Sukses

ATSI Masih Berembuk Soal Tarif Sewa Infrastruktur Jaringan MRT

Wakil Ketua Umum ATSI, Merza Fachys, mengatakan para operator seluler masih berunding terkait tarif sewa infrastruktur jaringan di wilayah operasional MRT.

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI), Merza Fachys, mengatakan para operator seluler masih berunding terkait tarif sewa infrastruktur jaringan di wilayah operasional Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta. Tarif sewa diharapkan bisa saling menguntungkan.

"Di ATSI, kami masih terus berunding untuk mencari bentuk yang paling menguntungkan antara operator dengan penyelenggara infrastruktur, jadi tidak ada yang rugi," tutur Merza di kawasan Jakarta, Selasa (9/4/2019).

Diungkapkan Merza, ada beberapa pertimbangan yang menjadi bahan diskusi para anggota ATSI. Pertama, mereka berharap tarif sewa tidak terlalu mahal.

Negosiasi tarif sewa ini berlangsung antara para provider jaringan seluler dengan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG).

PT MRT Jakarta memilih TBIG sebagai mitra strategis penyedia konektivitas seluler dan jaringan nirkabel atau WiFi di wilayah operasional MRT Jakarta.

Sejauh ini, belum ada konfirmasi resmi dari TBGI atau pun operator seluler mengenai tarif pasti penyewaan infrastruktur jaringan MRT. Sebelumnya sempat beredar laporan, TBIG menetapkan tarif sewa Rp 600 juta per bulan.

Pertimbangan kedua, mencari model bisnis yang tepat untuk tarif sewa tersebut. Seperti, kemungkinan biayanya naik pelan-pelan per bulan, per terowongan (bawah tanah), atau berbagai opsi lain.

"Kami mencari model yang tidak merugikan, tapi tetap terjangkau. Yang penting, tujuan kami adalah masyarakat mendapatkan layanan yang sebaik-baiknya," kata Merza.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Belum Semua Operator Ikut Trial

Smartfren merupakan salah satu provider yang mengikuti trial atau uji coba penyelenggaraan jaringan telekomunikasi di wilayah operasional MRT Jakarta.

Menurut pria yang JUGA menjabat sebagai Presiden Direktur PT Smartfren Telecom Tbk tersebut, ada beberapa operator yang belum mengikuti proses trial tersebut.

"Yang tidak ikut, mereka tidak bilang alasannya karena itu kan masing-masing ya. Trial itu kan bisa dikatakan yang coba-coba, kalau tidak yakin ya tidak apa-apa," ungkapnya.

Sejauh ini, yang sudah menggelar jaringan di wilayah operasional MRT Jakarta adalah Telkomsel dan Smartfren. Provider lain, XL Axiata, Indosat Ooredoo, Tri, belum menyampaikan rencananya mengikuti trial jaringan di wilayah operasional MRT.

3 dari 3 halaman

Smartfren Gelar Ikut Trial

Smartfren sedang menggelar trial (uji coba) jaringan selulernya di Moda Raya Terpadu (MRT) mulai dari stasiun Bundaran Hotel Indonesia (HI) hingga Lebak Bulus. Layanan ini ada di setiap stasiun, termasuk jalur bawah tanah dan stasiun layang.

Dalam uji coba di jalur bawah tanah MRT pada hari ini, Selasa (9/4/2019), sekitar Setiabudi hingga Senayan, kecepatan unduh mencapai 63, 72Mbps dan unggah 4,88Mbps. Sementara untuk latency, 25 milliseconds (ms).

Vice President Technology Relations and Special Project Smartfren, Munir Syahda Prabowo, mengatakan jaringan Smartfren yang ada di jalur MRT adalah 4G LTE Advanced. Sinyal di bawah tanah dipancarkan dari sistem leakage cable, yang dipasang sepanjang jalur MRT.

Leakage cable ini dibangun oleh TBIG. PT MRT Jakarta menujuk TBIG sebagai mitra strategis penyedia konektivitas seluler dan jaringan nirkabel atau WiFi.

"Dari sisi sinyal di MRT adalah 4G LTE Advanced. Sinyal ini dipancarkan melalui leakage cable yang dipasang mitra kami, jadi tugas kami hanya menyuntikkan sinyalnya," jelas Munir.

Anak usaha Sinar Mas Group ini memakai dua standar 4G LTE di jalur MRT, Time Division Duplex (TDD) dan Frequency Division Duplex (FDD) untuk menyelenggarakan layanan internet kecepatan tinggi. TDD berada di spektrum frekuensi 2.300 MHz, sedangkan FDD di 850 MHz.

"FDD dan TDD semua ada di sini, tergantung kualitas sinyalnya nanti, dan device akan pilih yang paling bagus," ungkap Munir.

(Din/Ysl)