Liputan6.com, Jakarta- Jika Amerika Serikat (AS) masih tetap akan memblokir Huawei, maka perusahaan tidak lagi akan bisa menggunakan berbagai produk Google.
Beruntung, Huawei sejak 2012 dilaporkan telah mengembangkan sistem operasi (OS) alternatif sendiri.
Dikutip dari Phone Arena, Jumat (24/5/2019), CEO Consumer Business Group Huawei, Richard Yu, memberikan beberapa informasi mengenai OS tersebut. Menurut laporan media Tiongkok, OS tersebut saat ini bernama "HongMeng OS", bukan Kirin OS.
Advertisement
Baca Juga
Diungkapkannya, OS tersebut akan segera siap pada musim gugur tahun ini. Jika semua berjalan lancar, Huawei Mate 30 Pro kemungkinan besar akan hadir dengan "HongMeng OS", bukan Android 10 Q seperti yang diperkirakan sebelumnya.
Namun jika melewati batas waktu, OS mobile Huawei itu kemungkinan akan debut melalui Huawei P40 Pro pada awal tahun depan.
OS tersebut tidak hanya untuk smartphone dan tablet, tapi juga laptop Huawei sebagai ganti Windows 10. Selain itu, juga berpotensi digunakan pada perangkat wearable, TV, bahkan mobil.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Langkah Darurat
Lebih lanjut, dalam sebuah wawancara dengan The Information, Richard mengakui akan segera "terpaksa" merilis ekosistem dan OS sendiri jika perusahaan tetap berada di dalam daftar hitam AS. Ia menilai keputusan AS pada pekan lalu itu sebagai "kejutan besar", dan tidak menyangka bahwa negara tersebut membatasi penggunaan Android.
"Ini (Android) adalah produk konsumen, yang tidak memiliki hubungan dengan masalah keamanan jaringan," tuturnya.
Bersamaan dengan laporan ini, The Information juga mempublikasikan beberapa temuannya terkait alternatif Android dari Huawei. OS tersebut dikenal secara internal sebagai "Project Z", dan saat ini masih jauh dari kata siap. Temuan ini tidak sejalan dengan laporan sebelumnya.
Selain itu, menurut sejumlah sumber, tujuan dari OS tersebut hanya untuk memperkuat perangkat Tiongkok Huawei ketika peralihan ke 5G telah selesai. Perusahaan tidak pernah memperkirakan kehilangan akses ke Android secara internasional.
Alhasil untuk pasar global, perusahaan kini dilaporkan menghadapi tantangan untuk menciptakan keseluruhan ekosistem aplikasi yang akan menarik minat konsumen tanpa memiliki akses ke AS. Tiongkok sendiri saat ini memiliki banyak aplikasi. meski sebagian besar layanan Google diblokir di negara tersebut.
(Din/Isk)
Advertisement