Liputan6.com, Jakarta - Kasus keamanan yang melibatkan Facebook ternyata belum usai. Terbaru, kantor Jaksa Agung New York, Amerika Serikat dilaporkan tengah menyelidiki Facebook terkait penyimpanan email pengguna yang dilakukan perusahaan tersebut.
Sekadar informasi, awal bulan ini, Facebook mengakui pihaknya telah mengumpulkan kontak dari 1,5 juta email pengguna secara tidak sah. Kebanyakan email itu dikumpulkan dari pengguna yang mendaftar setelah 2016.
Oleh sebab itu, seperti dikutip dari Engadget, Senin (29/4/2019), otoritas hukum di Amerika Serikat, tepatnya kantor Jaksa Agung New York, berencana melakukan investigasi terkait kasus ini.
Advertisement
Baca Juga
"Facebook berulang kali menunjukkan keteledoran dalam mengurus informasi pengguna, padahal di sisi lain mereka mengambil keuntungan dari menambang data pengguna," tulis kantor Jaksa Agung New York dalam keterangannya.
Menurut kantor Jaksa Agung New York, jumlah pengguna yang datanya disalahgunakan oleh Facebook dapat lebih besar mencapai ratusan juta, meski perusahaan itu mengaku hanya jutaan pengguna.
"Ini saatnya Facebook harus lebih terbuka terhadap cara mereka mengurus info pribadi para penggunanya," ujar Jaksa Agung New York Letitia James lebih lanjut.
Facebook sendiri mengaku pengumpulan data itu tidak dilakukan secara sengaja. Raksasa media sosial itu menyebut tindakan pengumpulan data ini berhubungan dengan metode verifikasi bagi pengguna baru, yakni dengan memasukkan password email mereka.
Menyusul pengakuan ini, Facebook juga menyebut telah menyetop pengumpulan data pengguna, termasuk menghapus kontak yang sudah disimpan. Namun, penyelidikan ini akan tetap dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengguna lain yang terdampak.
Isu Soal Privasi Pengguna Dikritik, Ini Respons Facebook
Sekadar informasi, Facebook memang tengah banyak mendapat kritik terkait masalah model bisnisnya yang mengusik privasi pengguna.
Terbaru, kritik pedas yang dilayangkan terhadap raksasa media sosial tersebut berasal dari mentor Mark Zuckerberg, Roger McNamee.
Ia mengkritik model bisnis Facebook yang mengandalkan iklan, di mana platform secara tidak langsung mempelajari tingkah laku pengguna dan menawarkannya ke pengiklan. Hal tersebut jelas menganggu privasi pengguna.
Menurutnya, Facebook sebagai perusahaan harus turut bertanggung jawab terhadap dampak dari platform-nya ke masyarakat.
"Manajemen harus bertanggung jawab untuk setiap tindakan. Sama seperti saat mereka menerima pujian ketika sukses, mereka juga harus bertanggung jawab terhadap kegagalan yang terjadi," tulisnya.
Menanggapi hal tersebut, Facebook ternyata tidak dapat berkomentar banyak.
Nathaniel Gleicher, Head of Cybersecurity Policy Facebook, berujar kalau pihaknya saat ini cuma bisa berupaya untuk menjunjung tinggi standar komunitas yang mengedepankan keamanan platform dan privasi pengguna.
Ia malah mengaitkan isu tersebut dengan upaya yang dilakukan tim teknis Facebook untuk melindungi keamanan data penggunanya.
“Tim teknis kami telah mengembangkan protokol keamanan terkait privasi pengguna. Kami punya 3.000 lebih teknisi yang telah bekerja untuk itu selama beberapa tahun terakhir,” terang Nathaniel kepada Tekno Liputan6.com dalam wawancara di kantor Facebook Indonesia, Jumat (1/2/2019).
Adapun asumsi Facebook mempelajari tingkah laku pengguna untuk keperluan pengiklan, dirasa Nathaniel menjadi transisi besar bagi perusahaan untuk melakukan analisis ketertarikan penggunanya.
Advertisement
Tenggelam dalam Lingkaran
Selain itu, orang-orang di dalam Facebook juga tenggelam dalam lingkarannya sendiri.
McNamee menuturkan, Zuckerberg selalu percaya bahwa platform-nya memiliki misi untuk menghubungkan orang-orang di seluruh dunia, tapi sebenarnya tidak demikian.
Alasannya, Zuck dan karyawan di Facebook selalu merespons kritikan dengan cara yang sama. Mereka, menurut McNamee, selalu mengandalkan kecerdasan buatan, kode, dan solusi jangka pendek.
"Mereka melakukan ini karena menutup persepsinya tentang realitas. Mereka tidak pernah memikirkan bahwa masalah yang ada saat ini sebenarnya berhubungan dengan desain atau keputusan bisnis," timpal McNamee.
Tidak hanya itu, Zuckerberg saat ini dianggap hanya sebagai simbol pimpinan Facebook dan hanya fokus pada pengembangan produk. Sementara urusan bisnis diserahkan pada Sheryl Sandberg.
(Dam/Ysl)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: