Sukses

Bisnis Samsung Diprediksi Tertekan Perlambatan Ekonomi Tiongkok

Setelah Apple, bisnis Samsung diprediksi ikut tertekan perlambatan perekonomian di Tiongkok.

Liputan6.com, Jakarta - Samsung Electronics diperkirakan akan membukukan penurunan laba operasional triwulan untuk pertama kalinya dalam dua tahun.

Hal ini disebabkan perlambatan ekonomi Tiongkok yang merupakan pasar kunci bagi Samsung, telah melemahkan permintaan terhadap produk-produknya.

Dilansir Reuters, Senin (7/1/2018), hasil suram raksasa teknologi asal Korea Selatan (Korsel) itu menambah kekhawatiran investor setelah rival terbesarnya, Apple, memangkas proyeksi pendapatan karena melambatnya penjualan hardware di Tiongkok.

Samsung yang akan mempublikaskan hasil kuartal ke empat pada 8 Januari 2019, diprediksi akan mengalami penurunan laba operasional 12 persen year-on-year menjadi 13,3 triliun won atau berkisar US$ 11,85 miliar, berdasarkan data I/B/E/S dari Refinitiv.

"Permintaan yang melemah di Tiongkok akan semakin menurunkan penjualan chip Samsung di sana. Pasar smartphone Tiongkok secara keseluruhan mengalami tekanan dan menurunan, yang akan memengaruhi tidak hanya Apple, tapi juga Samsung," ungkap analis senior di HI Investment & Securities, Song Myun-sup.

Pendapatan Samsung diprediksi akan turun 5 persen karena melemahnya pengapalan chip memori.

Samsung pada Oktober lalu telah memangkas capex 2018, dan menyebut dua tahun masa keemasan memori chip telah berakhir dengan melambatnya pasar smartphone global.

Tantangan pun terus berlanjut pada kuartal IV 2018. Berdasarkan data Counterpoint Research, penjualan secara keseluruhan di Tiongkok yang merupakan pasar smartphone terbesar di dunia, turun 8 persen pada tiga bulan sebelumnya.

2 dari 3 halaman

Tiongkok adalah Kunci

Bisnis smartphone Samsung kian terancam mengingat laba yang diprediksi mengalami penurunan pada kuartal IV 2018.

"Anda lihat, Apple sudah kehilangan penjualan di Tiongkok, Samsung juga akan demikian. Berapa lama melemahnya pasar ponsel Tiongkok akan menjadi kunci," tutur Fund Manager di HDC Asset Management, Park Jung-hoon. HDC Asset Management memiliki saham di Samsung.

Sejumlah analis mengatakan, tekanan terhadap bisnis Apple dan Samsung mengindikasikan masa depan yag lebih sulit bagi bisnis global.

Hal ini disebabkan pertumbuhan yang "suram" di Tiongkok, serta diperburuk oleh perang dagang negara tersebut dan Amerika Serikat (AS).

Ekspor semiconductor Korsel ke Tiongkok mengalami penurunan untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua tahun terakhir pada Desember 2018.

Tiongkok adalah pasar utama bagi produsen chip Korsel yang dipimpin oleh Samsung dan rivalnya SK Hynix, yang mengekspor sekitar 41 persen dari produk mereka ke negara tersebut antara Januari dan November 2018.

3 dari 3 halaman

Penjualan di Tiongkok Lesu, Apple Pangkas Proyeksi Pendapatan

Apple belum lama ini mengumumkan pemangkasan proyeksi pendapatannya untuk kuartal I tahun fiskal 2019, yang berakhir pada 29 Desember 2018.

Proyeksi pendapatan dipangkas menjadi US$ 84 miliar, dari awalnya berkisar antara US$ 89 miliar dan US$ 93 miliar.

Dikutip dari The Wall Street Journal, Jumat (4/1/2019), CEO Apple Tim Cook, dalam keterangannya menyebut melemahnya penjualan iPhone di Tiongkok sebagai pemicu penurunan proyeksi pendapatan tersebut. Hal ini sekaligus langkah yang tidak biasa, karena merupakan kali pertama Apple memangkas proyeksi pendapatan dalam 15 tahun terakhir.

Langkah Apple ini dinilai menimbulkan kekhawatiran tentang prospek perusahaan di Tiongkok, yang merupakan pasar smartphone terbesar di dunia. Hampir 20 persen penjualan Apple berasal dari Tiongkok.

"Pendapatan iPhone yang lebih rendah daripada prediksi, khususnya di Tiongkok, menyebabkan penurunan semua pendapatan kami," tulis Cook dalam suratnya kepada para investor.

Mengutip laporan dari Reuters, Cook menegaskan tidak ada pengaruh pemerintah Tiongkok dalam masalah ini, meski mungkin ada sejumlah konsumen yang tidak memilih iPhone atau perangkat Apple lainnya karena merupakan produk perusahaan AS.

AS dan Tiongkok saat ini sedang terlibat dalam perang dagang. Perselisihan kedua negara semakin ditambah dengan penangkapan salah satu petinggi Huawei beberapa waktu lalu.

"Masalah yang jauh lebih besar adalah melemahnya ekonomi Tiongkok, dan tensi perdagangan juga semakin menekan," tutur Cook.

Cook juga menyoroti tantangan perusahaan di sejumlah pasar berkembang utama. Namun, memang Tiongkok memberikan dampak besar.

"Faktanya, sebagian besar kekurangan pendapatan merujuk pada kinerja kami, dan lebih dari 100 persen penurunan pendapatan global year-over-year, terjadi di Tiongkok, mencakup iPhone, Mac, dan iPad," ungkapnya.

(Din/Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: