Liputan6.com, Jakarta - Divisi robotik OpenAI mengatakan, tangan robotik berbasis kecerdasan buatan bernama Dactyl, telah belajar untuk menyelesaikan sebuah kubus rubik dengan satu tangan.
Menurut organisasi riset kecerdasan buatan itu, sebagaimana dikutip dari The Verge, Rabu (16/10/2019), pencapaian ini adalah lompatan ke depan yang baik untuk pengembangan perangkat kecerdasan buatannya.
Advertisement
Baca Juga
Dactyl disebut mampu mempelajari tugas-tugas baru menggunakan simulasi virtual sebelum menyelesaikan tugas-tugas riil. Adapun Dactyl pertama kali dikembangkan tahun lalu.
Dalam sebuah video demonstrasi, tangan robotik itu menyelesaikan kubus rubik secara akurat dalam waktu beberapa menit.
Bagi OpenAI, prestasi Dactyl membawanya selangkah lebih dekat menuju cita-cita industri kecerdasan buatan dan robotika dalam skala lebih umum: robot yang dapat belajar untuk melakukan berbagai tugas di dunia nyata tanpa harus berlatih selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun dan tanpa perlu diprogram secara khusus.
* Dapatkan pulsa gratis senilai Rp10 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS
Astrofisikawan Gunakan Kecerdasan Buatan untuk Ukur Planet Ekstrasurya
Diwartakan sebelumnya, sebuah tim astrofisikawan dari Instituto de Astrofísica e Ciências do Espaço mengukur jari-jari sebuah planet ekstrasurya (exoplanet) dengan massa yang diketahui dengan menggunakan kecerdasan buatan.
Salah seorang kandidat PhD di tim tersebut, Solène Ulmer-Moll, menjelaskan bahwa hasil ini diperoleh dengan menggunakan pengetahuan dan pendekatan dari berbagai disiplin ilmu.
"Cara baru untuk meramalkan jari-jari planet ekstrasurya adalah contoh sempurna dari sinergi antara ilmu eksoplanet dan teknik machine learning," kata Solène dikutip dari Phys.org, Selasa (15/10/2019).
Tim itu mengembangkan algoritma yang dapat memperkirakan jari-jari berbagai planet ekstrasurya secara akurat, jika beberapa parameter planet dan bintang lainnya diketahui, termasuk massa dan suhu ekuilibrium planet ekstrasurya.
"Untuk ratusan planet yang ditemukan dengan metode kecepatan radial, kita sekarang dapat memprediksi jari-jarinya. Kita kemudian dapat memahami apakah planet ekstrasurya ini berpotensi berbatu," ujar Solène.
Advertisement
Mengubah Paradigma
Baru massa planet ekstrasurya saja yang telah digunakan untuk memprediksi jari-jarinya sejauh ini. Namun, paradigma ini sedang dicoba untuk diubah dengan memasukkan parameter planet dan bintang lainnya untuk memperkuat perkiraan mereka.
"Karya ini menyatukan keahlian dalam tim kami, menyatukan pengetahuan yang ada tentang deteksi dan karakterisasi planet ekstrasurya dan analisis statistik dari sistem yang terdeteksi, menggunakan alat matematika canggih," kata Nuno Cardoso Santos (IA & FCUP).
Hal ini, menurut Nuno, mirip dengan pemodelan matematis yang saat ini "mengarah pada pengembangan mobil otonomos."
(Why/Isk)