Liputan6.com, Jakarta Dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0, peningkatan keterampilan, baik soft skill maupun hard skill, merupakan salah satu poin penting yang mesti diperhatikan oleh generasi muda dalam mewujudkan mimpinya.
Hasil survei ASEAN Youth: Technology, Skills and the Future of Work yang dirilis pada tahun 2019 oleh World Economic Forum dan Sea menyebutkan bahwa 16 persen anak muda ASEAN memilih bekerja di perusahaan teknologi sebagai karir mereka di masa depan. Namun, survei yang sama menyebutkan bahwa meningkatnya minat anak muda untuk bekerja di perusahaan teknologi berbanding terbalik dengan kapabilitas hard skill yang mereka miliki, terutama di bidang STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics). Beberapa keterampilan yang dianggap kurang dikuasai anak muda ASEAN meliputi data analytics, tech design, maths and science serta languages.
Baca Juga
Dalam menjawab tantangan yang dihadapi anak muda ASEAN, divisi ASEAN Digital Skills Task Force dari World Economic Forum menginisiasi program ASEAN Digital Skills 2020 yang berfokus pada pelatihan, program magang dan beasiswa. Sebanyak 16 perusahaan teknologi Asia Tenggara telah berpartisipasi dalam program ini, salah satunya Tokopedia.
Advertisement
“Sebagai perusahaan teknologi Indonesia yang terus bertransformasi menjadi Super Ecosystem, Tokopedia akan mengusung dan mengutamakan teknologi data analytics, machine learning dan artificial intelligence (AI) di setiap inisiatif yang ditujukan untuk mempermudah kehidupan masyarakat dan demi mencapai misi besar Tokopedia untuk Indonesia, yaitu pemerataan ekonomi secara digital. Untuk itu, kami mencari talenta-talenta terbaik, yang percaya dengan misi besar ini, untuk membuat produk terbaik yang bisa bermanfaat bagi masyarakat,” ujar VP of People, Tokopedia, Nanang Chalid.
Berbagai program yang dihadirkan Tokopedia dalam menemukan serta mengembangkan talenta muda antara lain Tech A Break, Product Design Academy, pelatihan intensif dan kompetisi hackathon DevCamp, serta Tokopedia Scholarship.
“Melalui berbagai pelatihan, beasiswa dan program magang yang secara rutin digelar Tokopedia, kami berharap dapat berkontribusi dalam mendorong lahirnya lebih banyak talenta berbakat khususnya developer yang nantinya juga punya kesempatan berkarya untuk Indonesia lewat Tokopedia,” tambah Nanang.
Di Revolusi Industri 4.0, persaingan akan semakin ketat, karena setiap orang punya kesempatan yang sama. Yang dapat membedakan mereka adalah pemikiran untuk terus bertumbuh ke arah yang lebih baik. Semangat tersebut merupakan satu dari 3 DNA Tokopedia, yakni growth mindset.
Contoh nyata dari penerapan growth mindset di Tokopedia ditunjukkan oleh para Software Engineer, yang bekerja di balik layar Tokopedia untuk mempermudah masyarakat melalui pemanfaatan teknologi. Berikut beberapa saran dari Nakama (sebutan untuk karyawan, ed.) dalam menerapkan growth mindset untuk menghadapi Revolusi Industri 4.0.
1. Practice makes perfect
Head of Engineering (Android), Tokopedia, Rico Harisin adalah salah satu sosok di balik aplikasi Tokopedia di perangkat Android yang sekarang digunakan oleh puluhan juta masyarakat Indonesia dalam menemukan dan memulai apapun.
“Awalnya, pada tahun 2013, Tokopedia sedang mencari developer untuk menghadirkan aplikasi Tokopedia di perangkat Android. Sebagai developer Android pertama saat itu, saya sendiri belum memiliki pengalaman sama sekali,” ungkap Rico.
Namun, Rico percaya akan semangat ‘Growth Mindset’, salah satu DNA Tokopedia. “Dengan bantuan dan kolaborasi yang baik antar seluruh tim, baik dari tim back-end developer, product design dan juga quality assurance, akhirnya aplikasi Android Tokopedia bisa meluncur pada tahun 2015,” ujar Rico.
Rico menambahkan, “Aplikasi Tokopedia pun kini jauh lebih berkembang dibandingkan dengan yang dulu; kalau dulu aplikasi Tokopedia hanya seputaran marketplace, sekarang sampai pesan hotel aja tersedia di aplikasi Tokopedia.”
Dalam mempersiapkan diri menuju Industri 4.0, Rico mengatakan, “Pemantapan keterampilan dan keahlian melalui program kursus, pelatihan, serta program magang adalah hal yang penting. Pendidikan formal biasanya hanya membahas pondasinya, sementara industri membutuhkan yang lebih bersifat praktik, yang bisa didapatkan melalui jalur pendidikan non-formal, seperti kursus dan pelatihan.”
Selalu haus akan ilmu dan juga terlibat dalam berbagai proyek merupakan beberapa poin penting dalam mengembangkan diri.
“Perkembangan teknologi, terutama di era Revolusi 4.0, sangat pesat sekali sehingga kita harus siap beradaptasi. Dengan langsung turun ke lapangan, kita dapat belajar bagaimana cara menanggulangi permasalahan secara riil,” tambah Rico.
2. Tanamkan semangat untuk Mulai Aja Dulu
Di tahun ke-10nya, Tokopedia telah memiliki lebih dari 6,4 juta penjual, dimana 70 persen diantaranya adalah pebisnis baru. Mereka yang tadinya ibu rumah tangga, mahasiswa/i, pekerja kantoran dan beragam latar belakang lainnya, sekarang punya akses memasarkan produk ke seluruh Indonesia; bertransformasi menjadi pelaku UMKM baru.
Software Engineer Lead (Fintech - Merchant Lending), Vania Christie Chandra merupakan salah satu Nakama yang membantu mengembangkan fitur Modal Toko--fitur yang memungkinkan penjual di
Tokopedia, termasuk pegiat UMKM, untuk mengembangkan bisnisnya dengan mendapatkan modal
usaha secara lebih mudah, instan dan fleksibel; bekerja sama dengan Modalku. Dengan fitur Modal Toko, pemilik usaha bisa mendapatkan modal hingga Rp300 juta dengan bunga pinjaman rendah dan flat, bebas biaya admin atau provisi lainnya, serta dapat ditarik kapan saja.
Vania mengatakan bahwa Modal Toko merupakan salah satu proyek yang menjadi fokus tim saat ia pertama kali bergabung bersama Tokopedia. “Ini adalah ide yang besar, persiapannya sangat intensif dan orang-orang yang mengerjakan proyek ini juga ambisius,” ungkapnya.
Selain itu, Vania juga merupakan salah satu developer untuk fitur Tempo pada aplikasi Mitra Tokopedia. “Kami berkolaborasi dengan tim New Retail dalam mengembangkan fitur Tempo. Kini fitur ini telah mempermudah para pemilik warung kelontong, kios dan usaha individu lainnya dalam mengisi stok barang kapan saja dengan modal minim, sehingga diharapkan dapat meningkatkan keuntungan mereka,” tambah Vania.
Vania berpendapat bahwa menekuni profesi sebagai seorang developer membutuhkan niat serta kemauan untuk memulai. Baginya, profesi ini tidak hanya diperuntukkan bagi sebagian orang saja, namun juga terbuka untuk semua, terlebih di era Revolusi Industri 4.0. Vania percaya bahwa yang paling penting adalah memiliki semangat untuk #MulaiAjaDulu.
“Sekarang, baik laki-laki maupun perempuan memiliki kesempatan yang sama, jadi tidak ada lagi batasan dalam profesi, termasuk menjadi seorang developer. Terlebih di era Revolusi Industri 4.0, skill yang dikuasai akan menjadi poin penilaian utama dalam mencari talenta di bidang digital. Jadi, kita harus terus bersemangat dalam mengembangkan skill dan jangan takut untuk memulai,” tutup Vania.
