Liputan6.com, Jakarta - Segala kejadian tentang planet selalu menarik perhatian. Salah satunya, saat Jupiter masih berusia muda, planet terbesar di Tata Surya ini pernah ditabrak oleh planet lain.
Tabrakan itu terjadi pada 4,5 miliar tahun lalu. Mengutip laman Business Insider Singapura, Sabtu (24/8/2019), benda yang menabrak Jupiter adalah sebuah protoplanet yang ukurannya 10 kali lebih besar dari Bumi.
Advertisement
Baca Juga
Dampak dari tabrakan ini begitu menggunjang Jupiter hingga ke intinya. Demikian berdasarkan temuan hasil studi terbaru dari ahli astronomi di Rice University dan Sun Yat Sen University Tiongkok yang baru dipulikasikan di jurnal Nature.
Para astronom menyimpulkan, tabrakan yang terjadi miliaran tahun lalu itu menjelaskan kenapa inti Jupiter kurang padat.
Studi ini berdasarkan data-data yang dikumpulkan oleh pesawat luar angkasa NASA yang mengorbit Jupiter, Juno. Juno mengumpulkan informasi mengenai struktur internal dan komposisi dari planet terbesar sejak tiba di sana, Juli 2016.
Dua tahun lalu, Juno mengirim kembali berbagai data tersebut ke satelit NASA.
Para ilmuwan menduga, unsur-unsur berat ini terkonsentrasi di pusat Jupiter sehingga meninggalkan hidrogen dan helium ringan di sekitar bagian terpadat dari inti planet.
Namun, pengukuran Juno menunjukkan bahwa unsur-unsur berat tersebar melalui pusat Jupiter, hingga setengah dari jari-jari planet.
Hal Membingungkan
"Ini membingungkan," kata astronom dari Rice University Andrea Isella yang membantu menulis penelitian ini.
Ia menambahkan, hasil temuan dari Juno itu menunjukkan sesuatu terjadi dan menggerakkan inti. Di situlah ada dampak besar yang terjadi.
Peneliti post doctoral di tim Isella Shang-Fei Liu merupakan orang pertama yang berasumsi bahwa tabrakan awal inilah yang telah mengacak-acak bagian inti Jupiter.
"Kedengarannya sangat tidak masuk akal. Seperti probabilitas satu per satu triliun," kata Isella.
Namun, kata Isella, Shang-Fei meyakinkan bahwa perhitungan ini tidaklah mustahil.
"Satu-satunya skenario yang menghasilkan profil kerapatan inti mirip dengan apa yang diukur Juno merupakan hasil tabrakan dengan embrio planet yang ukurannya 10 kali lebih besar dari Bumi," kata Liu.
Selanjutnya, tim memperkirakan inti planet yang bertabrakan itu bergabung dengan inti Jupiter.
"Karena inti tersebut padat, datang dengan banyak energi, dampaknya akan seperti peluru yang menembus atmosfer dan menabrak inti," kata Isella.
Ia mengatakan, sebelum tabrakan, Jupiter memiliki inti yang padat dan dikelilingi atmosfer, dampak langsung tabrakan menyebarkan berbagai hal yang menipiskan inti.
Meski begitu, Isella menyebut, butuh bermiliar-miliar tahun bagi material keras untuk mengendap kembali menjadi inti padat.
Advertisement
Sejarah Kelam Planet di Tata Surya
Lebih lanjut, laporan menyebutkan awal sejarah tata surya kita penuh dengan tabrakan-tabrakan masif.
Bahkan, bulan disebut-sebut terbentuk setelah ada tabrakan besar dengan Bumi 4,5 miliar tahun lalu. Kawah yang ada di bulan menyerupai luka-luka yang terbentuk karena ada bombardir dari asteroid.
Selain itu, para ilmuwan berpikir kemiringan yang signifikan dalam sumbu rotasi Saturnus, Uranus, dan Neptunus juga dapat menunjukkan planet-planet tersebut mengalami tabrakan masif sejak lama.
Kembali ke masa lalu jupiter, tim dari Liu Sheng-Fei memperkirakan kemungkinan adanya skenario tabrakan yang lain di berbagai sudut Jupiter. Tim Liu pun menjalankan simulasi tabrakan ini hingga ribuan kali menggunakan komputer.
Hasilnya, tim menemukan massa Jupiter muda dan tarikan gravitasi yang kuat di planet tersebut sangat mempengaruhi embrio planet di dekatnya.
Tabrakan Jupiter
Jadi tabrakan langsung lebih mungkin ketimbang pukulan sekilas karena efek gravitasi Jupiter. Dalam setiap skenario yang dianalis oleh tim, setidaknya ada peluang 40 persen bahwa Jupiter menyerap planet lain dalam beberapa juta tahun pertamanya.
"Satu-satunya skenario yang menghasilkan profil kerapatan inti mirip dengan apa yang diukur Juno merupakan hasil tabrakan dengan embrio planet yang ukurannya 10 kali lebih besar dari Bumi," kata Liu.
Selanjutnya, tim memperkirakan bahwa inti planet yang bertabrakan itu bergabung dengan inti Jupiter.
"Karena inti tersebut padat, datang dengan banyak energi, dampaknya akan seperti peluru yang menembus atmosfer dan menabrak inti," kata Isella.
Ia mengatakan, sebelum tabrakan, Jupiter memiliki inti yang padat dan dikelilingi atmosfer, dampak langsung tabrakan menyebarkan berbagai hal yang menipiskan inti.
Meski begitu, Isella menyebut, butuh bermiliar-miliar tahun bagi material keras untuk mengendap kembali menjadi inti padat.
(Tin/Ysl)
Advertisement