Liputan6.com, Jakarta - Apple pada awal bulan ini memangkas harga iPhone 2018 hingga 60 persen di Tiongkok, begitu pula dengan iPhone XS dan XS Max. Pemangkasan harga ini dinilai harus dilakukan Apple jika tidak ingin bisnisnya semakin memburuk di negara tersebut.
Dilansir Phone Arena, Jumat (12/4/2019), ini merupakan kali kedua Apple memangkas harga iPhone pada 2019 di Tiongkok. Harga iPhone pun lebih terjangkau dibandingkan sebelumnya.
Advertisement
Baca Juga
Menurut analis Wedbush Securities, Daniel Ives, konsumen Tiongkok merespons positif langkah Apple tersebut. Menurutnya, permintaan terhadap iPhone XR di Tiongkok perlahan berbalik. Namun, ia meyakini Apple belum selesai menggunakan langkah pemangkasan harganya itu.
Untuk menghindari yang disebutnya sebagai situasi "code red" di Tiongkok, Ives memperkirakan akan ada pemangkasan harga yang lebih signifikan dari Apple. Code red ini menggambarkan adanya "ancaman" atau situasi darurat.
Ivei pun menyebut pemangkasan harga yang dilakukan Apple pada tahun ini sebagai strategi pintar, meski memang akan berdampak negatif pada pendapatan.
Namun dengan menjual lebih banyak iPhone, meski dengan harga lebih rendah, strategi ini akan membantu perusahan mendapatkan lebih banyak pendapatan dari bisnis layanannya.
Layanan atau services Apple merupakan penyumabng terbesar kedua untuk pendapatan, dan merupakan yang paling menguntungkan. Perusahaan memiliki target menggandakan pendapatan layanannya dari USD 25 miliar pada 2016 menjadi USD 50 miliar pada tahun depan.
Apple mengumpulkan hampir USD 11 miliar pendapatan dari layananya pada Oktober hinga Desember tahun lalu. Bisnis layanan perusahaan, termasuk AppleCare, Apple Pay, App Store, iTunes, Apple Music, Apple News+, dan Apple TV+. Pada akhir tahun ini akan bertambah layanan baru, Apple Arcade.
Penjualan di Tiongkok Lesu, Apple Pangkas Proyeksi Pendapatan
Apple pada awal tahun ini mengumumkan pemangkasan proyeksi pendapatannya untuk kuartal I tahun fiskal 2019, yang berakhir pada 29 Desember 2018. Proyeksi pendapatan dipangkas menjadi US$ 84 miliar dari awalnya berkisar antara US$ 89 miliar dan US$ 93 miliar.
Dikutip dari The Wall Street Journal, Jumat (4/1/2019), CEO Apple Tim Cook, dalam keterangannya menyebut melemahnya penjualan iPhone di Tiongkok sebagai pemicu penurunan tersebut. Hal ini sekaligus langkah yang tidak biasa, karena merupakan kali pertama Apple memangkas proyeksi pendapatan dalam 15 tahun terakhir.
Langkah Apple ini dinilai menimbulkan kekhawatiran tentang prospek perusahaan di Tiongkok, yang merupakan pasar smartphone terbesar di dunia. Hampir 20 persen penjualan Apple berasal dari Tiongkok.
"Pendapatan iPhone yang lebih rendah daripada prediksi, khususnya di Tiongkok, menyebabkan penurunan semua pendapatan kami," tulis Cook dalam suratnya kepada para investor.
Advertisement
Tak Ada Tekanan Pemerintah
Mengutip laporan dari Reuters, Cook menegaskan tidak ada pengaruh pemerintah Tiongkok dalam penurunan pendapatan, meski mungkin ada sejumlah konsumen yang tidak memilih iPhone atau perangkat Apple lainnya karena merupakan produk perusahaan Amerika Serikat (AS).
AS dan Tiongkok saat ini sedang terlibat dalam perang dagang. Perselisihan kedua negara semakin ditambah dengan penangkapan salah satu petinggi Huawei beberapa waktu lalu. "Masalah yang jauh lebih besar adalah melemahnya ekonomi Tiongkok, dan tensi perdagangan juga semakin menekan," tutur Cook.
Cook juga menyoroti tantangan perusahaan di sejumlah pasar berkembang utama. Namun, memang Tiongkok memberikan dampak besar.
"Faktanya, sebagian besar kekurangan pendapatan merujuk pada kinerja kami, dan lebih dari 100 persen penurunan pendapatan global year-over-year, terjadi di Tiongkok, mencakup iPhone, Mac, dan iPad," ungkapnya.
(Din)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: