Sukses

12 Celah Keamanan di WhatsApp, 7 di Antaranya Vital

WhatsApp menemukan 12 celah keamanan di tahun lalu. Menurut US National Vulnerabilties Database, hal ini memunculkan pertanyaan mengenai keamanan di aplikasi tersebut.

Liputan6.com, Jakarta - WhatsApp menemukan 12 celah keamanan pada tahun lalu. Menurut US National Vulnerabilties Database, hal ini memunculkan pertanyaan mengenai keamanan di aplikasi tersebut. Demikian dikutip dari Forbes, Jumat (31/1/2020) 

Apalagi, belum lama ini smartphone CEO Amazon Jeff Bezos jadi korban peretasan gara-gara menerima file video dari Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman pada akhir 2018.

Akibat peretasan ini, tim Bezos pun melakukan investigasi menyeluruh. Saat itu skandal perselingkuhan Bezos dibongkar oleh media The National Enquirer. Media tersebut bahkan mengancam untuk mempublikasikan foto-foto tidak senonoh.

Namun, Financial Times menyebut sejumlah kerentanan keamanan ditemukan di aplikasi WhatsApp pada tahun lalu.

Kerentanan keamanan ini tidak diketahui selama beberapa waktu dan ditengarai telah memfasilitasi peretasan tokoh-tokoh penting.

2 dari 3 halaman

7 Celah Vital

Berdasarkan laporan US National Vulnerabilities Database, dari 12 kerentanan yang ditemukan, tujuh di antaranya diklasifikasikan sebagai celah vital.

Lebih lanjut disebutkan, jumlah laporan terkait kerentanan ini meningkat di tahun ini ketimbang tahun lalu, yakni saat ada satu atau dua laporan yang dibuat.

Facebook yang mengakuisisi WhatsApp pada 2014, mencoba melimpahkan kesalahan dalam peretasan smartphone Bezos pada sistem operasi Apple.

3 dari 3 halaman

Ogah Disalahkan Soal Peretasan Smartphone Jeff Bezos

Wakil Presiden Facebook untuk Urusan dan Komunikasi Global Nick Clegg mengatakan, peretasan smartphone Bezos bukanlah kesalahan WhatsApp. Clegg berlindung pada enkripsi end-to-end pada WhatsApp.

Namun, para ahli mengatakan kabar mengenai kerentanan ini memperlihatkan ada kelemahan di WhatsApp.

"Fakta bahwa WhatsApp menemukan kerentanan serius pada 2019, tetapi tidak menemukan ini pada tahun-tahun sebelumnya, bukan berarti kerentanan itu baru muncul," kata VP Keamanan Siber di Okta, Marc Rogers.

Ia menjelaskan, kemungkinan kerentanan tersebut sudah ada sejak lama, tetapi belum ditemukan dan justru dieksploitasi oleh pihak tidak bertanggung jawab.

(Tin/Why)