Sukses

Heboh Penerima Pesan Stiker di WhatsApp Kena Tarif Rp 250, Ini Faktanya

Ramai pesan berantai yang menyebutkan kalau setiap stiker atau gambar yang dikirimkan di WhatApp, pembayarannya akan dibebankan kepada si penerima senilai Rp 250. Benarkah?

Liputan6.com, Jakarta - Ramai pesan berantai di WhatsApp yang menyebutkan kalau setiap stiker atau gambar dikirimkan di WhatApp, pembayarannya akan dibebankan kepada si penerima senilai Rp 250.

Pesan ini pun mengajak semua orang untuk berhenti memakai stiker agar paket atau uang kita tidak cepat habis untuk memperkaya si pembuat stiker.

Berikut isi pesan berantai tersebut:

"Hindari penggunaan STIKER dlm medsos.

Tahukah teman2 ku di group ini... Kenapa menggunakan stiker, menguntungkan pembuat nya,,,

Setiap stiker atau gambar yg saudaraku krmkan di wa ini pembayarannya dibebankan kpd yg menerima Rp.250,-. Jk aggt group ini ada 20 org sj maka pembuat stiker sdh mendapat uang 20x 250 rupiah utk satu stiker. jika setiap hari di group ini ada 20 stiker en gambar maka pembuat stiker mendapat uang perhari dr group ini = 20 x20x 250 = 100.000 rupiah. Jika dalam 1 bln ,brp kah penghasilan pembuat stiker ???

Saya mengajak semuanya utk stop pakai stiker agar paket / uang kt tdk cepat habis utk memperkaya org yg sdh kaya.

Stiker pada medsos maupun pesan singkat sebenarnya tidak berbahaya. Selain itu bisa didapatkan secara gratis, memang tetap ada stiker yang dijual namun cenderung tidak banyak.

Umumnya penyedia layanan medsos dan aplikasi chat menambahkan emoji, stiker bahkan gif untuk membuat suasana dan keberagaman ekspresi para pemakainya.

Dahulu saat masih BBM, untuk bisa membuat emoji kits harus mengingat karakter yang harus diketik, lalu mulai dalam fitur keyboard ditambahkan. Begitu juga Whatsapp dan lainnya."

Menurut hasil penelusuran Tekno Liputan6.com, Jumat (19/4/2020), pesan berantai yang mengaitkan WhatsApp di atas, dipastikan hoaks atau menyesatkan.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

2 dari 3 halaman

Pendapat Pakar

Hal ini pun ditegaskan oleh pakar keamanan siber Pratama Persadha dan mengatakan kalau pesan tersebut menyesatkan.

"Pesan berantai yang menganjurkan menghindari pemakaian stiker dan akan dibebankan kepada si penerima pada medsos dan aplikasi chat adalah menyesatkan. Milenial cenderung suka berekspresi dengan stiker, lihat bagaimana kesuksesan Line yang akhirnya diikuti oleh Whatsapp," ujar Pratama.

Memang ada perbedaan besaran kuota data dibandingkan teks. Namun ukurannya juga tidak signifikan. Untuk teks, per karakter besar 1 byte, sedangkan stiker umumnya dibawah 50 kilo byte.

"Jadi, penggunaan stiker pada WhatsApp dan lainnya hanya dibebankan pada kuota data. Yang besar di aplikasi chat adalah kirim foto, video, dan dokumen," ucap Ketua Lembaga Riset Keamanan Cyber dan Komunikasi (CISSReC) tersebut.

 

3 dari 3 halaman

Perkembangan Fitur Stiker

Seiring berkembangnya teknologi, selain gif, warganet juga diberikan fitur stiker. Sebagian besar gratis, bahkan kita diberikan keleluasaan untuk membuat sendiri, seperti di Whatsapp.

"Lalu yang berbayar juga ada, namun umumnya sekali beli. Keuntungannya karena sekali beli di toko online yang tersedia, bukan karena dipakai berapa juta orang lalu dikali," kata Pratama menambahkan.

Model monetize-nya berbeda dengan film dan musik streaming yang dihitung per sewa maupun per beli.

Mengenai pesan berantai menyesatkan tersebut, Tekno Liputan6.com pun telah menghubungi pihak WhatsApp untuk memberikan penjelasan.

Hingga berita ini naik, pihak WhatsApp belum memberikan pernyataan.

(Isk/Why)Â