Sukses

FBI Tutup Situs Web Penjual Miliaran Data Pribadi Pengguna

Tak tanggung-tanggung, WeLeakInfo mengklaim mengantongi lebih dari 12 miliar data pribadi, yang mencakup "nama, alamat email, nama pengguna, nomor telepon, dan kata sandi untuk akun layanan daring."

Liputan6.com, Jakarta - FBI telah menutup situs web yang memperjualbelikan miliaran data pribadi pengguna.

Dua orang telah ditangkap kepolisian di Belanda dan Irlandia Utara. Mereka diyakini terhubung ke situs web ilegal bernama WeLeakInfo.com ini.

"FBI dan Departemen Kehakiman AS mengumumkan telah mematikan nama domain internet WeLeakInfo.com. [...] Situs web ini menawarkan opsi berlangganan [...] dan menyediakan pencarian dan akses tanpa batas selama periode berlangganan (satu hari, satu minggu, satu bulan, atau tiga bulan)," demikian keterangan resmi FBI dikutip dari web resmi Departemen Kehakiman AS via Endgadget, Rabu (22/1/2020).

Tak tanggung-tanggung, WeLeakInfo.com mengklaim mengantongi lebih dari 12 miliar data pribadi, yang mencakup "nama, alamat email, nama pengguna, nomor telepon, dan kata sandi untuk akun layanan daring."

Nama domain Weleakinfo.com, menurut keterangan tersebut, saat ini "berada dalam kewenangan pemerintah federal, yang secara efektif menangguhkan operasi situs web itu."

2 dari 3 halaman

Ratusan Juta Data Pribadi Pengguna Facebook Bocor

Diwartakan sebelumnya, temuan dari firma keamanan Comparitech dan peneliti Bob Diachenko mengungkap ratusan juta data pribadi pengguna Facebook berhasil bocor di internet.

Dikutip dari Daily Mail, Jumat (20/12/2019), ada sekitar 267 juta informasi pengguna Facebook yang diekspos di dark web. Para korban yang kebanyakan berdomisili Amerika Serikat itu diprediksi dapat menjadi target pesan spam atau sasaran phishing.

Meski belum dapat dipastikan seberapa sensitif informasi itu, Diachenko mengatakan setelah dilacak, database ini berasal dari Vietnam. Ada kemungkinan data-data itu diperoleh lewat proses ilegal bernama 'scraping'.

3 dari 3 halaman

Scraping

Untuk diketahui, scraping merupakan proses pengumpulan data dengan memanfaatkan bot untuk menyalin informasi publik di profil Facebook seseorang. Cara ini juga dapat digunakan dengan mencuri langsung dari API Facebook.

Dari temuan ini diketahui pula, tautan untuk mengakses data ini sudah diunggah di forum hacker populer. Meski aksesnya sudah dihapus, data ini tidak dilindungi dengan password sehingga seluruh pihak dapt melihatnya.

Untuk sekarang, Facebook mengatakan database tersebut sudah dihapus. "Kami memperhatikan masalah ini, tapi kemungkinan informasi ini diperoleh sebelum kami melakukan sejumlah perubahan untuk melindungi informasi pengguna," tutur juru bicara Facebook.

Perlu diketahui, raksasa media sosial itu memang sudah mengahapus informasi nomor telepon dari API miliknya sejak 2018, usai skandal Cambridge Analytica. Karenanya, informasi ini kemungkinan besar diambil sebelum dilakukan perubahaan tersebut.

(Why/Ysl)

Video Terkini