Sukses

Skuter Listrik Ternyata Bisa Dibajak Hacker untuk Mata-Matai Pengguna

ada kelompok-kelompok hacker yang melihat bahwa skuter listrik jadi target potensial untuk diambil data pribadi penggunanya.

Liputan6.com, Jakarta - Popularitas skuter elektrik terus meningkat. Apalagi, kini layanan skuter listrik Grab Wheels juga terus ditingkatkan di berbagai sudut keramaian di Jakarta.

Namun terlepas dari Grab Wheels, rupanya baru-baru ini sebuah penelitian menunjukkan bahwa skuter listrik bisa dibajak oleh hacker.

Bahkan, ada kelompok-kelompok hacker yang melihat skuter listrik jadi target potensial untuk dicuri data pribadi penggunanya.

Mengutip laporan Softpedia, Kamis (30/1/2020), berdasarkan riset dari UTSA, ada risiko keamanan siber mengintai pengguna skuter listrik. Salah satu yang diincar hacker adalah memata-matai aktivitas penggunanya.

Misalnya, karena skuter listrik terhubung dengan smartphone lewat Bluetooth Low Energy, peretas bisa mencegat komunikasi nirkabel dan memantau pertukaran data, untuk mendapatkan informasi pengguna.

2 dari 3 halaman

Risiko Data Dibobol

Parahnya, karena pengguna kerap mengunggunggah data pribadi yang terlalu detail saat sign up layanan skuter listrik, hacker bisa membuat profil dengan data-data sensitif tersebut.

Misalnya saja, data mengenai alamat rumah, tempat kerja, router yang biasa dipilih, hingga ketertarikan personal.

"Kami mengidentifikasi sejumlah kelemahan atau potensi kejahatan di layanan ride-sharing atau ekosistem layanan mobilitas mikro (seperti skuter listrik) yang berpotensi untuk dicuri dan menyebabkan kerugian finansial bagi penyedia layanan. Termasuk kemungkinan untuk mengontrol skuter listrik dari jarak jauh," kata Asisten Profesor Departemen Ilmu Komputer UTSA Murtuza Jadliwara.

 

3 dari 3 halaman

Penyedia Layanan

Penyedia layanan skuter listrik sendiri juga berisiko. Misalnya saat hacker membobol sistem GPS dan mengarahkan pengguna ke tujuan lain.

Hacker juga bisa memata-matai para pengguna saat sedang menunggangi skuter listrik.

Para peneliti mengingatkan, dengan jumlah data personal yang diberikan oleh pengguna ke penyedia layanan, ada risiko pencurian data pribadi yang cukup tinggi.

"Untuk memastikan industri ini tetap aman, perusahaan penyedia layanan tidak boleh hanya memikirkan keselamatan fisik pengguna, tetapi juga harus mengamankan diri dan konsumen dari kejahatan siber," kata Jadliwala.

(Tin/Ysl)

Â