Sukses

HEADLINE: Heboh Aplikasi FaceApp, Platform Asal Rusia yang Curi Data Pengguna?

Di tengah hebohnya FaceApp, muncul dugaan kalau aplikasi buatan Rusia ini diam-diam mencuri data pengguna. Benarkah demikian?

Liputan6.com, Jakarta - Aplikasi FaceApp kembali viral di media sosial. Banyak para pengguna mengedit foto mereka menjadi terlihat tua dan kemudian diunggah ke media sosial, seperti Instagram, Facebook, dan Twitter.

Viralitas aplikasi buatan Rusia tersebut kian terdongkrak ketika sejumlah selebritas Tanah Air dan Hollywood mengedit wajah mereka menjadi tampak jauh lebih tua menggunakan FaceApp. Alhasil, tren #FaceAppChallenge sempat viral di berbagai platform media sosial.

FaceApp sendiri adalah aplikasi pengubah potret wajah berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang bisa 'merombak' raut wajah manusia secara ekstrem. Orang berusia muda bisa tampak dewasa hingga keriput seperti kakek-kakek atau nenek-nenek. Sebaliknya, mereka yang sudah berumur bisa terlihat bak anak-anak. 

Namun, di tengah hebohnya aplikasi buatan Rusia tersebut muncul dugaan kalau platform ini diam-diam mencuri data pengguna, seperti foto wajah, yang dikhawatirkan akan dimanfaatkan untuk keperluan tertentu.

Pihak FaceApp kemudian membantah hal tersebut dengan memberikan pernyataan kepada TechCrunch untuk mengklarifikasi kebijakannya terkait masalah privasi.

Meskipun persyaratan layanan menunjukkan data masih dapat ditransfer ke tim pengembang Rusia, perusahaan mengklaim bahwa data pengguna tetap berada di server.

Yaroslav Goncharov, mantan eksekutif Yandex dan CEO FaceApp menjelaskan, foto yang disimpan di server sebenarnya digunakan untuk membuat proses pengeditan lebih efisien untuk pengguna. Setelah itu, foto-foto tersebut akan dihapus dalam waktu 48 jam.

Selain itu, FaceApp mengatakan, 99 persen pengguna memilih untuk tidak melakukan log in, sehingga aplikasi tidak memiliki banyak cara untuk mengidentifikasi informasi pengguna.

Pun demikian, kita tidak mengetahui dengan pasti apakah FaceApp benar-benar menghapus data foto pengguna atau tidak.

Perlu diingat, kita pun kerap mengunggah foto wajah ke server perusahaan teknologi lain, seperti Facebook, Instagram atau Google.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

2 dari 5 halaman

Pakar Keamanan Siber Angkat Bicara

Bicara soal bahaya aplikasi FaceApp yang menjadi buah bibir di tengah masyarakat, Pakar Keamanan Siber Pratama Persadha angkat bicara.

Ia mengatakan sebenarnya FaceApp sudah memberikan ketentuan bahwa mereka bisa menjual serta mendistribusikan foto yang ada di aplikasi serta foto tidak otomatis terhapus dari server mereka meski sudah kita hapus.

"Satu hal yang perlu dicatat, FaceApp adalah aplikasi gratis yang tentunya membutuhkan pemasukan. Salah satunya dengan menjual foto kita untuk tujuan komersial. Tidak seperti Facebook dan Instagram yang mengolah data para pemakainya dan bisa saja dijual pada pihak ketiga, seperti skandal Cambridge Analytica," ujar Pratama kepada Tekno Liputan6.com, Jumat (19/7/2019).

Ia menambahkan, FaceApp hanya mengumpulkan foto, dan memang ada kekhawatiran bahwa foto tersebut dikumpulkan untuk nantinya digunakan untuk membuka password di smartphone. Meski kemungkinan itu ada, namun masih terlalu jauh.

"Sebenarnya Facebook, Instagram, dan Google jauh lebih berbahaya bagi privasi kita dibandingkan FaceApp. Sebaiknya, orang-orang penting seperti pejabat, tidak memakai aplikasi ini," ujar Pratama.

Pria yang juga dikenal sebagai Chairman Communication and Information System Security Research Center (CISSReC) ini menegaskan, secara umum sebenarnya apa yang dituangkan di ketentuan FaceApp adalah hal yang biasa dan banyak dilakukan oleh aplikasi lain, seperti akses ke kamera dan kontak smartphone.

