTS BAKTI di 2019 Bakal Terkendala Dana USO

5.000 BTS BAKTI itu rencananya akan paling banyak dibangun di Kalimantan, selanjutnya di Sulawesi, Sumatera, dan Papua.

Liputan6.com, Morotai - Selain mengerjakan proyek tulang punggung jaringan pita lebar (broadband) Palapa Ring, Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) juga memiliki mandat untuk membangun akses internet (WiFi di tempat umum) dan BTS di di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T).

Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan sejak 2015, BAKTI telah membangun lebih dari 4.000 BTS di tempat yang tidak akan dibangun oleh operator telekomunikasi.

"Operator nggak akan bangun di tempat-tempat yang dibangun BAKTI, karena rugi," kata Rudiantara saat ditemui di Daruba, Kabupaten Pulau Morotai, Rabu (2/1/2019).

BAKTI, kata Menkominfo, kedepannya juga akan terus membangun jaringan komunikasi untuk daerah-daerah 3T di Indonesia yang tak dijangkau oleh swasta karena tak menguntungkan secara bisnis.

Direktur Infrastruktur BAKTI Bambang Nugroho ditemui di tempat yang sama mengatakan, di tahun 2019, BAKTI memiliki target untuk membangun 5.000 BTS di daerah 3T.

Kendati demikian, untuk membangun sebanyak 5.000 BTS di daerah 3T yang aksesnya sulit, BAKTI perlu mengkaji kecukupan dana USO (universal service obligation).

Pasalnya, berdasarkan Permenkominfo No 17 tahun 2016, besaran pungutan dana USO dari penyelenggara telekomunikasi sebesar 1,25 persen dari pendapatan kotor. Merdeka.com melaporkan, dana USO yang didapatkan tahun ini sebesar Rp 2,5 triliun.

 

2 dari 3 halaman

Terkendala Budget dari Dana USO

Ilustrasi BTS (ittelecomdigest.com)

"Pada 2018, target BTS USO itu ada 320, dan pencapaiannya sekarang 908. Tahun 2019 targetnya ditingkatkan menjadi 5.000, namun kami tengah mengkaji budget USO, karena kami ada area yang sedang dikembangkan," kata pria yang karib disapa Nugie ini.

Apalagi, menurut Nugie, saat ini kebutuhan akan akses internet sangat besar di berbagai daerah. "Kendala di budget, biayanya (untuk membangun BTS) nggak kecil," tuturnya.

Sekadar informasi, ke-5.000 BTS BAKTI itu rencananya akan paling banyak dibangun di Kalimantan, selanjutnya di Sulawesi, Sumatera, dan Papua.

Karena dana USO jumlahnya terbatas, kemungkinan setelah dikaji, BAKTI baru bisa membangun 160-an BTS.

"Ada 160an akan dibangun, desa yang harus dikover ada 5.000an, tapi semua dikaji terhadap anggaran yang harus dikeluarkan, karena kalau secara hitung-hitungan, USO nggak cukup," ucapnya.

 

3 dari 3 halaman

BTS 4G Lebih Mahal

Ilustrasi BTS. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat

Dia menambahkan, jika ada tambahan dana, kemungkinan BAKTI bisa membangun lebih banyak. Sementara, BTS USO yang akan dibangun adalah BTS 2G dan 4G.

"BTS yang akan dibangun adalah BTS 2G dan 4G, namun untuk 4G pasti lebih mahal biayanya," katanya.

Untuk itu, BAKTI akan membangun BTS sesuai dengan kebutuhan daerah-daerah. "Misalnya kalau kebutuhan kecil, untuk bisa upgrade ke 4G kan butuh biaya. Biaya upgrade ke 4G-nya sebenarnya nggak terlalu mahal, yang mahal adalah layanan transmisi VSAT (transmisi satelit)," tutur Nugie.

Lebih lanjut, dia menyebutkan, untuk BTS 2G, kebutuhan datanya hanya 512Kbps, sementara untuk 4G butuh 4Mbps, sehingga peningkatan yang harus dipenuhi jika upgrade ke 4G cukup banyak. Inilah yang membuat proses upgrade BTS 2G ke 4G menjadi lebih mahal.

"Jadi kami bangun tergantung permintaan dari desa-desa. Dari permintaan itu pula, tidak semua dikabulkan, tetapi dikaji secara case by case," katanya.

Untuk itu di tahun 2019 ini, BAKTI bakal meneruskan layanan yang sudah ada, yakni 908 BTS yang sudah dibangun.

"908 site itu harus di-maintain, rencananya akan monitor, kontrol, dan bangun di internal monitoring sistem untuk melihat layanan yang sudah berjalan ini sesuai dengan SLA target," katanya.

(Tin/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini :