Liputan6.com, Jakarta - Belum lama ini, sebuah unggahan dari pengguna akun Facebook bernama Ririn Ike Wulandari viral di internet.
Unggahan itu berkisah mengenai cerita pribadinya yang tagihan layanan pascabayar bobol hingga angka Rp 11 juta gara-gara gim online yang dimainkan oleh sang anak.
Dalam unggahan tertanggal 5 April 2019, Ririn menuliskan dengan huruf kapital judul curhatnya yakni "GAME ONLINE JEBOL TAGIHAN KARTU PASCABAYAR = Rp 6 JUTA."
Advertisement
Baca Juga
Dengan unggahan tersebut, dia ingin berbagi sekaligus mengingatkan kepada orangtua lainnya untuk melek dengan smartphone masing-masing, agar terhindar dari kejadian serupa.
Pasalnya, Ririn dan sang suami dibuat shock karena tagihan telepon yang tembus hingga Rp 6,1 juta hanya dalam waktu kurang dari sebulan, yakni 3-28 Maret 2019 karen gim online.
Tidak cukup sampai situ, ketika dirinya mendatangi kontak layanan pelanggan operator yang dipakai, dia baru tahu ternyata ada tagihan lainnya dengan total Rp 4,8 jutaan untuk bulan April.
"Setelah saya hitung, total transaksi tanggal 1 dan 2 April totalnya Rp 4,8 juta. Jika dihitung semua totalnya Rp 11,5 juta," tulisnya dalam status yang kedua.
Awal Cerita
Rupanya, sang anak yang merupakan gamer dari tiga gim mobile kenamaan Free Fire, Mobile Legends, dan Minecraft menggunakan kartu prascabayar sang ayah untuk melakukan pembelian diamond demi naik level berikutnya.
"Awalnya anak saya yang pertama beli Rp 50 ribu lewat Indom***t, ketahuan pas saya nemu struk tertinggal di motor, beli juga nggak bilang-bilang dan pas saya sakit. Spontan saat emak tahu, pasti marah-marah, dan semua berlalu," tulisnya.
Ia pun baru menyadari kalau tagihan layanan pascabayarnya di sebuah operator telko membengkak saat sedang mencoba membayar tagihan tersebut.
Rupanya, setelah dicek, pengaturan data seluler di smartphone suaminya telah berubah ke operator lain.
"Suami saya gaptek maksimal, bagaimana bisa mengubah pengaturan data seluler. Dia selalu mengandalkan SMS untuk mengetahui tagihan teleponnya. Saya pikir pembengkakan karena penggunaan data seluler dan selama itu tidak ada satupun pemberitahuan melalui SMS atas pembelian apapun di Google Play," ujar dia dalam tulisan.
Setelah mengecek, rupanya email tidak sinkron otomatis. "Dan brudul-lah notifikasi di mana ada belasan tanda terima pembelian diamond di tiga gim online di atas," ujarnya.
Rupanya, si anak pernah menanyakan password email yang terhubung dengan perangkat sang ayah, namun karena Ririn tidak ingat, anaknya mengubah password email dan login ke Google Play serta menyertakan nomor HP sebagai tagihan pembayarannya.
Ririn pun mengakui dirinya memang teledor dan karena merasa aman, dia tidak memasukkan semua email perangkat ke smartphone-nya. Dengan begitu, dia merasa telah melewatkan notifikasi penting.
Advertisement
Batalkan Pesanan Lewat Google Play
Dalam unggahan keduanya, Ririn kemudian mendapatkan saran dari salah satu kawannya untuk membatalkan pesanan lewat history transaksi di Google Play Store.
Karena sudah meminta bantuan lewat layanan pelanggan dengan membatalkan pesanan, di unggahan keempatnya, Ririn menyebut telah mendapatkan konfirmasi tentang cancel transaksi dengan nilai Rp 355 ribu, termasuk pajak.
Dia menyebut, masih ada 4 transaksi lagi yang belum masuk pembatalan ke pihak operator. Sisa tagihannya yang masih ada Rp 6,3 juta untuk bulan Maret ini.
Kepada Tekno Liputan6.com, Ririn menyebut, dirinya masih mencoba menghubungi ketiga pengembang gim lewat email. Sayangnya, email yang dikirim untuk Garena tidak terkirim.
Anak-anak Ririn pun mendapatkan hukuman dari orangtuanya. "Sementara semua kena hukuman, tidak boleh pegang smartphone, syukur tidak protes dibatasi. Malahan nurut," ujarnya.
(Tin/Ysl)