Sukses

Ada 5 Bulan Kecil Bersembunyi di Cincin Saturnus, Apa Saja?

Kelima bulan kecil ini memiliki ukuran yang janggal, tidak seperti ukuran bulan pada umumnya.

Liputan6.com, Jakarta - Cassini, pesawat eksplorasi planet Saturnus yang mengakhiri perjalanannya pada 2017, ternyata masih menyimpan sejumlah data penting terkait planet cincin tersebut.

Dalam hari-hari terakhirnya, Cassini merekam data terkait bulan-bulan kecil yang mengitari Saturnus.

Geek pada Senin (1/4/2019), mencatat Saturnus memiliki lima bulan kecil yang ada di dalam cincinnya.

NASA dalam keterangannya mengungkapkan kalau kelima bulan kecil ini memiliki ukuran yang janggal, tidak seperti ukuran bulan pada umumnya.

Ukuran bulan-bulan tersebut, malah berbentuk seperti gelembung tidak beraturan atau bisa dikatakan mirip dengan makanan pangsit Italia, Ravioli.

Nama kelima bulan tersebut adalah Atlas, Epimetheus, Pandora, Daphnis, dan Pan.

"Bulan-bulan ini mengelilingi Saturnus dalam cincinnya, yang terbuat dari partikel es dan debu," ujar Bonnie Buratti, ilmuwan Jet Propulsion Laboratory NASA.

Bulan-bulan ini diambil dari perangkat Visible and Infrared Mapping Spectrometer (VIMS) milik Cassini. Dari situ, perangkat mengumpulkan peta spektral dari permukaan cincin planet dan mendeteksi keberadaan masing-masing bukan.

Ia juga mempelajari komposisi dari material bulan dan mengapa bulan-bulan ini bisa berbentuk aneh.

2 dari 3 halaman

Usia Cincin Saturnus Ternyata Masih Muda

Salah satu pesona planet Saturnus yang memikat umat manusia adalah cincinnya. Namun demikian, menurut studi terbaru, cincin Saturnus usianya jauh lebih muda ketimbang planet itu. 

Berdasarkan hasil studi ini, Saturnus ternyata melewatkan waktu 4,5 miliar tahun sendiri, tanpa cincinnya.

Mengutip laman Space, Senin (21/1/2019), kemungkinan cincin Saturnus berusia lebih tua dari dinosaurus (yang usianya sekitar 66 juta tahun).

Para ilmuwan menyebut, cincin Saturnus terbentuk antara 10 hingga 100 juta tahun lalu.

Salah satu cara yang digunakan ilmuwan untuk mengetahui usia cincin Saturnus adalah dengan menimbang massa cincin Saturnus.

Hal ini dilakukan berkat missi pesawat luar angkasa Cassini yang melakukan pengamatan terhadap Saturnus dan cincinnya. 

Sekadar diketahui, cincin tersebut sebenarnya terbuat dari es yang terang dan bersih. Namun seiring waktu, es tersebut terkontaminasi dan menjadi gelap karena pusing-puing bagian dari tata surya.

Misi Cassini yang mengorbit Saturnus beberapa waktu lalu menyimpulkan bahwa hanya 1 persen dari cincin tersebut yang tidak murni. Dari situ, para ilmuwan menimbang usia cincin Saturnus.

3 dari 3 halaman

Cassini dan Saturnus

Ilmuwan planet dari Universitas Sapienza Roma Luciano Iess menyebut, mereka memperkirakan jumlah waktu yang diperlukan hingga kontaminan terkumpul sebanyak 1 persen dan dari situlah para ilmuwan menghitung usia cincin Saturnus.

Iess dan para koleganya berpatokan pada data yang diambil Cassini. Sebelum wahana luar angkasa itu jatuh karena kehabisan bahan bakar di atmosfer Saturnus pada September 2017, Cassini meluncur di antara planet dan cincinnya dan membiarkan gravitasi Saturnus menariknya.

Kekuatan gravitasi tubuh bergantung pada massa Cassini. Lalu, dengan menganalisis seberapa kuat Cassini ditarik selama fase akhir, tim pun bisa mengukur gravitasi dan masa Saturnus, beserta cincinnya.

Selama beberapa kali Cassini bolak-balik di antara Saturnus dan cincinnya, ilmuwan memantau hubungan radio antar pesawat luar angkasa dan Bumi, dari situ diperhitungkan juga efek sinyal radio yang disebut Doppler.

(Jek/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: