Liputan6.com, Jakarta - Coba bayangkan berapa luas galaksi Bima Sakti? Galaksi spiral yang kita huni ini diketahui memiliki total massa sekitar 10 massa matahari, yang mana memiliki 200-400 miliar bintang dengan diameter 100.000 tahun cahaya dan ketebalan 1000 tahun cahaya.
Baca Juga
Advertisement
Ini artinya, galaksi Bima Sakti merupakan galaksi spiral yang tidak bisa dihitung saking betapa luasnya.
Nah, jika sudah terbayang begitu besarnya galaksi Bima Sakti, kamu pasti akan menganga lebar dengan temuan galaksi baru yang satu ini.
Galaksi tersebut, sebagaimana diberitakan laman Mirror pada Kamis (9/5/2019), ditemukan oleh sekelompok ilmuwan NASA dan diketahui memiliki ukuran tujuh kali lebih luas dari Bima Sakti.
Mereka memberi kode nama "UGC 1382" atau juga seringkali dijuluki galaksi 'Frakenstein'.
Para ilmuwan menjelaskan, galaksi ini berbeda dari galaksi-galaksi lain yang hadir di alam semesta.
"Galaksi itu tergolong langka karena mampu menciptakan ekosistem sendiri di lingkungan yang seharusnya tidak mendukungnya untuk berevolusi," kata Mark Seibert, salah satu ilmuwan yang juga mengajar di Observatorium Carnegie Institution of Science.
Galaksi yang namanya diambil dari karakter mayat hidup tersebut pertama kali ditemukan oleh Seibert dan mahasiswanya, Lea Hagen, lulusan Pennsylvania State University.
Tak seperti galaksi Bima Sakti, pusat galaksi Frankenstein justru diungkap memiliki 'usia' yang lebih muda.
"Galaksi tersebut memang luas. Tampak memiliki usia yang lebih tua dari Bima Sakti dari tampilan luarnya. Namun core dari galaksi tersebut rupanya masih muda, menurut asumsi kami," lanjut Seibert.
Selain itu, Seibert menambahkan, struktur galaksi ini dinilai unik karena memiliki dua bagian berbeda yang dapat membuatnya berevolusi sendiri dengan menciptakan gugusan bintang.
"Galaksi-galaksi lain mungkin ada yang seperti ini, tetapi tidak memiliki luas yang begitu masif. Kami sendiri tidak mungkin menghitung berapa luas galaksi Frankenstein jika harus dibandingkan dengan Bima Sakti," pungkasnya.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Waktu di Alam Semesta Bisa Berhenti Total, Benarkah?
Waktu bergerak cepat seperti usia. Namun, ada sebuah teori ilmiah yang mengatakan, hal sebaliknya bisa saja terjadi.
Teori radikal dari akademisi menunjukkan bawah waktu bisa melambat, dan akhirnya bisa berhenti sama sekali.
Pikiran terbaru ini diajukan para peneliti yang bekerja di universitas Spanyol, yang mengatakan bahwa kita semua telah tertipu dan berpikir kalau alam semesta berkembang.
Faktanya, kata mereka, waktu melambat sampai akhirnya dalam miliaran tahun akan berhenti sama sekali.
Walaupun temuan ini terdengar mengkhawatirkan, teori tersebut bisa menghabiskan waktu bagi kita untuk merenung.
Advertisement
Segala Sesuatu Akan Dibekukan
Menurut para ilmuwan, hilangnya waktu secara bertahap tidak dapat terlihat mata manusia.
Dan mereka juga mengatakan, kita semua akan pergi jika waktunya benar-benar berakhir.
Profesor Senovilla kepada majalah New Scientist mengatakan, "Segala sesuatunya akan dibekukan seperti snapshot dari sejenak, selamanya". Planet kita akan pergi pada saat itu.
Para ilmuwan sebelumnya telah mengukur cahaya dari bintang yang meledak untuk menunjukkan bahwa alam semesta mengembang dengan kecepatan tinggi.
Namun, para ilmuwan dengan teori terbaru mengatakan kita sedang melihat hal yang mundur.
Senovilla mengatakan bahwa asumsi saat ini semuanya salah, dengan munculnya percepatan yang disebabkan waktu melambat secara bertahap.
Mungkin sulit dipercaya, tetapi Kosmologi di Cambridge University mengatakan ide itu bukan tanpa subtansi.
"Kami percaya pada saaat itu muncul Big Bang dan jika waktu itu dapat muncul, itu juga dapat menghilang. Itu hanya efek sebaliknya," ujarnya.
(Jek/Ysl)