3. Stay curious!
Berlandaskan DNA ‘Growth Mindset’, Tokopedia terus bertumbuh mengikuti perkembangan zaman dan menghadirkan solusi dari hulu ke hilir untuk mempermudah kehidupan masyarakat. Layanan di Tokopedia pun juga semakin berkembang—tidak hanya sebagai platform berbelanja daring namun juga secara berkala menambah fungsi dan fitur lain, misal untuk berinvestasi.
Senior Software Engineer (Fintech-Investment and Insurance), Tokopedia, Antonius, merupakan salah satu developer produk Tokopedia Emas dan Tokopedia Reksa Dana. Ia melihat adanya peluang besar dalam mempermudah masyarakat untuk berinvestasi secara online. “Alasan utama di balik kedua produk investasi ini adalah untuk membantu memberikan pilihan berinvestasi secara daring yang kini minatnya tengah meningkat di masyarakat,” ungkap Antonius.
Dalam perancangan produknya, Antonius mengatakan bahwa tim inti tech awalnya dimotori oleh dua orang backend engineer dan satu orang front-end engineer untuk masing-masing produk. “Sekarang, pengembangannya berfokus pada penambahan fitur agar membuat pengguna lebih tertarik berinvestasi di Tokopedia Emas dan Tokopedia Reksa Dana.
Solusi ini diharapkan dapat mendorong inklusi keuangan di tengah masyarakat agar pemerataan ekonomi secara digital nantinya bisa terwujud,” ungkap Antonius.
Menurut Antonius, Revolusi Industri 4.0 dapat membuka peluang untuk kualitas hidup yang lebih baik karena dapat mempermudah masyarakat untuk melakukan berbagai hal, salah satunya berinvestasi.
Antonius berpendapat bahwa perkembangan teknologi sangatlah pesat dan sangat disayangkan jika kita hanya terpaku pada satu teknologi dan menutup mata pada hal-hal baru.
”Di industri TI, teknologi yang dipakai 10 tahun lalu mungkin sudah tidak relevan untuk diterapkan saat ini. Maka dari itu, rasa ingin tahu dan ingin berkembang harus tetap dipertahankan agar dapat memperkaya ilmu serta memiliki nilai tambah untuk menciptakan produk terbaik yang relevan serta dapat mempermudah masyarakat umum,” tutup Antonius.
4. Asah hard skill serta soft skill
Semangat growth mindset juga diterapkan oleh Gilang Kusuma Jati, Engineering Manager (New Retail), Tokopedia. Ia merupakan salah satu Software Engineer di balik aplikasi Mitra Tokopedia--sebuah aplikasi ringan berukuran 2 MB mempermudah semua orang dalam memulai dan mengembangkan usaha, terutama para pemilik usaha kecil, baik toko kelontong, warung, kios, usaha individu atau sejenisnya yang merupakan UMKM; penyumbang lebih dari 60 persen pendapatan negara.
“Sebelum saya bergabung bersama Tokopedia, aplikasi ini sudah mulai dikerjakan pada tahun 2018 oleh dua orang Software Engineer. Pada awalnya, kami merasa kewalahan dalam memprioritaskan permasalahan mana yang ingin diselesaikan terlebih dahulu. Kini, tim kami fokus untuk menjaga kualitas serta mengembangkan fitur yang terdapat di dalam aplikasi Mitra Tokopedia agar dapat meningkatkan keuntungan mereka serta berkontribusi dalam pemerataan ekonomi secara digital,” kata Gilang.
Dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0, selain peningkatan hard skill melalui pendidikan non-formal, Gilang menyoroti hal berbeda. “Selain mengasah hard skill, developer muda juga harus mengasah soft skill, seperti koordinasi dan kerja sama tim serta sifat empati,” ungkap Gilang.
“Komunikasi yang baik antar tim juga dibutuhkan agar sebuah inovasi yang dikembangkan dapat berjalan dengan lancar sehingga dapat tepat guna dalam menjawab kebutuhan masyarakat umum,” tutup Gilang.
(Adv)