Sukses

YouTube Bakal Rilis Aplikasi Pesaing TikTok?

Menurut laporan terbaru, YouTube sedang mempersiapkan aplikasi baru yang disebut akan menawarkan pengalaman seperti TikTok.

Liputan6.com, Jakarta - YouTube dikabarkan tengah mempersiapkan aplikasi baru yang disebut-sebut akan menjadi pesaing TikTok. Informasi ini diketahui dari laporan terbaru The Information beberapa waktu lalu.

Dilansir The Verge, Jumat (3/4/2020), aplikasi ini akan diberi nama Shorts. Menurut laporan, Shorts memungkinkan pengguna untuk mengunggah video pendek yang disertai dengan lagu, mirip dengan TikTok.

Nantinya, perusahaan disebut akan memanfaatkan katalog musik berlisensi yang ada di YouTube Music untuk mendukung aplikasi ini.

Saat ini, YouTube memang belum mengonfirmasi soal rumor ini, tapi bocoran lain menyebut aplikasi tersebut siap diungkap dalam waktu dekat.

Langkah YouTube ini disebut tidak lepas dari meroketnya TikTok dalam beberapa tahun terakhir. Oleh sebab itu, masuk akal apabila layanan milik Google tersebut hadir dengan konsep yang serupa.

Laporan dari App Annie menunjukkan bahwa dalam dua tahun terakhir, ada peningkatan pengguna 125 persen di TikTok. Tidak hanya itu, aplikasi itu juga diketahui sudah diunduh hingga ratusan juta kali.

Apabila kabar ini benar, berarti bukan kali pertama layanan milik Google ini mengembangkan fitur yang terinspirasi dari layanan lain. Sebelumnya, platform berbagi video ini juga merilis fitur Stories yang juga ada di Instagram.

Tidak hanya YouTube, Facebook juga dilaporkan pernah mengembangkan aplikasi serupa TikTok. Raksasa media sosial itu bahkan sempat melakukan uji coba aplikasi bernama Lasso itu. 

2 dari 3 halaman

YouTube Batasi Kualitas Video untuk Pengguna di Seluruh Dunia

Terlepas dari kabar di atas, YouTube baru saja mengumumkan akan menurunkan kualitas video yang ada di platformnya untuk pengguna di seluruh dunia. Langkah ini diambil untuk mengurangi beban yang meningkat selama penyebaran virus corona.

Dikutip dari Bloomberg, Sabtu (28/3/2020), dengan keputusan ini, video yang diputar pengguna di YouTube akan secara otomatis ditampilkan dalam kualitas Standar Definition (SD).

Menurut perusahaan, langkah ini akan diterapkan selama satu bulan ke depan. Kendati demikian, perusahaan belum mengungkap kemungkinan perpanjangan keputusan ini.

Meski disetel otomatis ke kualitas SD, pengguna YouTube sebenarnya masih dapat mengubahnya ke kualitas yang lebih tinggi. Hanya, pengaturan bawaan untuk saat ini adalah SD.

Keputusan ini diambil setelah perusahaan menerapkan cara serupa di Eropa. Namun dengan kondisi saat ini, perusahaan akhirnya menerapkan hal tersebut ke seluruh dunia.

YouTube sendiri mengatakan sudah menurukan kualitas video berdasarkan koneksi penggunanya. Google pun mengatakan pihaknya akan terus bekerja sama dengan pemerintah dan operator dalam kondisi saat ini.

"Kami terus bekerja sama dengan pemerintah dan operator di seluruh dunia sebagai upaya kami mengurangi tekanan pada situasi saat ini," tutur Google.

3 dari 3 halaman

Netflix dan YouTube Batasi Kualitas Streaming di Eropa

Sebelumnya, Netflix dan YouTube akan membatasi kualitas streaming selama 30 hari di wilayah Uni Eropa untuk menghindari clogging di server dan peningkatan tagihan listrik. Hal ini dilakukan mengikuti permintaan dari pihak Eropa.

Dilansir GSM Arena, Minggu (22/3/2020), permintaan untuk layanan online mengalami peningkatan tinggi pada level yang belum pernah terjadi sebelumnya. Penyebabnya, isolasi dan karantina mandiri yang tengah diberlakukan terkait penyebaran virus Corona di wilayah Eropa

Netflix diungkapkan akan mengurangi konsumsi data sebesar 25 persen, tapi pengguna tetap akan mendapatkan kualitas gambar cukup bagus. Biasanya, satu jam video streaming di versi standar (480p) mengonsumsi sekira 1GB data, sedangkan HD bisa mencapai 3GB per jam.

YouTube mengatakan telah terjadi beberapa puncak peningkatan, tapi memutuskan untuk mengambil langkah lebih dahulu dan meminimalkan tekanan pada sistem. YouTube disebut untuk sementara mengalihkan semua trafik di Uni Eropa ke versi standar secara default.

Kedua perusahaan mengungkapkan rencana mereka setelah melakukan panggilan telepon dengan European Commissioner untuk Internal Market, Thierry Breton. Ia memuji kedua perusahaan, dan mengatakan mereka mengambil tindakan sangat cepat. Breton menilai langkah ini akan menjaga kelancaran fungsi internet selama krisis Covid-19.

(Dam/Ysl)

Video Terkini