Liputan6.com, Jakarta - Huawei dilaporkan mengajukan merek dagang baru kepada Intelectual Property Office di Inggris. Merek dagang ini diperkirakan berkaitan dengan sejumlah varian smartphone.
Dilansir dari GSM Arena, Senin (5/8/2019), varian smartphone tersebut adalah P300, P400, dan P500. Skema penamaannya mirip dengan seri P premium Huawei, seperti seri P30.
Advertisement
Baca Juga
Kendati demikian, sejauh ini belum ada konfirmasi apa pun dari Huawei mengenai merek dagang tersebut. Namun, nama tersebut diprediksi bukan disiapkan sebagai penerus seri P.
Seri P merupakan segmen smartphone premium dari Huawei. Selain seri P, perusahaan juga memiliki Mate dan keduanya dirilis dalam periode berbeda.
Seri smartphone Huawei P biasanya dirilis pada periode semester I, sedangkan Mate pada semester II.
Huawei Tak Bisa Pastikan Mate 30 Meluncur dengan Android
Lebih lanjut, Huawei sendiri saat ini sedang menyiapkan smartphone baru, Mate 30. Chairman Huawei, Liang Hua, beberapa waktu lalu menyingung soal smartphone tersebut.
Liang kala itu membicarakan soal hubungan perusahaan dengan Amerika Serikat (AS) dan dampaknya terhadap bisnis. Salah satu yang dibahas termasuk soal penggunaan OS Android pada Mate 30.
Pemerintah AS pada Mei lalu, sempat memasukkan Huawei ke dalam daftar hitam perdagangan, sehingga perusahaan tidak bisa berbisnis dan menggunakan berbagai produk dari perusahaan-perusahaan AS. Namun menurut laporan, pemerintah ASÂ telah melonggarkan kebijakan tersebut, selama Huawei dipastikan tidak mengancam keamanan negara.
Terkait permasalahan itu, Liang pun mengatakan kepastian Mate 30 menggunakan OS Android tergantung pada AS. Seperti diketahui, Android merupakan mobile OS milik Google, yang merupakan perusahaan AS.
"Jika pemerintah AS mengizinkan kami menggunakan Android, maka kami akan menggunakannya. Namun jika tidak, maka kami akan beralih ke opsi lain. Mengenai seberapa siap OS kami, Anda hanya perlu melihatnya secara langsung nanti," ungkap Liang, seperti dikutip dari Forbes, Kamis (1/8/2019).
Liang pun mengungkapkan, masuknya perusahaan ke dalam daftar hitam, telah merusak penjualan ponsel Huawei di pasar internasional. Namun secara internal, katanya, perusahaan merasa lebih kuat.
"Di luar, ini sudah enam bulan penuh gejolak, tetapi di dalam perusahaan, kami melihat berbagai hal dengan cukup tenang. Di satu sisi, tekanan pemerintah AS membantu kami memahami tujuan kami dengan lebih baik, dan meningkatkan kerja sama kami secara internal," tuturnya.
(Din/Why)
Advertisement