Liputan6.com, Jakarta - Banyak generasi milenial yang tak menyadari kalau sebenarnya mereka sudah kecanduan media sosial. Beberapa penelitian bahkan mengaitkan hal ini dengan narkoba.
Orang yang kecanduan media sosial juga diajukan untuk masuk daftar Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental, namun hingga kini masih diperdebatkan.
Advertisement
Baca Juga
Mengutip laman Medical Daily, kecanduan media sosial sendiri bisa diparalelkan dengan kecanduan narkoba karena keserupaannya: ketergantungan terhadap sebuah sumber kesenangan tertentu, begitu parah hingga kita merasa 'sakit' jika tidak mendapatkannya.
Para psikolog telah mencatat bagaimana Like, komentar, atau follower baru di akun jejaring sosial bisa memicu riliskan hormon dopamin, mirip ketika kita mengonsumsi opioid.
Dengan kata lain, notifikasi di smartphone kita secara tak disadari membuat kita senang karena otak merespons seakan kita mendapatkan hadiah.
Profesor psikologi di Universitas Stanford menyebut bahwa manusia adalah "hewan sosial" sehingga interaksi adalah hal utama bagi kehidupan manusia.
Â
Apakah Riset Ini Berlebihan
Oleh karena itu, jalur otak yang diaktifkan media sosial memang sama dengan narkoba seperti kokain. Namun perlu diketahui bahwa hal tersebut cenderung bermanfaat jika sosialisasi disikapi dengan positif.
Meski demikian, mungkin menyamakan antara kecanduan media sosial dengan kecanduan narkoba terasa berlebihan meskipun memiliki jalur yang sama.
Namun perlu disadari, bahwa kecanduan media sosial harus disikapi lebih jika ada perubahan negatif dalam perilaku, dan secara konsisten mengganggu kegiatan yang tidak produktif.
Reporter: Indra Cahya
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Advertisement