Sukses

Facebook Akan Beli Zoom?

Kesuksesan Zoom disebut-sebut membuat bos Facebook Mark Zuckerberg kepincut dan perusahaan dikabarkan akan membeli Zoom.

Liputan6.com, Jakarta - Belakangan ini aplikasi video conference, seperti Zoom, kerap digunakan untuk berkomunikasi jarak jauh. Tak hanya menyangkut pekerjaan, aplikasi ini juga digunakan masyarakat untuk belajar, silaturahmi, hiburan, dan bahkan beribadah.

Pengguna aktif harian Zoom bahkan tembus hingga 200 juta saat pandemi Covid-19. Angka itu meningkat signifikan, tepatnya 20 kali lipat dalam kurun waktu sekitar tiga bulan sejak akhir 2019.

Kesuksesan Zoom disebut-sebut membuat bos Facebook Mark Zuckerberg kepincut dan perusahaan dikabarkan akan membeli Zoom.

Namun, menurut para pakar regulasi, jika bos Facebook ingin mengakuisi Zoom, tampaknya akan mengalami kesulitan karena perusahaan masih terlibat masalah antitrust dengan Komisi Perdagangan Federal.

Kondisi ini pun bisa mengancam Facebook untuk melepaskan Instagram dan WhatsApp.

Seth Bloom, yang sebelumnya menjabat sebagai penasihat umum untuk Subkomite Senat Antitrust AS, menilai dalam kondisi normal akuisisi Zoom mungkin tidak terlalu bermasalah.

"Facebook mungkin memiliki pangsa pasar nol persen dalam konferensi, jadi kesepakatan itu mungkin," kata Bloom sebagaimana dilansir New York Post, Kamis (30/4/2020).

Ia menambahkan, Facebook pun dapat berargumen bahwa Zoom sangat penting dalam situs ekonomi di tengah pandemi ini sehingga memerlukan perusahaan sekuat Facebook untuk menangani video conferense.

"Saya rasa akuisisi Zoom oleh Facebook akan sulit di kondisi saat ini. Penasihat politik Zuck mungkin akan mengatakan kepadanya kalau ini bukan waktu yang tepat untuk membeli Zoom," ucap Bloom.

2 dari 4 halaman

Facebook Rilis Messenger Rooms

Facebook terus berupaya untuk meningkatkan layanan video call di aplikasi Messenger besutannya. Terbaru, raksasa media sosial itu menambahkan fitur anyar yang disebut-sebut mirip dengan kemampuan Zoom.

Dikutip dari The Verge, Sabtu (25/4/2020), fitur baru ini diberi nama Messenger Rooms. Sesuai namanya, fitur ini memungkinkan pengguna Messenger untuk terhubung secara virtual dengan lebih banyak partisipan hingga 50 orang.

Facebook memungkinkan kreator untuk mengatur apakah Rooms dapat diakses secara terbuka atau membatasi ke partisipan yang mendapat undangan. Kreator Rooms juga dapat menyingkirkan partisipan yang dianggap mengganggu.

Tidak hanya itu, perusahaan juga membuka kanal pelaporan untuk tindakan terlarang yang dilakukan di Rooms. Nantinya untuk mengakses fitur ini, kreator dapat mulai memulainya dari aplikasi Facebook atau Messenger.

Pengguna yang ingin bergabung juga tidak perlu memiliki akun Facebook terlebih dulu. Meski baru dapat dibuat lewat Facebook, ke depannya perusahaan ingin fitur ini dapat diakses pula melalui Instagram Direct, WhatsApp, termasuk Portal.

Pengguna yang sudah tergabung dalam percakapan di Room dapat pula memanfaatkan filter augmented reality atau mengganti latar belakang. Meski tidak ada teknologi end-to-end encryption, perusahaan mengatakan tidak memantau percakapan yang dilakukan melalu fitur ini.

Sebagai informasi, raksasa media sosial ini memang tengah meningkatkan layanan video di hampir seluruh lini produknya, baik dari WhatsApp hingga Instagram. 

Jadi, Facebook telah mengumumkan menambah daftar orang yang bergabung di video call WhatsApp, lalu ada kemampuan video calls di Facebook Dating, termasuk fitur live streaming baru di Instagram.

3 dari 4 halaman

Trafik Grup Video Call di Facebook Melonjak

Facebook sendiri mengakui trafik group video call di platformnya melonjak selama wabah virus corona saat ini.  Hal ini diakui oleh CEO Facebook Mark Zuckerberg.

Dalam data yang dibagikan bulan lalu, lonjakan trafik group video call menggunakan Facebook Messenger mencapai lebih dari 70 persen. Sementara, waktu orang berada dalam group video call meningkat 2 kali lipat secara global.

Dikutip dari CNET, Kamis (26/3/2020), penggunaan fitur voice dan video call di WhatsApp juga meningkat 2 kali lipat dibandingkan tahun lalu, terutama saat masa merebaknya virus corona.

Namun, sebagai platform media sosial nomor satu di dunia, Facebook juga menghadapi tantangan dalam memerangi informasi palsu, hoaks, rumor, dan konspirasi terkait dengan virus ini.

Tetap saja, layanan Facebook menjadi sangat penting bagi pengguna di seluruh dunia untuk saling terhubung. Facebook menyebut, layanannya juga banyak dipakai oleh pemimpin komunitas dan tenaga ahli kesehatan untuk membagikan informasi dan dukungan.

4 dari 4 halaman

Siapkan Infrastruktur Jika Diperlukan

Di Inggris misalnya, satu juta pengguna Facebook mengikuti grup dukungan Covid-19.

Peningkatan aktivitas di Facebook disebut-sebut belum berdampak terhadap kemampuan perusahaan menangani lonjakan trafik. Namun, Mark Zuckerberg menyebut, perusahaan bersiap merespons jika trafik penggunaan meningkat lebih jauh.

"Kami berusaha memastikan, kami bisa tetap melayani pengguna. Saat ini wabah belum sampai puncaknya, kami perlu memastikan infrastrukturnya cukup kuat agar layanan bisa ditingkatkan saat situasi mendesak," kata dia.

(Isk/Why)