Sukses

Jelang Pilpres 2019, Waspada Kejahatan Siber Mengintai

Hakikat kejahatan siber adalah ingin mencuri perhatian masyarakat, terutama saat berlangsungnya event-event besar seperti contohnya Pilpres.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia akan mengadakan hajatan besar pada April mendatang, yakni gelaran acara 5 tahunan alias pemilihan umum (Pemilu). Pemilu ini termasuk juga pemilihan presiden (Pilpres) untuk periode 5 tahun mendatang.

Tak menutup kemungkinan, event besar seperti ini bakal menjadi tujuan para penjahat siber.

Hal tersebut pun diamini oleh Dony Koesmandarin, Territory Channel Manager Kaspersky Lab Asia Pasifik untuk Indonesia.

Menurutnya, hakikat kejahatan siber adalah ingin mencuri perhatian masyarakat, terutama saat berlangsungnya event-event besar seperti contohnya Pilpres.

Di beberapa negara pun demikian. Saat event besar seperti itu, menjadi perhatian kejahatan siber.

"Karena event ini ditunggu semua orang. Hampir di seluruh negara juga sama. Semua event-event besar itu riskan menjadi target kejahatan siber," jelas Dony.

Oleh sebab itu, kata dia, hal ini perlu menjadi perhatian bagi semua orang. Tidak hanya pemerintah saja, tetapi juga masyarakat Indonesia.

"Jadi kemungkinan terjadi ada. Tetapi kita juga tidak tahu pastinya seperti apa. Yang jelas, tipikal penjahat siber adalah mencari perhatian di setiap event-event besar. Intinya, kita juga harus tetap mewaspadai soal ini," ungkapnya. 

2 dari 3 halaman

BSSN: Serangan Siber Terus Meningkat Jelang Pemilu 2019

Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Djoko Setiadi mengatakan, serangan siber meningkat akhir-akhir ini dan harus diantisipasi peningkatannya jelang pelaksanaan Pemilu 2019.

"Dari Januari hingga Oktober 2018, BSSN mendeteksi 207,9 juta serangan trojan dan 36 juta aktivitas malware yang paling banyak menyerang domain ac.id, co.id, dan go.id," ujar Djoko, seperti dilansir Antara, Kamis (13/12/2018).

Sebelumnya, BSSN melaporkan telah terjadi 143,6 juta serangan siber sepanjang Januari hingga Juni 2018. Kini jumlahnya terus meningkat.

Menurut Djoko, dalam 10 bulan terakhir serangan siber terus meningkat. Oleh karena itu perlu diantisipasi.

"Selain itu juga terdapat 2.363 pengaduan publik dengan persentase 61 persen berupa fraud (gangguan)," ucapnya.

3 dari 3 halaman

Terus Berkembang Pesat

(Menurut Djoko, potensi ancaman serangan siber terus berkembang semakin pesat, bahkan lebih cepat dari perkembangan teknologi dan kemampuan antisipasinya.

Hal itu, kata dia, berisiko mengakibatkan krisis di segala bidang dengan skala penyebaran massif.

"Dibutuhkan kolaborasi dan sinergi berbagai pemangku kepentingan keamanan siber nasional untuk membangun kepercayaan, kapabilitas dan mekanisme koordinasi yang cepat dalam mendeteksi ancaman serangan siber sehingga ancaman dan serangan dapat ditangani dengan baik dan tidak meluas," papar Djoko.

Reporter: Fauzan Jamaludin

Sumber: Merdeka.com

(Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: