Liputan6.com, Jakarta - Disrupsi akan ada untuk selamanya. Hanya mengadopsi teknologi baru dan melakukan sedikit penyesuaian dalam kegiatan operasial tidak akan lagi cukup bagi perusahaan jika mereka ingin menjadi perusahaan digital yang efektif.
Berikut ini adalah beberapa pandangan saya mengenai langkah-langkah lain apa saja yang harus dilakukan perusahaan agar tetap lincah dan cekatan, sehingga bisa sukses di lingkungan bisnis yang semakin kompleks dan berubah-ubah ini:
Lakukan perubahan yang diperlukan terhadap gaya manajemen
Advertisement
Para eksekutif tingkat tertinggi (C-level) di perusahaan-perusahaan Asia perlu mengadopsi gaya terbuka dalam hal manajemen.
Dengan mendorong agar semua karyawan di perusahaan untuk menyalurkan pendapat dan saran mereka, para eksekutif C-level akan dapat memanfaatkan wawasan bersama dalam perusahaan.
Langkah ini perlu dibarengi dengan lingkungan yang memungkinkan kreativitas dan inovasi untuk berkembang. Salah satu cara melakukannya adalah dengan mendorong para karyawan untuk mencoba hal-hal baru yang mungkin tidak selalu berhasil.
Baca Juga
Karena inovasi didefinisikan sebagai mencoba hal-hal baru, ada peluang bahwa inovasi tersebut bisa saja tidak berhasil.
Namun, mencoba hal-hal baru, langsung mengalami kegagalan ketika langkah yang ditempuh sudah jelas tidak akan berhasil.
Belajar dari pengalaman dan kemudian beralih ke solusi yang lebih baik, kesemuanya merupakan ciri sebuah perusahaan digital yang sukses.
Berkolaborasi dengan para mitra guna mengatasi kesenjangan kemampuan digital
Satu-satunya cara agar perusahaan dapat berhasil seiring mereka melakukan digitalisasi adalah dengan tetap terbuka terhadap kemitraan dan kolaborasi.
Cara ini mirip dengan etos kerja yang diadopsi dalam komunitas open source, di mana berbagi dan berkolaborasi mendorong hasil yang lebih baik.
Kemitraan memungkinkan perusahaan-perusahaan skala enterprise untuk menjembatani kesenjangan (seperti kurangnya kemampuan digital) dan membentuk komponen penting dari sistem sharing economy. Ambil contoh ride-sharing (transportasi online).
Dengan memanfaatkan kelebihan kapasitas dari mobil-mobil pribadi untuk mengatasi kurangnya pilihan transportasi umum, kita dapat mengoptimalkan penggunaan kendaraan dan infrastruktur jalan yang ada, serta mengurangi emisi karbon. Hal yang sama dapat diimplementasikan dalam perusahaan skala enterprise.
Perusahaan yang kekurangan keahlian dan keterampilan internal yang dibutuhkan demi keberhasilan digitalisasi mungkin perlu memanfaatkan sumber daya pihak ketiga yang memiliki spesialisasi dalam melakukan transformasi digital (DX).
Temukan mitra DX yang tepat
Memilih mitra yang tepat untuk perjalanan DX merupakan keputusan penting yang harus diambil. Pasalnya, transformasi digital mengharuskan perusahaan-perusahaan skala enterprise agar mampu beradaptasi dan terbuka.
Penting untuk mencari mitra yang juga menganut prinsip-prinsip keterbukaan di seluruh aktivitas perusahaan, proses bisnis, serta penggunaan teknologi.
Para mitra juga harus menunjukkan kemampuan mereka untuk mengatasi hambatan dari banyaknya teknologi disruptif, dan menjadi lebih kuat dari sebelumnya.
Karena perubahan merupakan satu-satunya hal yang konstan saat ini dan di masa depan, tetap bertahan dalam status quo dan mengandalkan cara kerja tradisional hanya akan mengakibatkan hilangnya relevansi atau bahkan yang lebih buruk, mengakibatkan kepunahan.
Perusahaan harus memikirkan kembali cara bekerja yang cerdas, dan saya meyakini bahwa prinsip-prinsip open source, yaitu pertukaran terbuka, partisipasi, meritokrasi, komunitas, serta perilisan awal yang sering, dapat membantu perusahaan agar dapat bernavigasi dan berhasil di era digital yang serba cepat ini.
**Penulis adalah Damien Wong, Vice President & GM, Asian GEMs (ASEAN, Korea, Hong Kong, Taiwan) at Red Hat