Liputan6.com, Jakarta- Masa depan Huawei di pasar smartphone tengah terombang-ambing, setelah Amerika Serikat (AS) memasukkannya ke dalam daftar hitam ekspor.
Kebijakan ini berdampak negatif pada bisnisnya, terutama setelah Google memutuskan memblokir Huawei menggunakan berbagai layanannya, meski saat ini AS memberikan masa tenggang 90 hari.
Dikutip dari Phone Arena, Jumat (24/5/2019), penjualan smartphone Huawei di wilayah Eropa dan Asia dilaporkan sedang tidak begitu baik.
Advertisement
Berdasarkan laporan situs trade-in Inggris, Music Magpie, ada peningkatan besar dalam tukar tambah produk Huawei selama 24 jam setelah Google mengumumkan keputusannya pada Minggu (19/5/2019).
Baca Juga
Situs itu melaporkan lonjakan 154 persen untuk penukaran smarthone Huawei pada pukul satu siang, Senin (20/5/2019). Perangkat Huawei lebih banyak dijual dibandingkan merek lain.
ADSLZone juga melaporkan, pembatasan terhadap Huawei juga mulai berdampak pada penjualan di Spanyol.
Dalam waktu hanya 36 jam, dilaporkan lebih dari 10 ribu pesanan smartphone Huawei dibatalkan di situs web Amazon Spanyol.
Kampanye Prime Day yang direncanakan Huawei dan Amazon, juga disebut tidak lagi diutamakan.
Selain itu, Huawei juga menghentikan sementara semua kampanye digital dan iklan ritel di Spanyol, termasuk untuk flagship terbaru P30 Pro.
Surat kabar Spanyol, El Pais, melaporkan penjualan smartphone di sejumlah department store lokal seperti El Corte Ingles dan Mediamarkt, mengalami penurunan antara 50 hingga 70 persen.
Lebih parahnya, konsumen Spanyol dilaporkan telah mengembalikan lebih dari 15 ribu perangkat Huawei ke Amazon dalam beberapa hari terakhir.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Penjualan di Asia
Di luar Eropa, dua operator besar di Jepang, Softbank dan KDDI, telah menunda peluncuran sejumlah perangkat Huawei, termasuk P30 Lite yang direncanakan mulai dijual pada Jumat, 24 Mei 2019.
Hal serupa juga dilakukan Vodafone dan EE di Inggris, dengan alasan ketidakpastian seputar dukungan untuk perangkat Huawei di masa depan.
Di Singapura, sejumlah besar pengguna dilaporkan bergegas menjual perangkat mereka terlepas dari kenyataan bahwa ponsel yang telah ada akan terus menerima patch keamanan, dan memiliki akses ke layanan Google.
Banyak toko ritel dan perbaikan disebut tak ingin menjual smartphone Huawei.
Seorang penjualan di Singapura menyatakan, jika mereka "membeli sesuatu yang tidak berguna", maka tidak ada cara jelas untuk menjualnya nanti.
"Bukan berarti Huawei adalah produk buruk. Ini adalah produk yang sangat bagus. Hanya saja tidak ada yang ingin membelinya saat ini karena kebijakan AS," ungkap penjual tersebut.
Huawei tampaknya juga menghadapi masalah serupa di Filipina. Banyak penjual ritel tidak lagi menerima smartphone Huawei karena para pelanggannya tidak tertarik.
Namun ada juga yang masih menerimanya dengan syarat mendapatkan diskon 50 persen, dengan alasan menjual smartphone Huawei akan menjadi sebuah pertaruhan.
(Din/Jek)
Advertisement