Sukses

5 Hal yang Patut Kamu Ketahui Tentang Aksi Pembobolan WhatsApp

Kerentanan dalam layanan pesan WhatsApp itu diketahui dapat memberikan akses ke pelaku untuk memasang spyware via panggilan suara saja.

Liputan6.com, Jakarta - Aplikasi pesan instan kenamaan di dunia, WhatsApp, baru saja dikabarkan dibobol oleh hacker.

Mendapati laporan aksi tersebut, Facebook, selaku pemilik WhatsApp mendesak pengguna untuk memperbarui aplikasi di smartphone mereka masing-masing.

Hal ini dilakukan agar mengurangi kemungkinan peretas dapat mengambil alih ponsel hanya dengan menelepon, baik kamu menjawab panggilan telepon atau tidak, sebagaimana dikutip dari The Guardian, Rabu (15/5/2019).

Sebagai informasi, kerentanan dalam layanan pesan milik Facebook itu diketahui dapat memberikan akses ke pelaku untuk memasang spyware via panggilan suara di WhatsApp saja.

Jika sudah menginfeksi smartphone korban, spyware ini mampu menjaring informasi melalui fitur panggilan; teks dan data lainnya; mengaktifkan kamera dan mikrofon; dan kegiatan berbahaya lainnya.

2 dari 5 halaman

1. Smartphone yang Rentan Kena Serangan

Ilustrasi cara kunci WhatsApp (Sumber:Pixabay)

Semua merek ponsel pintar yang memasang WhatsApp atau WhatsApp Business rentan kena serangan, termasuk iPhone (iOS), Android, Windows Phone, dan Tizen.

Adapun versi WhatsApp yang rentan terkena infeksi:

- WhatsApp for Android prior to v2.19.134

- WhatsApp Business for Android prior to v2.19.44

- WhatsApp for iOS prior to v2.19.51

- WhatsApp Business for iOS prior to v2.19.51

- WhatsApp for Windows Phone prior to v2.18.348

- WhatsApp for Tizen prior to v2.18.15

Informasi, WhatsApp saat ini diprediksi digunakan oleh 1.5 miliar pengguna di seluruh dunia.

 

3 dari 5 halaman

2. Pelaku di balik Penyebaran Spyware

Ilustrasi WhatsApp (iStockPhoto)

Berdasarkan Financial Times, spyware di WhatsApp ini dikembangkan oleh perusahaan intelijen siber Israel, yakni NSO Group.

Dalam aksinya, spyware ini mampu menginfeksi perangkat meskipun pengguna tidak menerima panggilan, dan seringkali disembunyikan dari log.

3. Belum Diketahui Jumlah Pengguna yang Terinfeksi

Hingga saat ini, belum diketahui berapa jumlah orang yang "dimata-matai" karena spyware di WhatsApp tersebut.

Jika kamu belum menerima panggilan suara WhatsApp atau drop call dari nomor yang tidak dikenal, maka kamu mungkin belum menjadi target.

 

4 dari 5 halaman

4. Langkah Antisipasi

Ilustrasi WhatsApp (iStockPhoto)

Facebook mengatakan, pihaknya sedang melakukan perubahan pada server WhatsApp untuk melindungi data pengguna.

Perusahaan juga langsung meluncurkan pembaruan WhatsApp untuk berbagai versi smartphone mulai dari Senin, 13 Mei 2019.

Pengguna disarankan untuk melakukan pengecekan pembaruan aplikasi secara manual melalui App Store, Google Play, Microsoft Store, dan Galaxy untuk perangkat Tizen.

Bila kamu ingin meindungi dari serangan tersebut, ada baiknya untuk menguninstal WhatsApp dari smartphone, dan menggunakan aplikasi lain, seperti Telegram atau LINE.

 

5 dari 5 halaman

5. Pembobolan WhatsApp Berbahaya Bagi Negara

Ilustrasi Whatsapp (Foto: Unsplash.com/ Rachit Tank)

Lebih lanjut, pakar keamanan dari lembaga riset keamanan siber CISSRec, Pratama Persadha menilai, karena WhatsApp digunakan secara masif oleh banyak orang, pengguna pun wajib untuk terus berhati-hati, terutama pengguna dari kalangan pejabat negara.

Pratama menyebut, banyak pejabat di Indonesia yang berkomunikasi dan memberi keputusan lewat grup WhatsApp. Dia beranggapan, hal ini sangat riskan dan berbahaya bagi keamanan negara.

"Sangat berbahaya pejabat atau tokoh penting di Indonesia memakai WhatsApp dan aplikasi pesan instan gratisan lainnya. Apalagi komunikasi yang dilakukan bersifat penting dan strategis," kata Pratama dalam keterangan resmi yang diterima Tekno Liputan6.com, Rabu (15/5/2019).

Oleh karena itu, kata Pratama, kejadian ini perlu jadi perhatian bersama.

Lebih lanjut Pratama menjelaskan bahwa bahaya dari spyware ini tidak hanya mencuri data percakapan saja, tetapi juga bisa mengambil alih sistem operasi.

Bahkan, spyware ini bisa menginfeksi saat korban mengangkat panggilan WhatsApp. Pratama menyebut, banyak pejabat di Indonesia dari nomor penyerangnya. 

(Ysl/Isk)