3 dari 5 halaman

63 Persen Pengguna Tak Hiraukan Ketentuan Aplikasi

Berkaitan dengan hal tersebut, penyedia solusi keamanan Kaspersky mengungkap, mayoritas (63 persen) konsumen tidak membaca perjanjian lisensi dan 43 persen hanya mencentang semua izin privasi, ketika mereka menginstal aplikasi baru.

"Di masa masyarakat yang takut ketinggalan tren (FOMO atau Fear of Missing Out) bisa membuat pengguna tidak peduli dengan keamanan--seperti memberikan izin aplikasi tanpa dipikirkan masak-masak," kata Yeo Siang Tiong, General Manager untuk Kaspersky SEA via email.

Pada dasarnya, tidak ada salahnya bila kita mengikuti tren yang terjadi di media sosial saat ini.

"Akan tetapi, ada baiknya untuk berhati-hati memberikan aplikasi FaceApp atau yang lainnya akses ke dalam kontak, foto, dan pesan pribadi," tutur Yeo menambahkan.

Bila mengklik "Allow" tanpa pikir panjang, ada kemungkinan pembuat aplikasi resmi atau pun ilegal akan mengakses hal yang seharusnya tetap menjadi data rahasia pengguna.

Ketika data sensitif itu diretas atau disalahgunakan, aplikasi viral seperti FaceApp pun dapat memanfaatkan celah untuk dieksploitasi oleh peretas guna menyebarkan virus berbahaya.

4 dari 5 halaman

Tips Hindari Pencurian Data

Lebih lanjut, Kaspersky pun memberikan tips agar pengguna dapat menghindari pencurian data.

Kaspersky menyarankan, pengguna harus selalu berpikir secara aktif dan lebih berhati-hati dalam segala hal yang mereka lakukan di internet dan dengan perangkat mereka.

Berikut adalah beberapa langkah dasar yang dapat lakukan:

1. Hanya unduh aplikasi dari sumber tepercaya. Jangan lupa untuk membaca ulasan dan peringkat aplikasi

2. Pilih aplikasi yang ingin diinstal pada perangkat dengan bijak

3. Baca perjanjian lisensi dengan cermat

4. Perhatikan daftar izin yang diminta aplikasi

5. Hindari mengklik "next” selama instalasi aplikasi

6. Untuk lapisan keamanan tambahan, pastikan untuk menginstal solusi keamanan di perangkat

 

 

5 dari 5 halaman

3 Aplikasi Mirip FaceApp yang Tak Kalah Populer

Seiring kepopuleran FaceApp, sejumlah aplikasi tiruan yang kurang dikenal, tiba-tiba ikut melesat dan bertengger pada posisi teratas di toko aplikasi App Store dan Google Play.

Ambil contoh aplikasi AgingBooth. Diluncurkan sembilan tahun lalu, aplikasi ini sekarang loncat menjadi aplikasi nomor dua di App Store (juga di top 50 Google Play).

Anehnya, AgingBooth sama sekali belum mendapatkan pembaruan selama hampir tiga tahun. Akan tetapi, dalam sepekan terakhir, aplikasi tersebut sudah diunduh lebih dari 2,2 juta kali. Demikian berdasarkan data dari Sensor Tower.

Tak seperti FaceApp yang menghadirkan 'permak' wajah lebih realistis, efek AgingBooth terlihat lebih seperti kartun.

Aplikasi lain dengan kualitas meragukan juga menuai popularitas. Dibuat oleh pengembang asal Tiongkok, Akie Mine, aplikasi berjudul faceapp! juga beranjak ke posisi teratas di App Store dalam beberapa hari terakhir.

Tampil dengan ikon mirip FaceApp, anehnya aplikasi ini tidak memiliki fitur yang dapat mengubah usia.

Terakhir adalah Oldify, sebuah aplikasi kloningan FaceApp yang populer baru-baru ini. Sayang, aplikasi yang dirancang sejak enam tahun lalu ini tidak dapat diunduh secara gratis.

Dibanderol Rp 13 ribu, Oldify saat ini masuk ke dalam daftar teratas aplikasi berbayar di iOS dan sudah diunduh sebanyak 330 ribu kali dalam seminggu terakhir.

(Isk/Dam/Isk/Ein)