Liputan6.com, Jakarta - Tuduhan Amerika Serikat terhadap Huawei ternyata makin serius dan meluas. Setelah disebut menggunakan teknologinya untuk mata-mata, AS kini menuduh Huawei memang memiliki rencana untuk mencuri teknologi perusahaan AS.
Dikutip dari BBC, Minggu (16/2/2020), jaksa penuntut menyebut Huawei telah melanggar kerja sama dengan perusahaan AS dan mencuri sejumlah informasi rahasia, termasuk source code dan teknologi robot.
Salah satu perusahaan yang disebut menjadi korban pencurian adalah T-Mobile. Tidak hanya itu, AS juga menyebut Huawei menawarkan bonus pada para karyawannya yang berhasil mencuri informasi dari perusahaan kompetitor.
Advertisement
Baca Juga
"Akibat dari ajakan perusahaan untuk mencuri teknologi dan properti intelektual kompetitornya, membuat Huawei mampu mengurangi biaya riset dan pengembangan, sehingga ada ketidakadilan dalam kompetisi," tutur gugatan tersebut.
Gugatan ini dilayangkan pemerintah AS di pengadilan federal beberapa waktu lalu. Kehadiran gugatan baru ini sekaligus menandakan masih panjangnya proses perseteruan pemerintah AS dengan Huawei.
Huawei sendiri menyebut gugatan baru itu mengada-ada dan akan membuktikan bahwa tuduhan tersebut tidak benar. Perusahaan itu juga mengatakan bahwa gugatan yang dilayangkan bukan lagi soal hukum, tapi persaingan bisnis.
Inggris Izinkan Huawei Ambil Bagian dalam Jaringan 5G
Berbeda dari Amerika Serikat, Inggris akhirnya memutuskan untuk terus menggunakan peralatan Huawei dalam pembangunan jaringan 5G, tapi dengan pembatasan. Peralatan Huawei tidak akan digunakan untuk bagian-bagian sensitif jaringan, atau yang dikenal sebagai core network.
Dikutip dari BBC, Rabu (29/11/2020), Huawei hanya diizinkan "menyumbang" 35 persen dari peralatan periphery (pinggiran) jaringan , yang termasuk tiang radio. Namun, produk Huawei tidak akan berada di dalam area-area di dekat pangkalan militer dan situs nuklir.
Perwakilan kantor Perdana Menteri (PM) Inggris mengatakan Boris Johnson telah berbicara dengan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, terkait keputusan tersebut.
"PM menggarisbawahi pentingnya negara-negara yang berpikiran sama untuk bekerja sama mendiversifikasi pasar, dan mematahkan dominasi sejumlah perusahaan-perusahaan," jelas kantor PM Inggris.
Pemerintah AS berulang kali mendesak Inggris agar tidak menggunakan teknologi dan produk-produk Huawei. Desakan ini disampaikan para delegasinya hingga Donald Trump secara langsung.
Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, sebelumnya mengungkapkan penggunaan peralatan Huawei dapat menimbulkan risiko mata-mata. "Kami tidak akan dapat berbagi informasi dengan negara-negara yang memasukkannya (Huawei) ke dalam sistem informasi penting," tuturnya.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Inggris, Dominic Raab, mengatakan keputusan tersebut tidak akan memengaruhi hubungan berbagi intelijen Inggris dengan AS dan para sekutunya yang lain.
"Tidak ada dalam ulasan ini yang memengaruhi kemampuan negra ini untuk berbagi data intelijen yang sangat sensitif melalui jaringan yang sangat baik di Inggris, dan mitra-mitra kami," ungkapnya.Â
Advertisement
Respons Huawei Inggris
Berdasarkan dokumen yang dipublikasikan oleh National Cyber Security Centre (NCSC) Inggris, mengindikasikan bahwa jaringan Inggris akan memiliki waktu tiga tahun untuk mematuhi batasan penggunaan peralatan Huawei.
"Huawei diyakinkan oleh konfirmasi pemerintah Inggris bahwa kami dapat terus bekerja dengan pelanggan kami untuk mempertahankan peluncuran 5G. Ini memberikan Inggris akses ke teknologi terkemuka dunia dan memastikan pasar yang kompetitif," kata pimpinan Huawei Inggris, Victor Zhang.
Pemerintah Inggris mengatakan membutuhkan pemasok peralatan jaringan yang beragam untuk telekomunikasi di negara tersebut. Selain Huawei, ada empat provider jaringan utama di dunia yaitu Nokia, Ericsson, Samsung dan ZTE.
Inggris saat ini bergantung pada Huawei, Nokia, dan Ericsson untuk jaringan telekomunikasinya.
(Dam/Isk)