Liputan6.com, Jakarta - Seorang karyawan Facebook asal Singapura yang berkunjung ke kantor Facebook di London positif terinfeksi virus corona (penyakit Covid-19).
Hal ini membuat kantor Facebook di jantung Inggris harus ditutup sementara, hingga 9 Maret 2020. Demikian sebagaimana dikutip dari Business Insider, Sabtu (7/3/2020).
Advertisement
Baca Juga
Kronologi kejadian bermula ketika karyawan yang tak disebutkan namanya itu mengunjungi kantor Facebook di London antara 24-26 Februari lalu.
Saat berkunjung ke sana, si karyawan belum terdeteksi positif virus corona. Namun belakangan, karyawan tersebut didiagnosa terjangkit Covid-19.
Pihak Facebook pun akhirnya menutup kantor mereka di London sejak Jumat untuk dibersihkan. Para karyawan pun harus bekerja dari rumah sepanjang akhir pekan ini.
"Seorang karyawan dari kantor kami di Singapura yang terjangkit virus corona sempat mengunjungi kantor kami di London pada 24-26 Februari 2020.Oleh karena itu, kami menutup kantor London hingga Senin untuk dibersihkan total. Para karyawan juga diminta bekerja di rumah sepanjang akhir pekan," kata seorang juru bicara.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Tiga Kantor di London Ditutup
Tidak tanggung-tanggung, Facebook langsung menutup tiga kantornya di London.
Perusahaan pun meminta tiap orang yang telah berkontak dengan karyawan yang positif Covid-19 untuk mengisolasi diri dan memeriksa apakah memiliki gejala-gejala virus corona.
Facebook juga langsung menginformasikan kantor cabang lainnya yang mungkin telah dikunjungi oleh karyawan yang positif Covid-19.
Advertisement
Karyawan Facebook di AS Diminta Kerja dari Rumah
Berdasarkan laporan WHO, setidaknya ada 98.000 kasus positif virus corona di global. Untuk Inggris sendiri, ada 163 kasus terkonfirmasi dengan 2 kasus kematian.
Sebelumnya di Amerika Serikat, Facebook telah meminta karyawan yang ada di kantor Bay Area California dan Seattle untuk bekerja dari rumah untuk menghindari meluasnya paparan virus corona.
Tidak hanya itu, perusahaan teknologi lain seperti Google, Amazon, Microsoft, dan Twitter melakukan langkah serupa. Twitter meminta 5.000 karyawan mereka di seluruh dunia untuk bekerja dari rumah.
(Tin/Isk)