Sukses

Studi: Konsumsi Energi Bitcoin Lebih Banyak dari Swiss

0,25 persen konsumsi elektrik dunia terserap oleh Bitcoin.

Liputan6.com, Jakarta - Studi terbaru menunjukkan kalau konsumsi energi Bitcoin telah melebihi konsumsi energi Swiss secara keseluruhan.

Mengutip laman The Verge, Senin (8/7/2019), peneliti dari Universitas Cambridge memperkenalkan tool online bernama Cambridge Bitcoin Electricity Consumption Index atau CBECI. Tool ini bisa memperkirakan estimasi penggunaan energi Bitcoin secara real time.

Hasil kalkulasi CBECI menunjukkan jaringan Bitcoin mengkonsumsi lebih dari 7 gigawatt listrik.

Angka ini setara dengan 64 TWh (terawatt per jam), yang lebih besar dari penggunaan energi Swiss yang sebesar 58 TWh.

Ini berarti, 0,25 persen konsumsi elektrik dunia terserap oleh Bitcoin atau setara dengan konsumsi ceret kopi di Inggris selama 11 tahun.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

2 dari 3 halaman

Butuh Konsumsi Energi Besar

Memang sudah bukan hal mengejutkan kalau Bitcoin memakan banyak sumber daya listrik. Penambangan Bitcoin di seluruh dunia saja menggunakan komputer canggih dengan jumlah yang tidak sedikit.

Namun, angka yang dihasilkan CBECI ini belum akurat karena rentangnya tinggi, yaitu berkisar dari 22 TWh hingga 150 TWh.

Sebagai perbandingan, ada juga angka perkiraan konsumsi listrik oleh bitcoin yang dirilis oleh Digiconomist, yang memperkirakan konsumsi listriknya mencapai 70 TWh, atau 6 TWh lebih besar dari CBECI.

3 dari 3 halaman

Iran Sita 1.000 Komputer Penambang Bitcoin Ilegal

Di sisi lain, banyak penambang Bitcoin yang menggunakan jalan ilegal untuk mendapatkan mata uang digital dengan mudah. Mereka meretas energi subsidi pemerintah dan memanfaatkannya untuk menambang Bitcoin tanpa harus membayar biaya listrik yang besar.

Kejadiannya ada di Iran. Otoritas negerti itu menyita sekitar 1.000 unit komputer yang digunakan untuk menambang bitcoin secara ilegal.

Hal ini diberitakan langsung oleh stasiun televisi milik pemerintah setelah adanya kecurigaan terhadap lonjakan konsumsi energi subsidi di negara tersebut.

Dilaporkan dari The Verge, Senin (1/7/2019), lokasi penambangan ilegal itu berada di dua pabrik terbengkalai di provinsi Yazd.

Akibat penambangan cryptocurrency ilegal ini, konsumsi energi subsidi di Iran naik hingga 7 persen bulan ini.

Selain itu, jaringan listrik di sekitar provinsi Yazd tidak stabil hingga terancam terputus dan menghambat pekerjaan masyarakat sekitar, demikian yang dikutip dari Radio Free Europe.

Tentunya, praktik ini jadi perhatian besar Iran karena tahun lalu, bank sentral Iran telah memblokir akses ke mata uang kripto alias cryptocurrency, termasuk bitcoin, karena dianggap bisa dimanfaatkan untuk pencucian uang.

(Tik/Isk)