Liputan6.com, Jakarta - Google secara perlahan mulai meninggalkan fungsi password untuk mengakses layanannya. Sebab, pengguna kini dimungkinkan untuk memindai sidik jarinya di smartphone Android saat ingin mengakses akun Google.
Informasi ini pertama kali diketahui dari laman resmi Google. Dikutip dari The Verge, Rabu (14/8/2019), fitur ini sudah tersedia untuk sejumlah model smartphone Android.
Salah satu yang dipastikan akan mendapatkan fitur ini lebih dulu adalah pengguna Google Pixel. Setelahnya, fitur ini digulirkan untuk smartphone yang minimal menjalankan Android 7 dalam beberapa hari ke depan.
Advertisement
Baca Juga
Tidak hanya sidik jari, fitur ini sebenarnya mendukung metode apapun yang digunakan pengguna untuk membuka smartphone-nya. Jadi, pengguna dapat memanfaatkan PIN atau pola yang ada di perangkatnya.
Untuk sekarang, pengguna yang tertarik dapat mencoba menyetel fitur ini lewat situs Google Password. Meski masih terbatas, Google berencana menghadirkan fitur ini ke lebih banyak layanan di masa depan.
Kehadiran fitur ini disebut dapat membantu pengguna yang kerap lupa password akunnya. Selain itu, fitur ini juga disebut menawarkan sistem yang lebih aman.
Alasannya, informasi penting yang diperlukan untuk mengakses sebuah akun disimpan di smartphone. Dengan kata lain, informasi tersebut tidak dapat diretas, meski ada pihak yang mencoba masuk ke server perusahaan.
Tombol Volume Smartphone Android Kini Bisa Jadi Security Key Akun Google
Sebelumnya, Google juga memudahkan pengguna Android untuk melakukan verifikasi dua langkah (two-step verification).
Jadi, pengguna Android 7 Nougat dan versi ke atas dapat memakai tombol fisik di perangkatnya untuk melakukan verifikasi saat masuk akun Google.
Dikutip dari Engadget, Sabtu (13/4/2019), fungsi ini dapat digunakan, saat pengguna Android ingin masuk ke akun Google dari peramban Chrome.
Dengan fitur ini, Google memungkinkan pengguna menekan tombol volume di perangkat Android miliknya untuk melakukan verifikasi proses log-in.
Namun sebelum memakainya, pengguna harus mengaktifkan fitur ini terlebih dulu. Fitur ini kompatibel dengan peramban Chrome di perangkat Chrome OS, macOS, dan Windows 10.
Setelah itu, pengguna harus memastikan perangkat yang menjalankan peramban Chrome sudah mendukung Bluetooth. Lalu, pengguna tinggal mengaktifkan two-step verification.
Advertisement
Google Sebut Keamanan Ekosistem Android Meningkat
Terlepas dari hal di atas, Google baru saja merilis laporan tahunan keamanan dan privasi dari platform-nya.
Dalam laporan ini, perusahaan raksasa mesin pencari itu menyebut secara keseluruhan kesehatan ekosistem Android telah meningkat.
Meski meningkat, persentase unduhan aplikasi yang berpotensi berbahaya (PHA) ternyata naik. Data menunjukkan, jumlah unduhan aplikasi itu naik menjadi 0,04 persen pada 2018, dari sebelumnya 0,02 persen pada 2017.
Namun, Google menyebut jumlah aplikasi berpotensi berbahaya secara keseluruhan naik ini disebabkan fraud sekarang dimasukkan dalam PHA.
"Jika kami menyingkirkan jumlah klik fraud dari statistik ini, data menunjukkan PHA di Google Play turun 31 persen dari tahun ke tahun," tulis laporan seperti dikutip dari Engadget, Kamis (4/4/2019).
Laporan itu juga menyebut, pemasangan PHA di perangkat Android sudah menurun. Pada 2018, jumlah PHA yang terpasang di perangkat Android hanya 0,45 persen, turun dari tahun sebelumnya yang mencapai 0,56 persen.
Program Google Play Protect juga diklaim berhasil mencegah 1,6 juta PHA yang berasal di luar Google Play. Namun, Google tidak mengungkap detail jumlah pemasangan PHA dari Google Play.
Perlu diingat, upaya Google untuk melindung ekosistem di Android memang tidak mudah. Oleh sebab itu, perusahaan merilis program Google Play Protect pada 2017 untuk memindai lebih dari 50 juta miliar aplikasi per hari.
Raksasa internet juga sempat melakukan sejumlah peningkatan kemampuan program Google Play Protect pada 2018. Ketika itu, Google meningkatkan kemampuan machine-learning dari sistem tersebut.
(Dam/Ysl)