Sukses

Donald Trump Tak Ingin AS Berbisnis dengan Huawei

Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengatakan tak ingin AS berbisnis dengan Huawei.

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menyatakan keinginannya supaya AS tidak berbisnis dengan Huawei. Hal ini disampaikan saat pemerintah AS sedang mempertimbangkan memperpanjang masa tenggang sanksi Huawei.

Reuters dan beberapa media lain melaporkan pada Jumat lalu bahwa Departemen Perdagangan AS diperkirakan akan memperpanjang penangguhan hukuman kepada Huawei. Penangguhan ini membuat perusahaan asal Tiongkok itu bisa kembali membeli suplai dari perusahaan-perusahaan AS, sehingga dapat melayani pelanggan yang sudah ada.

Dilansir Reuters, Selasa (20/8/2019), dua orang sumber mengatakan, "lisensi umum sementara" tersebut akan diperpanjang untuk Huawei selama 90 hari.

Antipati Trump kepada Huawei diklaim atas alasan keamanan nasional. "Saat ini sepertinya kita tidak akan berbisnis. Saya sama sekali tidak ingin berbisnis karena ini adalah ancaman keamanan nasional, dan saya sangat yakin bahwa media telah meliputnya sedikit berbeda dari hal tersebut," ungkap Trump.

Menurutnya, ada bagian kecil dari bisnis Huawei yang dapat dikecualikan dari larangan lebih luas. Namun, hal itu akan sangat rumit. Ia pun tidak mengatakan apakah pemerintah AS akan memperpanjang "lisensi umum sementara" tersebut.

Adapun sebelumnya, Direktur Dewan Ekonomi Nasional AS, Larry Kudlow, mengatakan departemen perdagangan akan memperpanjang proses perizinan Huawei selama tiga bulan sebagai isyarat niat baik di tengah negosiasi perdagangan yang lebih luas dengan Tiongkok.

"Kami memberikan waktu istirahat kepada perusahaan-perusahaan kita sendiri selama tiga bulan," tutur Kudlow.

2 dari 2 halaman

Hadapi AS, Huawei Bakal Siapkan Pasukan Besi

Pendiri Huawei, Ren Zhengfei, berencana mulai merombak perusahaan dalam waktu tiga hingga lima tahun. Perombakan ini bertujuan untuk menciptakan "pasukan besi", yang dapat membantu perusahaan bertahan dari "serangan" AS, sambil melindungi kepemimpinan Huawei dalam pengembangan teknologi wireless terbaru.

Dilansir Bloomberg beberapa hari lalu, perubahan struktural ini berkaitan dengan sanksi AS yang mengancam kelangsungan bisnis smartphone Huawei. AS sebelumnya memasukkan Huawei dalam daftar hitam perdagangan, sehingga tidak bisa bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan asal negara tersebut.

Memo internal berisi rencana Zhengfei ini dilihat oleh Bloomberg News, dan sudah dikonfirmasi oleh juru bicara Huawei.

Huawei kini tengah berjuang setelah AS melarang perusahaan membeli teknologi negaranya, termasuk komponen penting chipset dari Qualcomm, hingga OS Android milik Google.

Ren mengatakan, pembenahan internal saat ini perlu dilakukan untuk menghadapi "perang". Namun, ia tidak merinci restrukturisasi yang dimaksud.

"Kita harus menyelesaikan perombakan dalam kondisi keras dan sulit, menciptakan 'tentara besi' tak terkalahkan, yang dapat membantu kita mencapai kemenangan. Kita benar-benar harus menyelesaikan reorganisasi ini dalam waktu tiga hingga lima tahun," tulis Zhengfei dalam memo internal pada 2 Agutus 2019.

(Din/Why)