Liputan6.com, Jakarta - Google melarang aplikasi Zoom terpasang di perangkat kerja milik karyawan. Keputusan ini dilatarbelakangi oleh kekhawatiran akan keamanan aplikasi video-conference tersebut.
"Baru-baru ini, tim keamanan kami memberi tahu karyawan yang menggunakan Zoom Desktop Client, praktik itu tidak akan lagi berjalan di komputer perusahaan karena tidak memenuhi standar keamanan kami untuk aplikasi yang digunakan oleh karyawan kami," kata juru bicara Google Jose Castaneda dikutip dari Reuters.
Advertisement
Baca Juga
Namun, kata Jose, perusahaan masih memperbolehkan karyawan mengakses Zoom lewat aplikasi mobile di smartphone atau browser.
Belakangan ini Zoom memang dihantui masalah keamanan dan privasi, salah satunya adalah Zoom Bombing. Dikutip dari Fortune, Jumat (3/4/2020), laporan mengenai insiden ini di Amerika Serikat menurut FBI cukup tinggi.
Bahkan, menurut laporan CNN, dua pengguna Zoom mengajukan gugatan hukum terhadap perusahaan di pengadilan distrik California Utara pekan ini. Salah satu gugatan menuduh aplikasi video itu "telah gagal melindungi informasi pribadi jutaan pengguna perangkat lunaknya."
Lantas, apa itu Zoom Bombing? Sesuai namanya, insiden ini terjadi saat seseorang yang tidak dikenal masuk ke sebuah pertemuan dan mengacaukannya.
Insiden ini disebut terjadi di seluruh dunia, mulai dari pertemuan sederhana hingga kelas tinggi. Para pelaku biasanya mengacaukan sebuah pertemuan dengan mengatakan hal-hal rasial hingga mengirimkan gambar mengganggu.
Bukan Sepenuhnya Salah Zoom
Dengan kondisi itu, tentu peserta pertemuan di Zoom akan terganggu dan memilih untuk meninggalkannya. Yang menjadi pertanyaan, mengapa hal ini bisa terjadi?
Setelah ditelusuri, aksi Zoom Bombing ternyata kebanyakan bukan berasal dari masalah di platform tersebut. Pengguna sendiri yang menjadi menyebabkan aksi ini terjadi.
Menurut Cofounder dan CEO Cybint Roy Zur, kebanyakan pengguna yang menjadi korban aksi ini biasanya menyetel pertemuan Zoom menjadi publik, sehingga dapat diakses siapa pun yang memiliki tautan pertemuan itu.
Roy mengatakan, pelaku tinggal mencari pertemuan yang digelar melalui Facebook atau media sosial lain dengan mengetik zoom.us. Hal ini dilakukan sebab biasanya tautan pertemuan semacam itu diunggah di media sosial.
Selain itu, ada beberapa forum khusus, seperti di Reddit yang memang ditujukan untuk mengungkap deretan ID pertemuan Zoom Classroom.
Advertisement
Cara Antisipasi Zoom Bombing
Lalu, apa yang dapat dilakukan pengguna Zoom untuk menghindari aksi ini? Jawabannya sederhana, pengguna tidak seharusnya berbagi tautan pertemuan secara publik.
Alih-alih membagikan tautannya di Facebook atau media sosial lain, pengguna dapat memanfaatkan kanal komunikasi lebih privat, seperti lewat email.
Selain itu, setel pertemuan tersebut menjadi 'private'. Saat ini, Zoom sendiri sudah menyetel kondisi awal sebuah pertemuan menjadi 'Private', sehingga diperlukan kata kunci untuk berpartisipasi.
Hal lain yang dapat dilakukan adalah jangan berbagi personal meeting ID, sebab identitas ini tidak berubah. Apabila ingin berbagi identitas, pastikan dilakukan dengan orang yang dipercaya.
Lebih lanjut Ray mengatakan, kerentanan di Zoom memang kebanyakan berasal dari kurangnya pemahaman pengguna ketimbang bug. Hanya, karena kepopuleran terus meningkat, risikonya pun lebih tinggi.
"Seperti biasa, produk dengan kepopuleran tinggi, tentu akan menarik peretas," tutur Ray. Kendati demikian, upaya untuk mengatasi masalah keamanan siber juga terus digalakkan antara lain oleh white-hat hacker.
(Why/Ysl)