Liputan6.com, Jakarta - Sebuah iklan iPhone yang mengklaim, "Apa yang terjadi di iPhone, tetap di iPhone," menyiratkan bahwa privasi menjadi prioritas Apple. Namun faktanya, privasi iPhone yang diklaim menjadi sebuah keunggulan, ternyata terbukti tak tepat.
Hal ini diungkap oleh Washington Post yang bekerja sama dengan reporter bernama Geoffrey Fowler dan sebuah firma privasi Disconnect, untuk melakukan pengujian terhadap Apple.
Mereka memeriksa iPhone milik Fowler untuk melihat data yang dikirim dari deretan aplikasi populer, dipadu dengan laporan dari kolega privasi Disconnect soal data Fowler yang mungkin diterima.
Advertisement
Baca Juga
Hasilnya, dalam beberapa menit, ada belasan perusahaan marketing dan firma riset yang melaporkan bahwa data-data pribadi milik Fowler masuk ke server mereka. Demikian seperti dilansir Android Authority, Jumat (31/5/2019).
"Sebuah perusahaan bernama Amplitude memiliki nomor teleponku, email, dan lokasi keberadaanku. Perusahaan lain bernama Appboy mendapatkan sidik jari digitalku yang berasal dari iPhoneku," tulis Fowler.
Fowler membiarkannya selama seminggu, dan secara mengejutkan ia menemukan sekitar 5.400 aplikasi pelacak yang mengirimkan data pribadinya dari sebuah iPhone.
Data-data tersebut digunakan oleh berbagai platform, mulai dari App Store, developer, hingga marketing yang bahkan mendapat data pribadi pengguna.
Â
Apa Saja Data yang Diambil?
Mengutip laman Daily Mail, informasi atau data pribadi yang dikirim dari iPhone bisa berupa nama, email, alamat IP hingga lokasi pengguna saat ini.
Bukan cuma itu, ribuan aplikasi pelacak tersebut juga bisa 'mencuri' data pengguna saat iPhone sedang tidak digunakan. Aplikasi ini memanfaatkan fitur Background App Refresh.
Ternyata aplikasi tersebut cukup populer, seperti Nike, Spotify, OneDrive, dan lainnya. Data yang disedot juga jumlahnya hingga 1,5GB.
Â
Advertisement
iPhone Curi Data Pengguna iTunes
Sebelumnya, iPhone juga pernah dituduh 'mencuri' data pelanggan iTunes di Rhode Island dan Michigan.
Sebenarnya, tracker sendiri bukan sesuatu yang berbahaya kalau digunakan sebatas keperluan target pasar saja dan selama informasi yang diambil tidak bersifat sensitif.
Namun dalam banyak kasus, seringkali informasi pengguna disalahgunakan dan berujung pada kerugian pengguna itu sendiri. Oleh karenanya, sebagai pengguna sebaiknya kita selalu mengubah informasi keamanan akun secara rutin.
(Isk/Ysl)
Â