Liputan6.com, Shenzen - Huawei menegaskan akan tetap meneruskan gugatan terhadap pemerintah Amerika Serikat dalam menghadapi isu pembatasan penjualan produknya di Negeri Paman Sam tersebut.
Hal ini disampaikan oleh Vice President Corporate Communications Huawei, Glenn Schloss ketika ditemui di Kantor Pusat Huawei di Shenzen, Tiongkok, Kamis (5/9/2019).
"Selama hampir lebih dari tujuh tahun terakhir kami selalu meminta bukti atas tuduhan (pemerintah AS), tetapi tidak pernah mendapat jawaban. Kami akan tetap menggunakan jalur hukum untuk menghadapi masalah ini," ujar Glenn.
Advertisement
Dia menjelaskan, selama pemerintah AS tidak bisa memberikan bukti atas tuduhannya, Huawei tak mau berkompromi.
Baca Juga
"Kami selalu berupaya mematuhi segala aturan dan hukum internasional dalam semua kegiatan bisnis kami, di mana pun Huawei berada," tegas Glenn.
Dia memaparkan, CEO Huawei Ren Zhengfei beberapa waktu lalu memprediksi perusahaan akan mengalami pukulan dalam hal bisnis secara global.
"Seperti yang diprediksi oleh CEO kami, pendapatan tahun ini mungkin tidak akan mencapai target yaitu tetap berada di kisaran 100 miliar dolar AS, tetapi bisnis tetap berjalan seperti biasanya," kata Glenn.
Glenn pun memastikan, grup bisnis jaringan Huawei tidak terdampak isu pembatasan penjualan yang diterapkan oleh pemerintah AS.
"Paling terasa tentunya di bisnis konsumen, karena sistem operasi ponsel pintar Huawei yang menggunakan sistem operasi Android. Namun, kami tetap yakin bahwa Android adalah pilihan terbaik bagi kami dan bagi para pengguna ponsel Huawei," pungkas Glenn.
Â
Masuk Daftar Hitam
Sebelumnya, Huawei sebagai salah satu perusahaan teknologi terbesar di Tiongkok masuk ke dalam daftar hitam perdagangan AS. Hal ini membuat Huawei bakal kesulitan berbisnis dengan perusahaan-perusahaan AS.
Keputusan AS ini dikecam oleh Tiongkok yang menyebut bakal mengambil langkah-langkah untuk melindungi perusahaan-perusahaan Tiongkok.
Huawei pun kebagian dampak hubungan datang antara Tiongkok dan AS yang makin memanas. Tindakan terakhir AS yang memasukkan Huawei ke daftar hitam perdagangannya merupakan imbas dari ketakutan AS bahwa teknologi dan jaringan Huawei digunakan Tiongkok untuk memata-matai orang Amerika. Tudingan ini berulang kali ditolak oleh Huawei.
Larangan serupa diterapkan AS kepada ZTE. Perusahaan ini pun hampir lumpuh gara-gara masalah ini.
Â
Advertisement
Google Hentikan Dukungan Pembaruan untuk Perangkat Huawei
Google juga dikabarkan telah memutus kerja samanya dengan perusahaan teknologi asal Tiongkok, Huawei. Keputusan ini didasarkan pada perintah Presiden AS, Donald Trump yang dengan tegas melarang perusahaan Tiongkok berdiri di Amerika.
Imbasnya, Huawei kehilangan dukungan terhadap update sistem operasi Android. Smartphone Huawei yang bakal diluncurkan di luar Tiongkok tidak akan bisa menikmati layanan aplikasi Google seperti Gmail dan Google Play.
Selain itu, Google juga bakal menghentikan dukungan teknis untuk Huawei, seperti yang dikutip dari laman CNET, Senin, 20 Mei 2019.
Donald Trump telah menandatangani perintah eksekutif yang menyatakan ancaman musuh asing terhadap jaringan komunikasi, teknologi, dan layanan sebagai darurat nasional.
Perintah itu membatasi keterlibatan asing dalam jaringan operator nasional, diikuti dengan langkah Departemen Perdagangan Amerika yang menambahkan Huawei ke daftar hitam perdagangannya.
Alasan utama mengapa Amerika melakukan ini adalah karena Huawei punya keterikatan erat dengan pemerintah Tiongkok, dan AS takut kalau perangkat Huawei digunakan untuk memata-matai negara. Huawei sendiri sudah membantah kalau produknya membahayakan.
(Devira/Why)