Liputan6.com, Jakarta - Maraknya foto rekayasa yang bisa mencemarkan nama baik satu pihak tampaknya jadi perhatian tim Adobe dan kelompok peneliti asal University of California Berkeley.
Demi mengurangi penyebaran informasi menyesatkan, mereka mengembangkan teknologi AI (artificial intelligence) untuk mendeteksi apakah suatu foto asli atau editan Photoshop.
Dilansir dari Engadget, Selasa (18/6/2019), tim Adobe dan peneliti UC Berkeley akan melatih convolutional neural network (CNN) untuk menemukan titik perubahan di gambar yang diedit dengan fitur Photoshop, Face Awal Liquify yang memang didesain khusus untuk daerah mata, mulut dan fitur wajah yang mendetail lainnya.
Advertisement
Baca Juga
Ketika diuji, jaringan neural ini bisa mendeteksi gambar yang diedit dengan tingkat ketepatan 99 persen. Sebagai perbandingan, tingkat ketepatan manusia hanya sebesar 53 persen saja.
Sebenarnya, ini bukan pertama kalinya Adobe melakukan hal ini. Mereka bahkan punya target spesifik untuk mendalami manipulasi wajah.
"Kita hidup di zaman di mana semakin sulit untuk manusia mempercayai apa yang dilihat di internet," ujar peneliti Adobe Richard Zhang.
Oleh karenanya, Adobe akan terus bekerja keras untuk memaksimalkan hal ini.
Adobe Kembali Temukan Celah Keamanan di Flash Player
Kamu yang sudah lama pakai komputer pasti sudah tidak asing lagi dengan aplikasi Flash Player buatan Adobe. Software yang biasa digunakan sebagai ekstensi tambahan untuk peramban ini, kembali tersandung masalah keamanan.
Informasi masalah keamanan ini dipastikan setelah Adobe merilis pembaruan, dan mendapati ada celah keamanan di semua Flash Player hingga versi v28.0.0.137 yang meluncur ke platform Windows, Mac, dan Linux, serta perambah Google Chrome dan Microsoft Edge.
Seperti yang dikutip dari laman BGR, Sabtu (3/2/2018), celah keamanan yang bernama CVE-2018-4878 ini dikabarkan dapat meng-embed malware ke dokumen Office dan disebarkan melalui email.
Adobe bahkan menyarankan kepada pengguna untuk mengaktifkan fitur Protected View, yang mana ketika pengguna menerima sebuah email dokumen tak dikenal bisa membuka dokumen tersebut dengan modus read-only.
Advertisement
Solusi Terbaik
Meski bakal meluncurkan pembaruan untuk menambal celah keamanan ini pada 5 Februari 2018, ada baiknya kamu uninstall aplikasi dari perangkat sementara waktu, atau selama-lamanya untuk menghidari masalah lain di kemudian hari.
Sebelumnya, beberapa peramban, seperti Firefox dan Chrome memilih untuk memblokir layanan Flash di peramban mereka dikarenakan masalah keamaan yang mungkin ditimbulkan dari penggunaan Adobe Flash di peramban tersebut.
Sering bermasalah dan lemahnya keamanan Flash Player terhadap serangan siber, software yang sempat tenar di tahun 2000-an inipun akhirnya mulai ditinggalkan penggunanya.
Dikutip dari laman PC Gamer, Kamis (27/7/2017), Adobe pun memutuskan untuk 'membunuh' software-nya ini pada akhir 2020.
Uniknya, kabar hilangnya Flash Player ini justru disambut baik oleh sejumlah pengguna internet. Pasalnya, kehadiran Flash Player belakangan dianggap cukup merepotkan.
Meski begitu, Adobe berjanji akan tetap memberi layanan Flash di beberapa browser dan OS penting yang mendukung Flash.
(Tik/Isk)