Sukses

4 Penemuan Terbaru NASA yang Mengejutkan

Temuan tersebut didasarkan dari data dari teleskop Kepler milik NASA, yang sudah tidak beroperasi sejak Oktober lalu.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) beserta ilmuwan antariksa lainnya sering mengadakan penemuan ilmiah di antariksa yang menakjubkan.

Penemuan NASA yang paling mencengangkan belum lama ini, adalah benda langit yang mirip Bumi dengan kandungan air dan potensi hidup manusia.

Temuan tersebut didasarkan dari data dari teleskop Kepler milik NASA, yang sudah tidak beroperasi sejak Oktober lalu.

Tak hanya itu saja, NASA dan ilmuwan lain juga mengungkap beberapa temuan baru dari luar angkasa. Berikut temuan-temuan terbarunya, sebagaimana dilansir Merdeka pada Rabu (27/2/2019).

 

2 dari 5 halaman

300.000 Galaksi Baru

Belum lama ini, 200 astronom internasional baru saja menemukan 300.000 galaksi yang belum dikenal di luar angkasa.

Laporan ini diungkap oleh Netherlands Institute for Radio Astronomy (ASTRON). Mereka menggunakan teleskop Low Frequency Array (LOFAR) untuk mendeteksi kehadiran galaksi ini.

Dengan memanfaatkan teleskop LOFAR, astronom mendeteksi adanya radiasi aneh yang diciptakan untuk memastikan kehadiran galaksi.

Radiasi aneh itu ternyata bisa memproduksi emisi radio yang dapat berpendar dalam jarak jutaan tahun cahaya.

Astronom menggunakan metode high throughput compute cluster (GRID) dan data yang dikumpulkan dari teleskop LOFAR untuk menciptakan foto galaksi baru ini dalam kualitas terbaik.

"Dengan observasi radio ini, kami bisa mendeteksi radiasi dari sebuah medium yang eksis di antara galaksi-galaksi, radiasi ini diciptakan dari turbulensi dan getaran energi," ujar Aman Wilber, salah satu astronom.

3 dari 5 halaman

Kandungan Air di Bulan

Ilmuwan NASA juga menemukan adanya kandungan air di permukaan Bulan.

Menurut mereka, hal ini terjadi karena adanya aliran partikel yang disebut "hembusan matahari" yang bergerak ke permukaan Bulan, dengan kecepatan 450 kilometer per detik (atau hampir 1 juta mil per jam). Inilah yang menyebabkan permukaan Bulan bisa menghasilkan air.

"Kami menganggap air sebagai senyawa khusus ini," kata William M. Farrell, seorang ahli fisika plasma di Pusat Penerbangan Antariksa Goddard Space NASA di Greenbelt, Maryland.

"Tapi inilah yang menakjubkan: setiap batu memiliki potensi untuk membuat air, terutama setelah disinari oleh angin matahari," tambahnya.

Fisikawan di Goddard, Orenthal James Tucker, mengatakan, saat NASA Bulan bisa menghasilkan air, akhirnya NASA punya tujuan mengirim manusia untuk membangun keberadaan permanen di sana.

"Kami mencoba mempelajari tentang dinamika pengangkutan sumber daya berharga seperti hidrogen (air) di sekitar permukaan bulan dan di seluruh atmosfernya, atau atmosfer yang sangat tipis, sehingga kami bisa tahu ke mana harus pergi untuk memanen sumber daya itu," kata Tucker.

4 dari 5 halaman

Ada Objek Biru di Luar Angkasa

Awal tahun ini, NASA juga sempat mengabadikan foto objek berwarna biru terang di luar angkasa.

Foto memperlihatkan objek yang diduga kumpulan asap dari bintang newborn (baru lahir), memendarkan cahaya biru kegelapan.

Objek tersebut diyakini merupakan objek Herbig-Haro (HH 7-11) yang berlokasi di wilayah NGC 1333, yakni wilayah nebula yang dipenuhi gas dan debu, yang jaraknya sekitar 1.000 tahun cahaya dari Bumi.

Objek Herbig-Haro merupakan objek sementara yang memang lokasinya di dekat bintang newborn.

Mereka melesat dari bintang newborn dalam kecepatan 150.000 mil per jam, dan menghilang ke dalam kosmos dalam puluhan ribu tahun.

Menurut NASA, bintang newborn tersebut adalah bintang SVS 13. Adapun jarak antara Herbig-Haro dan SVS 13 sekitar 20.000 kali lebih jauh dari jarak Bumi dan Matahari.

Objek Herbig-Haro tercipta dari proses yang terbilang kompleks, di mana kumpulan gas yang terionisasi terhempas dari bintang newborn.

Gas ini dilempar ke awan-awan debu dan gas dalam kecepatan super, dan menciptakan pendaran berwarna biru kegelapan ke dalam kosmos.

5 dari 5 halaman

Ungkap Misteri Luar Angkasa

NASA membuat misi luar angkasa yang ditujukan khusus untuk memahami asal mula kehidupan dan alam semesta.

Misi ini akan memanfaatkan teleskop baru yang diberi nama Spectro-Photometer for the History of the Univers, Epoch of Reionization dan Ices Explorer atau disingkat SPHEREx.

Rencananya, teleskop ini akan diluncurkan pada 2023. NASA sudah mengalokasikan dana sekitar US$ 242 untuk pengembangan proyek ini yang digunakan selama dua tahun, belum termasuk biaya peluncuran.

Nanti begitu SPHEREx mengorbit, satelit ini akan mengamati dan mengumpulkan data dari lebih 300 juta galaksi. Beberapa di antaranya bahkan memiliki jarak 10 miliar tahun cahaya dari Bumi.

Selain itu, satelit akan memantau 100 juta bintang di Tata Surya selama enam bulan.

SPEHEREx akan mengadaptasi teknologi dari satelit Bumi dan pesawat luar angkasa Mars untuk memantau langit.

Adapun tujuan utama dari teleskop luar angkasa ini adalah mencari air dan molekul organik yang ada di seluruh Bima Sakti.

Tidak hanya itu, satelit ini juga akan mencari bahan-bahan penyusun kehidupan di tempat bintang yang baru lahir, termasuk planet yang baru terbentuk.

"Misi ini akan mengumpulkan harta karun berupa data unik untuk para astronom. Satelit ini akan peta galaksi yang sebelumnya belum pernah diketahui, jadi mengandung sidik jari dari saat pertama dalam sejarah alam semesta," tutur Associate Administrator NASA Science Mission Thomas Zurbuchen.

Reporter: Fellyanda Suci Agiesta

Sumber: Merdeka.com

(Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: