Sukses

Pesawat Terbesar di Dunia Stratolaunch Terjual ke Pemilik Baru

Perusahaan dirgantara Stratolaunch Systems yang menciptakan pesawat di dunia kini beralih kepemilikan. Perusahaan ini mulanya didirikan oleh mendiang pendiri Microsoft Paul Allen.

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan dirgantara Stratolaunch Systems yang menciptakan pesawat terbesar di dunia kini beralih kepemilikan. Perusahaan ini mulanya didirikan oleh mendiang pendiri Microsoft Paul Allen.

Sebelumnya Stratolaunch Systems mengumumkan bakal menjual perusahaan, beserta dengan pesawat terbesar di dunia. Baru-baru ini, diumumkan mereka telah menjual perusahaannya kepada pihak lain.

Mengutip laman The Verge, Senin (14/10/2019), Stratolaunch Systems merupakan anak perusahaan bernama Vulcan Inc.

Meski mengumumkan telah terjual, Vulcan Inc tak menyebutkan siapa pemilik baru dari Stratolaunch Systems.

Kabar ini diumumkan empat bulan setelah Stratolaunch Systems berada di ambang tutup, setelah kematian Paul Allen, Oktober 2018.

Pada Juni lalu, Vulcan Inc mengumumkan perusahaan terbesar di dunia siap dijual, bersama dengan pesawat terbesarnya dengan harga tawaran harga USD 400 juta.

Pada saat itu, pendiri Virgin Group Richard Benson disebut-sebut tertarik membeli pesawat terbesar ini karena perusahaan memiliki teknologi peluncuran yang sama dengan teknologi ruang angkasa Virgin Galactic dan Virgin Orbit.

Sekadar informasi, Stratolaunch yang bermarkas di Seattle dan Mojave merancang sekaligus membangun pesawat besar. Pesawat terbesar di dunia dibuat khusus untuk mengangkat roket ke udara dan meluncurkannya ke orbit.

2 dari 3 halaman

Tentang Stratolaunch

Pesawat ini memiliki bentang sayap sepanjang 385 kaki dan dua mesin. Stratolaunch digadang-gadang menjadi pesawat terbesar di dunia.

Stratolaunch terbang pertama kalinya pada April lalu dalam sebuah uji terbang. Stratolaunch memuiliki perjanjian untuk menerbangkan roket Pegasus XL Northrop Grumman, namun peluncuran roket itu tak pernah terjadi.

Pada tahun 2018, Stratolaunch mengumumkan, mereka akan merancang roket untuk diluncurkan pesawat, termasuk merancang sebuah pesawat antariksa.

Sayangnya beberapa bulan setelah Paul Allen wafat, perusahaan mengumumkan, mereka akan meninjau kembali operasionalnya dan tidak akan lagi mengembangkan sistem roket.

"Kami merampingkan operasional dengan fokus pada pesawat dan kemampuan kami mendukung peluncuran kendaraan peluncur udara Northrop Grunmman Pegasus XL," kata perusahaan dalam pernyataannya.

Soal operasional, perusahaan juga merampingkan jumlah karyawan yang semula 77 pekerja menjadi 21 orang pada Desember lalu.

3 dari 3 halaman

Dijual Rp 5,7 Triliun

Sekadar informasi, Juni lalu, Stratolaunch, pesawat yang dibesut atas ide pendiri Microsoft Paul Allen dilego dengan harga USD 400 juta atau setara Rp 5,7 triliun.

Menurut seorang sumber, perusahaan induk pembesut Stratolaunch, Vulcan, menjual pesawat itu dengan harga yang lumayan mahal. Demikian menurut laporan CNBC.

Sebagaimana dikutip dari Digital Trends, Senin (17/6/2019), Stratolaunch memiliki enam mesin, 28 roda, dan bentangan sayap selebar 385 kaki. Lebar pesawat itu disebut-sebut lebih besar ketimbang lapangan sepakbola.

Meski begitu besar dan mahal, Stratolaunch baru terbang sekali dalam uji coba penerbangan. Pesawat tersebut terbang selama 2 jam, setelah lepas landas dari Mojave Air and Space Port di utara Los Angeles.

Pesawat dengan bobot 500.000 pound ini merupakan hal yang diimpi-impikan oleh Paul Alen. Sayangnya, pria yang meninggal dunia di usia 65 tahun itu tak sempat melihat pesawat impiannya mengudara.

Sekadar informasi, Stratolaunch System didirikan pada 2011. Tujuannya adalah menciptakan pesawat yang bisa menjadi platform peluncuran seluler yang menyediakan akses mudah ke luar angkasa.

Tujuan Stratolaunch adalah membawa kendaraan tinggi ke atmosfer, yakni di ketinggian 35.000 kaki, kemudian terbang lebih tinggi lagi.

Dengan harga Rp 5,7 triliun, pembeli tidak hanya akan mendapatkan sebuah pesawat, tetapi juga membeli hak kekayaan intelektual hingga fasilitas pesawat tersebut. Misalnya adalah hanggar dan tempat penyimpanan pesawatnya.

Pihak Stratolaunch sendiri belum mengiyakan ketika dikonfirmasi mengenai penjualan pesawat.

(Tin/Why)