Liputan6.com, Jakarta - Penggunaan Zoom untuk kebutuhan video conference/video group call tengah naik belakangan ini. Hal ini tidak lepas dari situasi yang mengharuskan orang beraktivitas di rumah karena pandemi Covid-19.
Sama seperti tren teknologi lain, penggunaan Zoom yang meningkat juga menarik perhatian pihak tidak bertanggung jawab seperti peretas.
Salah satu yang sedang ramai diperbincangkan adalah Zoom Bombing. Dikutip dari Fortune, Jumat (3/4/2020), dalam sepekan terakhir laporan mengenai insiden ini di Amerika Serikat menurut FBI cukup tinggi.
Advertisement
Bahkan, menurut laporan CNN, dua pengguna Zoom mengajukan gugatan hukum terhadap perusahaan di pengadilan distrik California Utara pekan ini. Salah satu gugatan menuduh aplikasi video itu "telah gagal melindungi informasi pribadi jutaan pengguna perangkat lunaknya."
Baca Juga
Lantas, apa itu Zoom Bombing? Sesuai namanya, insiden ini terjadi saat seseorang yang tidak dikenal masuk ke sebuah pertemuan dan mengacaukannya.
Insiden ini disebut terjadi di seluruh dunia, mulai dari pertemuan sederhana hingga kelas tinggi. Para pelaku biasanya mengacaukan sebuah pertemuan dengan mengatakan hal-hal rasial hingga mengirimkan gambar mengganggu.
Dengan kondisi itu, tentu peserta pertemuan di Zoom akan terganggu dan memilih untuk meninggalkannya. Yang menjadi pertanyaan, mengapa hal ini bisa terjadi?
Bukan Sepenuhnya Salah Zoom
Setelah ditelusuri, aksi Zoom Bombing ternyata kebanyakan bukan berasal dari masalah di platform tersebut. Pengguna sendiri yang menjadi menyebabkan aksi ini terjadi.
Menurut Cofounder dan CEO Cybint Roy Zur, kebanyakan pengguna yang menjadi korban aksi ini biasanya menyetel pertemuan Zoom menjadi publik, sehingga dapat diakses siapa pun yang memiliki tautan pertemuan itu.
Roy mengatakan, pelaku tinggal mencari pertemuan yang digelar melalui Facebook atau media sosial lain dengan mengetik zoom.us. Hal ini dilakukan sebab biasanya tautan pertemuan semacam itu diunggah di media sosial.
Selain itu, ada beberapa forum khusus, seperti di Reddit yang memang ditujukan untuk mengungkap deretan ID pertemuan Zoom Classroom.
Advertisement
Cara Antisipasi Zoom Bombing
Lalu, apa yang dapat dilakukan pengguna Zoom untuk menghindari aksi ini? Jawabannya sederhana, pengguna tidak seharusnya berbagi tautan pertemuan secara publik.
Alih-alih membagikan tautannya di Facebook atau media sosial lain, pengguna dapat memanfaatkan kanal komunikasi lebih privat, seperti lewat email.
Selain itu, setel pertemuan tersebut menjadi 'private'. Saat ini, Zoom sendiri sudah menyetel kondisi awal sebuah pertemuan menjadi 'Private', sehingga diperlukan kata kunci untuk berpartisipasi.
Hal lain yang dapat dilakukan adalah jangan berbagi personal meeting ID, sebab identitas ini tidak berubah. Apabila ingin berbagi identitas, pastikan dilakukan dengan orang yang dipercaya.
Lebih lanjut Ray mengatakan, kerentanan di Zoom memang kebanyakan berasal dari kurangnya pemahaman pengguna ketimbang bug. Hanya, karena kepopuleran terus meningkat, risikonya pun lebih tinggi.
"Seperti biasa, produk dengan kepopuleran tinggi, tentu akan menarik peretas," tutur Ray. Kendati demikian, upaya untuk mengatasi masalah keamanan siber juga terus digalakkan antara lain oleh white-hat hacker.
(Dam/Why)