Liputan6.com, Jakarta - Ilmuwan laboratorium ilmu komputer dan kecerdasan buatan MIT (Massachussets Institute of Technology), dilaporkan tengah mengembangkan teknologi GPS yang akan 'ditanam' ke dalam tubuh manusia.
Baca Juga
Advertisement
Pengembangan teknologi ini didasari alasan untuk membantu dunia kesehatan.
Dilansir CNET pada Senin (11/3/2019), pengembangan GPS yang dikepalai oleh profesor Dina Katabi ini sudah nyaris rampung.
Adapun chip GPS tersebut diberi nama "ReMix". Ia akan hadir dalam bentuk chip wireless mini yang akan di-implan ke dalam tubuh manusia.
Nantinya, dengan ReMix, dokter akan bisa mengecek GPS tersebut di sebuah layar.
Ambil contoh, saat dokter ingin mencari tumor di dalam tubuh pasien, mereka akan memanfaatkan ReMix dan melihat jalurnya untuk menemukan tumor.
Dalam uji coba ReMix, ilmuwan membawa tumor palsu dalam sebuah kontainer besar. Mereka meletakkan ReMix di kontainer tersebut dan membiarkanya mencari tumor palsu di dalam kontainer.
Nah, dalam pengaplikasiannya di tubuh manusia, ReMix mampu bekerja dua kali lipat lebih baik. Pasalnya, kulit manusia dianggap mampu memendarkan sinyal lebih kuat.
Belum diungkap kapan ReMix akan digunakan di industri kesehatan. Ilmuwan pun mengakui kalau mereka harus menguji ReMix dalam beberapa rangkaian uji coba lanjutan.
Warga Swedia Mulai Implan Mikrocip di Tubuh Mereka
Rasa geli dan takut pastinya akan muncul di pikiran bila membayangkan mikrocip di tubuh kita.
Lain cerita di Swedia, sedikitnya 3 ribu warga mengimplan mikrocip ke dalam tubuh mereka untuk dipakai beragam keperluan.
Dilansir Yahoo!, Rabu (16/5/2018), ribuan rakyat Swedia memilih cara praktis ketimbang repot-repot membawa dompet. Dengan mikrocip di dalam tubuh, mereka tidak perlu lagi repot membawa bermacam kartu akses.
"Menyenangkan mencoba hal baru dan melihat bagaimana penggunaannya untuk memudahkan hidup di masa depan," ucap Ulrika Celsing, salah satu warga Swedia yang mengimplan mikrocip.
Wanita berusia 28 tahun itu menambahkan, sekarang ia tak perlu lagi membawa kartu gym dan bisa memakai mikrocip untuk keperluan booking tiket kereta.
Di Swedia, mikrocip untuk manusia pertama kali dipakai pada 2015. Sekarang, tangan seseorang yang ditanam mikrocip bisa dipindai untuk mengurus booking tiket kereta secara online yang didaftarkan lewat cip.
Celsing mengimplan mikrocip di tangan kirinya lewat perusahaan media tempat ia bekerja. Wanita itu pun tidak takut terhadap tindak hacking atau surveilans dari oknum jahat.
"Saya berpikir teknologi saat ini belum cukup kuat untuk membuat orang jahat mengotak-atik cip ini," ujarnya. "Tapi saya akan berpikir lagi tentang ini di masa depan. Saya bisa mencabutnya kapan saja."
Advertisement
Ada Risiko Medis
Bisa dimaklumi bila antusias publik makin bertambah untuk melakukan implan, toh zaman sekarang tren teknologi makin cepat menyebar. Hanya saja pihak ilmuwan ternyata belum sepenuhnya mendukung tren ini.
Masih di Swedia, Ben Libberton, ahli mikrobiologi di MAC IV Laboratory di kota Lund, menyebut ada bahaya nyata pada implan microchip di tubuh manusia.
"Hal itu bisa menyebabkan infeksi atau reaksi ke sistem imun," ia mengingatkan. Sebagai informasi, MAC IV Laboratory adalah fasilitas radiasi sinkronton paling mutakhir di dunia.
Libberton juga khawatir akan data-data yang terdapat di cip yang tertanam. "Saat ini, data yang dikumpulkan dan dibagi oleh implan-implan tersebut masih kecil, tapi pasti akan bertambah," lanjut Libberton.
"Bila makin banyak data yang disimpan di satu tempat seperti cip, akan lebih banyak risiko yang dapat menimpa kita," tukasnya.
(Jek/Ysl)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: