Liputan6.com, Jakarta - Sebagian besar karyawan Facebook tak bisa menggunakan aplikasi internalnya sendiri pada perangkat iOS.
Hal itu merupakan buntut dari aplikasi yang mengatasnamakan Facebook Research yang telah memata-matai perilaku pengguna smartphone.
Advertisement
Baca Juga
Facebook secara diam-diam menjalankan aplikasi tersebut untuk melacak aktivitas pengguna dengan memberikan imbalan kompensasi sejumlah uang.
Dilansir dari The Verge pada Kamis (31/1/2019), seharusnya aplikasi tersebut hanya diperuntukkan untuk karyawan Facebook saja. Namun, mereka malah mendistribusikannya di luar App Store kepada publik.
"Saya dapat mengonfirmasi bahwa hal ini memengaruhi aplikasi internal kami," kata juru bicara Facebook.
Apple pun telah mencabut sertifikat pengamanan Facebook yang mengakibatkan aplikasi Facebook berhenti bekerja pada iPhone milik karyawan. Adapun sejumlah aplikasi lainnya seperti Messenger dan Instagram, tidak dapat dibuka.
Sementara itu, penghapusan sertifikat keamanan tersebut tidak memengaruhi kemampuan publik untuk mengunduh dan menggunakan aplikasi Facebook pada perangkat iOS.
Sebelumnya, Apple dan Facebook saling sindir menyindir terkait privasi. Tetapi, ini pertama kalinya bagi Apple mengambil langkah tegas untuk menghentikan beberapa aktivitas Facebook.
Maret 2018, CEO Apple, Tim Cook sempat mengkritik Facebook dalam kasus Cambridge Analytica. Ia mengatakan bahwa tidak akan berada di situasi tersebut bila Cook yang menjalankan perusahaan.
Facebook Dipanggil Senat AS Lagi
Â
Hal inipun jadi perhatian senator di Amerika Serikat. Mengutip laman Business Insider Singapore, Kamis (31/1/2019), sejumlah senator bahkan melayangkan surat panggilan kepada perusahaan atau meminta Facebook memberi penjelasan kepada publik terkait masalah aplikasi yang memata-matai ini.
"Saya sangat peduli terhadap bagaimana pengguna tidak diberikan informasi secara benar mengenai metode pengumpulan data serta tujuan komersialisasi data-data yang dikumpulkan ini," ujar Senator Mark Warner dalam suratnya kepada bos Facebook Mark Zuckerberg.
"Facebook kurang transparan terhadap penggunanya, itu membuat kami frustasi," tutur Warner.
Senada, Senator Richard Blumental mengatakan, "menyadap remaja bukanlah bentuk penelitian, ini seharusnya tidak diizinkan. Hal tersebut merupakan contoh mengejutkan dari pengabaian Facebook atas privasi data dan keinginan untuk terlibat dalam perilaku anti-persaingan."
Kemudian, dirinya menyebut, Zuckerberg obral janji palsu dan meminta kepada Komisi Perdagangan Federal yang kini tengah menginvestigasi Facebook untuk memasukkan Onavo sebagai bahan penyelidikannya.
Advertisement
Lacak Aktivitas Pengguna
Sebelumnya, dilaporkan oleh TechCrunch, Facebook memiliki sebuah program pemberian kartu hadiah senilai US$ 20 kepada para remaja.
Sebagai gantinya, Facebook meminta mereka untuk menginstal aplikasi VPN yang rupanya justru melacak aktivitas penggunanya.
Aplikasi yang dimaksud bernama Facebook Research. Aplikasi ini mirip dengan aplikasi VPN bernama Onavo yang mengumpulkan data pengguna.
Menurut ahli keamanan Will Strafach, Apple telah memblokir aplikasi Onavo dari toko aplikasi App Store karena pelanggaran terhadap kebijakan privasi.
Setelah kabar ini terkuak, aplikasi yang mulanya berkedok sebagai aplikasi Facebook Research ini langsung ditarik dari App Store.
Meski begitu, sampai saat ini pengguna Android masih bisa memasangnya di perangkat mereka.
TechCrunch melaporkan, Facebook telah membayar anak muda berusia 13-35 tahun untuk memasang aplikasi ini di perangkat mereka.
Tanpa sadar, setelah terinstal di perangkat, aplikasi memonitor seluruh aktivitas telepon dan internetan penggunanya.
Parahnya, aplikasi ini mengirimkan data tersebut ke Facebook dengan dalih untuk riset.
Ini bukan pertama kalinya perusahaan medsos ini mengumpulkan data penggunanya.
(Surya Handika R/Jek)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: