Sukses

IeSPA: PUBG Bukan Gim Kekerasan

Ketua Umum IeSPA, Eddy Lim, tidak setuju jika PlayerUnknown's Battlegrounds (PUBG) dikatakan sebagai gim kekerasan.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Asosiasi Esports Indonesia (Indonesian Esports Association, IeSPA), Eddy Lim, tidak setuju jika PlayerUnknown's Battlegrounds (PUBG) dikatakan sebagai gim kekerasan. Menurutnya, PUBG merupakan gim yang mengharuskan gamer untuk lihai mengatur strategi.

"Saya pribadi melihatnya bukan gim kekerasan, tapi strategi. Karena dalam gim ini kan, misalnya, gamer harus mengatur strategi untuk masuk ke suatu wilayah," tutur Eddy di kantor MUI pada Selasa (26/3/2019), kemarin.

Ia tak menampik memang ada sedikit adegan kekerasan, tapi hal itu tidak serta merta membuat PUBG mendapat label sebagai gim kekerasan.

"Mungkin kekerasannya agak kecil, karena kan otak kita lebih ke arah mengatur strategi ketika memainkannya. Itu pendapat pribadi saya," tuturnya.

Eddy mengatakan, saat ini ada sekira 20-30 juta pemain PUBG di Indonesia. Tapi hak itu tidak lantas membuat semua pemainnya melakukan kekerasan atau meniru adegan di dalam gim tersebut di dunia nyata.

"Kalau memang ada implikasi jelek, kita lihat dari semuanya itu apa? Justru sisi lainnya mereka jadi tidak mau belajar atau terlalu lama bermain, dan ini tidak hanya terjadi karena PUBG saja, tapi juga gim lain," sambungnya.

 

2 dari 2 halaman

Kontroversi PUBG

Penggiat game memadati lantai dasar Mangga Dua Mall di Jakarta, Minggu (17/3). Ratusan gamers ambil bagian dalam kompetisi game Mobile Legends dan PUBG Mobile bertajuk NXL Mobile Esports Cup 2019. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

PUBG menjadi perbincangan hangat di Indonesia beberapa hari belakangan lantaran muncul wacana fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) terhadap gim tersebut.

Hal ini disebabkan ada yang mengaitkan gim bergenre battle royale tersebut dengan teror penembakan di Selandia Baru beberapa waktu lalu.

MUI saat ini tengah melakukan pengkajian untuk memutuskan "nasib" PUBG atau gim kekerasan secara keseluruhan di Indonesia. MUI kemarin menggelar pertemuan dengan sejumlah pihak untuk meminta pendapat termasuk dari Kementerian Komunikasi dan Informatika dan beberapa psikolog.

Hasil diskusi bersama itu, diputuskan semuanya sepakat akan dilakukan pembatasan, pelarangan terhadap gim berunsur kekerasan. Namun untuk saat ini belum ada keputusan akhir mengenai gim yang akan terkena pembatasan atau pelarangan.

(Din/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini :

Â