Sukses

Tak Mau Kalah dengan Instagram, Line Juga Hadirkan Fitur Stories

Line mengatakan bahwa fitur Stories ini akan diletakkan pada menu Timeline.

Liputan6.com, Jakarta - Stories merupakan fitur yang banyak diminati oleh pengguna sosial media. Awal mula fitur ini dikenalkan oleh Snapchat, dan dianggap memiliki peluang besar dan banyak peminatnya.

Kemudian, fitur ini malah banyak dijiplak oleh beberapa platform populer seperti Instagram, Facebook, dan WhatsApp. Ketiganya merupakan aplikasi media sosial dengan lebih dari 1,5 miliar pengguna tiap bulannya.

Selain itu, pihak dari Facebook mengatakan bahwa WhatsApp Stories digunakan oleh lebih dari 500 juta orang.

Baru-baru ini, berhembus kabar kalau Line akan meluncurkan fitur stories pada aplikasinya.

Dilansir Tech Crunch pada Kamis (24/5/2019), Line mengatakan bahwa fitur Stories ini akan diletakkan pada menu Timeline. Kehadiran Stories akan memberikan keleluasaan bagi pengguna untuk mengunggah konten atau cerita sebanyak yang mereka mau.

Selain itu, pengguna tak perlu khawatir unggahannya menumpuk karena fitur ini dilengkapi dengan auto-delete setelah 24 jam.

Sistem penggunaannya sama seperti stories pada Facebook, Instagram, Snapchat, dan WhatsApp.

Dengan dihadirkannya fitur baru ini, Line berharap bahwa fitur lebih cepat mendapatkan informasi serta mendapatkan banyak perhatian dari pengikutnya.

 

2 dari 4 halaman

Selain AI, Line juga Bakal Fokus ke Fintech

Line Corporation menggelar acara untuk para pengembang yang bertajuk Line Developer Day 2018 di Happo-en, Tokyo, Rabu (21/11/2018).

Chief Technology Officer Line Park Ibin mengatakan, selain pengembangan teknologi kecerdasan buatan, perusahaan akan mulai fokus pada industri fintech (teknologi finansial).

"Selain Clova AI dan pengembangan AI di Line, tahun ini dan berikutnya kami juga akan fokus pada fintech," kata Park di atas panggung.

Sekadar informasi, Line sudah mulai merambah teknologi finansial dengan kehadiran Line Pay. Di Indonesia, Line bekerja sama dengan Mandiri eCash untuk menghadirkan layanan Line Pay.

Line Senior Finance Manager Hidekazu Ikeda mengatakan, teknologi finansial Line akan berbasis pada blockchain (pada Line bernama LineChain).

"Kami menggunakan blockchain untuk memastikan keamanan dan transparansi riwayat transaksi," kata Ikeda.

Dia juga menyebut, saat ini transaksi dilakukan masih banyak yang bersifat tradisional, di mana pembayaran dilakukan melalui perbankan.

Namun, ke depannya teknologi finansial akan makin banyak dipakai oleh pengguna melalui smartphone mereka. Bahkan dengan LinePay, pengiriman uang lewat aplikasi smartphone bisa dilakukan dalam 15 detik saja.

Ikeda menjelaskan, teknologi finansial dipilih sebagai fokus Line selanjutnya mengingat banyak negara yang menggunakan metode pembayaran tunai, salah satunya Jepang.

"Di Jepang masih banyak transaksi tunai, sementara di negara lain sudah mulai pakai kartu kredit dan nontunai. Padahal, semua orang sekarang tidak bisa lepas dari smartphone-nya tiap hari. Makanya, teknologi finansial bisa diimplementasikan," tuturnya.

Ikeda mencontohkan, betapa cepatnya transfer uang dengan Line Pay.

"Jadi saya waktu itu sedang menghadiri rapat di luar, tetapi anak perempuan saya terus menghubungi. Saya pikir ada masalah atau dia kenapa-kenapa, tetapi rupanya anak saya ingin meminta uang untuk membeli baju di clothing store. Saya langsung mengirimkan uang dengan finalisasi pembayaran menggunakan fingerprint dan hanya butuh beberapa detik uang terkirim," katanya.

Pengalaman tersebut, kata Ikeda, membuatnya sadar bahwa ke depannya dunia telah masuk ke pembayaran nontunai.

"Bahkan kemungkinan uang akan bersifat digital, hanya dengan smartphone pengguna bisa melakukan pembayaran sekaligus berkomunikasi," ujarnya.

Line Pay, kata Ikeda, juga mulai fokus ke pembayaran dengan QR Code. Jadi nantinya ketika berbelanja pengguna hanya tinggal memindai barcode yang diberikan oleh merchant, kemudian uang akan berpindah ke akun penjual.

"Fokusnya untuk mempercepat kehadiran Line Pay Terminal di merchant, contohnya kami sudah pasang di kafe kami di kantor pusat Line yang ada di Shinjuku," ujarnya.

 

3 dari 4 halaman

Perluas Penerapan Teknologi

Line juga mulai memperluas penerapan teknologi finansial di pasarnya yang lain, misalnya saja Thailand dan Taiwan. Di Thailand khususnya, Line Pay bekerja sama dengan Rabbit Card, e-Money yang digunakan warga Thailand untuk naik kereta.

"Rencananya tahun ini Line Pay akan bisa dipakai untuk mengisi ulang saldo Rabbit Card, jadi tidak perlu lagi isi ulang dengan pembayaran tunai," kata Ikeda.

Sementara, untuk Taiwan, Line Pay bekerja sama dengan perbankan, dalam hal ini adalah JCB Bank.

Sekadar informasi, kini Line Pay memiliki pengguna sebanyak 40 juta user dengan transaksi mencapai 125 miliar yen per bulan atau Rp 16 triliun.

"Angka ini terus bertambah tiap bulannya," kata Ikeda.

Line juga memungkinkan pengguna untuk tukar uang dengan kehadian Bitbox pada Juli lalu. Total, ada 30 mata uang yang bisa ditukarkan dengan Line Bitbox.

CTO Line Park Ibin mengatakan, dalam menghadirkan teknologi finansial, Line memang tak bisa bergerak sendiri. Makanya Line terus bekerja sama dengan mitra lokal, baik perbankan ataupun perusahaan asuransi.

"Kami terus mengembangkan kerja sama untuk meningkatkan layanan Line Pay. Kami membayangkan pengguna nantinya hanya perlu melakukan pembayaran lewat smartphone untuk membeli barang secara online atau offline sekaligus untuk berkomunikasi," kata Park.

(Shintya Alfian/Jek)

 

4 dari 4 halaman

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: