Liputan6.com, Jakarta - Red Hat menyampaikan laporan atas survei terbarunya yang diolah dari 876 responden di sektor enterprise (perusahaan). Mereka merupakan para pengguna perangkat lunak Red Hat di seluruh dunia dan 275 di antaranya berasal dari Asia Pasifik, termasuk Indonesia.
Laporan itu dipaparkan oleh Rully Moulany, Country Manager Red Hat Indonesia, di Kawasan Bisnis Terpadu Sudirman, Jakarta pada sesi round table dengan awak media pada Senin (27/1/2020).
Rully menyebut bahwa ada beberapa tren teknologi tahun 2020 di sektor perusahaan. "Akan ada semakin banyak aplikasi yang terkontainerisasi (containerized applications)," ujar Rully mengawali presentasinya.
Advertisement
Baca Juga
Tren teknologi lainnya, kata Rully, adalah hybrid cloud. Mengacu pada laporan, 31 persen responden menggunakan hybrid cloud, diikuti oleh private cloud (21 persen), dan public cloud (4 persen). Adapun hybrid cloud merujuk pada model layanan komputasi awan yang menyediakan solusi dengan menggabungkan beberapa layanan komputasi awan sekaligus.
Kemudian soal beban kerja teknologi baru untuk setahun ke depan, Rully mengatakan automasi lewat AI/ML menduduki puncak daftar tren pada tahun ini (30 persen). Padahal pada tahun lalu, AI/ML tidak masuk ke dalam daftar tiga besar.
"Kami menemukan banyak use case dari automation lewat AI (Artificial Intelligence) dan ML (Machine Learning) di sektor enterprise ini. Semakin banyak perusahaan bergerak ke arah automatisasi demi efisiensi perusahaan," tutur pria yang telah berpengalaman dua belas tahun di bidang penjualan dan pemasaran TIK tersebut.
Sebagai perbandingan, blockchain pada tahun lalu menduduki puncak daftar beban kerja teknologi baru yang menjadi perhatian perusahaan. Tahun ini blockchain terjun ke posisi keempat (12 persen), tepatnya di bawah Function-as-a-Service (21 persen) dan Internet of Things (19 persen).
Bank akan semakin digital
Dia juga menyoroti sektor perbankan yang akan semakin mengadopsi digitalisasi untuk layanannya. "Bank akan semakin digital dan terbuka, seperti berkolaborasi dengan fintech, telco, dll. Ini perlu platform yang mumpuni," kata Rully.
Lebih lanjut Rully menyebut bahwa pada tahun sebelumnya teknologi 5G kebanyakan pasar masih sebatas uji coba dan digelar dalam skala kecil, meski di beberapa pasar sudah masuk tahap komersialisasi, seperti di Tiongkok. Namun pada tahun ini inisiatif proyek 5G diyakini akan semakin banyak ditemukan.
Teknologi 5G diprediksi akan dapat berperan salah satunya menjadi enabler untuk edge computing. Secara sederhana, edge computing termasuk ke dalam distributed computing, sehingga infrastruktur penunjang teknologi ini terdistribusi di beberapa tempat yang dekat dengan alat pengumpul data. "Misalnya, penempatan sensor di end point atau di user device, dan sebagainya," ujar Rully.
Advertisement
Tantangan adopsi AI/ML di perusahaan
Ada beberapa tantangan yang dihadapi oleh perusahaan dalam menerapkan AI atau ML dalam operasionalnya. Pertama adalah pengelolaan kompatibiltas dan kompleksitas dari kumpulan perangkat lunak (software stack).Â
Tantangan kedua yakni mendapatkan akses terhadap data yang relevan, kemudian diikuti oleh penyediaan infrastruktur untuk pengembangan dan pengujian, serta iterasi dan optimalisasi model untuk performa.
(Why/Isk)