Sukses

Apple Rilis Situs Informasi Covid-19 untuk Lawan Hoaks

Apple merancang sebuah situs web yang didedikasikan untuk menyediakan informasi akurat untuk pengguna terkait Covid-19.

Liputan6.com, Jakarta - Applemengumumkan tengah merancang sebuah situs web yang didedikasikan untuk menyediakan informasi akurat untuk pengguna terkait Covid-19.

Situs web ini dibuat untuk membantu melawan informasi keliru atau hoaks yang menyebar luas, di mana orang-orang berbagi berita dan rumor tidak akurat yang berpotensi menyebabkan kepanikan.

Untuk memberikan informasi yang akurat kepada masyarakat, Apple tidak hanya meluncurkan situs web yang didedikasikan untuk COVID-19, tetapi juga aplikasi yang menyertainya. Demikian sebagaimana dilansir Ubergizmo, Minggu (29/3/2020).

"Aplikasi dan situs web Covid-19 memungkinkan pengguna untuk menjawab serangkaian pertanyaan seputar faktor risiko, paparan, dan gejala terkini untuk mereka sendiri atau orang yang dicintai," kata Apple.

"Pada gilirannya, mereka akan menerima rekomendasi dari The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) untuk melakukan langkah selanjutnya, termasuk panduan social distancing dan isolasi diri, cara memonitor gejala secara cermat, direkomendasikan atau tidaknya tes pada saat ini, dan kapan harus menghubungi penyedia medis," sambungnya.

 

2 dari 3 halaman

Pengguna Kini Bisa Bertanya ke Siri soal Covid-19

Apple baru saja mengumumkan layanan untuk membantu lebih banyak informasi mengenai Covid-19. Terbaru, perusahaan membenamkan informasi seputar Covid-19 di layanan Siri.

Dengan cara ini, seperti dikutip dari Engadget, Senin (23/3/2020), pengguna perangkat Apple dapat bertanya pada Siri apakah mereka terindikasi atau terpapar penyakit Covid-19.

Nantinya, asisten virtual itu akan menjawab dengan memberikan sejumlah pertanyaan terlebih dulu mengenai gejala yang dialami, seperti demam atau masalah pernapasan.

Setelah itu, Siri akan menyarankan pengguna untuk menghindari orang lain jika memang gejala Covid-19 mulai nampak.

Apabila gejala itu mulai terasa ekstrem, asisten virutal ini juga akan meminta pengguna menelpon 911 atau mengunduh aplikasi telehealth untuk konsultasi jarak jauh.

Kendati demikian, perlu diingat bukan berarti Siri dapat benar-benar mengetahui pengguna terpapar Covid-19.

Data yang ada tersedia bersifat umum, sebab diperoleh dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dan Departemen Kesehatan Amerika Serikat.

Namun fitur ini baru tersedia untuk pengguna di wilayah Amerika Serikat. Sementara untuk pengguna di negara lain yang ingin mencoba fitur ini hanya akan diarahkan ke informasi resmi dari departemen kesehatan.

3 dari 3 halaman

Apple Tutup Toko Hingga Galang Donasi

Sebelumnya, Apple juga mengumumkan respons perusahaan terhadap penyebaran virus corona yang terus meluas. Hal itu diungkapkan oleh CEO Apple, Tim Cook, melalui situs resminya.

Salah satu yang dilakukan perusahaan adalah menutup seluruh toko Apple yang berada di luar Tiongkok hingga 27 Maret 2020. hal itu dilakukan untuk melindungi pelanggan dan karyawan.

"Salah satu pelajaran yang kami dapatkan, cara paling efektif meminalisir risiko penularan virus adalah mengurangi kepadatan dan memaksimalkan jarak," tulis Apple sebagai alasan penutupan toko seperti dikutip dari situs resminya, Sabtu (14/3/2020).

Kendati demikian, perusahaan memastikan konsumen masih dapat mengakses toko online Apple. Tidak hanya itu, perusahaan juga membuat aturan agar para karyawan di luar Tiongkok dapat bekerja lebih fleksibel.

Dengan kata lain, para karyawan dapat bekerja jarak jauh apabila memang dimungkinan. Sementara untuk pekerja yang dibutuhkan harus mematuhi pengaturan jarak antar orang.

Perusahaan juga mengatakan untuk para pengguna perangkatnya, aplikasi Apple News kini hadir dengan seksi baru COVID-19. Lewat kanal baru ini, pengguna diharapkan dapat mengetahui informasi terbaru dari sumber terpercaya.

Terakhir, perusahaan juga memiliki komitmen untuk berdonasi sebagai respons bagi penyebaran COVID-19 secara global. Saat ini, menurut Apple, jumlah donasi sudah mencapai USD 15 juta di seluruh dunia.

(Isk/Why)