Liputan6.com, Jakarta - NASA mengumumkan akan melakukan peristiwa bersejarah yang akan dilakukan bulan ini.
Badan Antariksa Amerika Serikat itu menjadwalkan dua astronot wanita untuk berjalan di luar angkasa.
Dikutip dari The Washington Post, Sabtu (9/3/2019), ini merupakan kali pertama misi berjalan di luar angkasa dilakukan seluruhnya oleh seorang wanita.
Advertisement
Dua astronot tersebut bernama Anne McClain dan Christina Koch, yang akan berjalan di ketinggian 400 km dari permukaan Bumi.
Uniknya, misi ini sebenarnya tidak direncanakan. Awalnya, misi ini akan dilakukan pada pertengahan tahun, tapi kini dimajukan bersamaan dengan Women History Month yang jatuh pada bulan ini.
Baca Juga
"Mereka akan bertugas untuk mengganti baterai yang ada di stasiun luar angkasa," tutur juru bicara NASA Stephanie Schierholz.
Keduanya akan menjadi satu dalam misi Expedition 59 yang meluncur minggu depan.
Selain astronot yang bertugas di luar angkasa, awak darat juga diisi oleh para wanita. Mary Lawrence akan menjadi lead flight director dan Jackie Kagey sebagai lead spacewalk flight controller.
Meski sudah dijadwalkan, Schierholz menuturkan tidak tertutup kemungkinan masih ada perubahan jadwal dan tugas yang diberikan.
Sekadar diketahui, McClain dan Koch merupakan angkatan 2013 dari kelas astronos NASA, yang setengah di antaranya adalah wanita.
Untuk informasi, berjalan di luar angkasa (spacewalks), menurut NASA dilakukan untuk sejumlah tujuan. Salah satunya adalah melakukakan eksperimen ilmiah atau melakukan uji coba peralatan baru.
Teleskop Baru NASA Bisa Temukan 1.400 Planet Baru
Untuk diketahui, NASA sudah mempersiapkan teleskop terbarunya yang menggantikan teleskop lawas Hubble. Teleskop ini bernama "Wide-Field Infrared Survey Telescope" (WFIRST).
Tak tanggung-tanggung, mereka bahkan menghabiskan biaya dengan jumlah tidak main-main dalam membuat teleskop tersebut, yakni sebesar Rp 113 triliun.
Dilansir Mirror, Jumat (1/3/2019), NASA sendiri mengungkap teleskop barunya ini memiliki kemampuan luar biasa dalam mencari planet baru.
Tak tanggung-tanggung, NASA sesumbar kalau teleskop tersebut bisa mencari hingga 1.400 planet baru.
Adapun teleskop WFIRST memanfaatkan teknologi "Gravitational Microlensing", yakni teknik yang digunakan pada teori Albert Einstein soal relativitas umum.
Matthew Penny, astronom NASA di Ohio State Department of Astronomy, berkata teleskop tersebut bisa menjadi jawaban atas keingintahuan manusia tentang sistem Tata Surya yang begitu besar.
"Tata Surya sangat besar, kami tentu ingin tahu seberapa besar sistemnya. Untuk melakukan hal itu, kamiharus menciptakan teleskop dengan kemampuan yang lebih hebat, di mana WFIRST akan mencari lebih banyak planet dengan orbit yang lebih luas," kata Penny.
WFIRST, klaim Penny, memiliki kombinasi teknologi yang menakjubkan, di mana menggabungkan teknologi lensa wide field dengan resolusi tinggi, yang mampu membuatnya dapat mencari planet baru dengan teknik microlensing yang lebih tajam.
"Dengan demikian, kami akan memahami seperti apa jenis planet baru terbentuk, dan seberapa unik Tata Surya kita," tandas Penny.
Advertisement
Sekilas WFIRST
WFIRST juga akan menemui tempat 'kelahiran' planet-planet, bintang, dan galaksi tua di Tata Surya.
Teleskop diklaim sebagai teleskop paling besar yang akan dikirim ke antariksa. Ukurannya disebut sangat megah dan diibaratkan seluas lapangan tenis.
Bahkan, teleskop itu 100 kali lebih kuat daripada Hubble. John Mather, pimpinan proyek WFIRST, mengatakan bahwa untuk mengirim teleskop ke luar angkasa bukan perkara mudah.
Karena memiliki ukuran yang besar, maka NASA harus 'melipat'nya di dalam roket dengan lebar 5,5 meter.
"WFIRST akan disimpan di dalam roket milik ESA, Ariane 5. Wahana tersebut merupakan salah satu wahana paling kuat yang pernah dibuat. Jadi nanti, teleskop akan 'dilepas' dari roket dan perlahan membuka lipatan segmennya ketika sudah berada di luar angkasa," tutur Mather menjelaskan.
(Dam/Jek)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:Â