Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan keamanan siber Kaspersky memberikan pernyataan terkait dengan jutaan data pengguna e-commerce Indonesia yang menjadi target serangan siber.
Kaspersky memaparkan data penelitian mereka, sebagian besar bisnis di Asia Tenggara mengalami pelanggaran data (53 persen), membayar kompensasi kepada klien atau pelanggan atas pelanggaran data.
Advertisement
Baca Juga
Selanjutnya, pelaku bisnis online pun mengalami masalah dengan menarik pelanggan baru (51 persen), dikenai pinalti atau denda (41 persen), juga kehilangan beberapa mitra bisnis (30 persen).
Dalam hal data, kebocoran informasi pelanggan antara lain adalah identifikasi pribadi, kredensial otentikasi, rincian pembayaran atau kartu kredit, nomor rekening, dan informasi pribadi lainnya.
"Karena akibatnya yang serius, pelanggaran data harus menjadi perhatian utama, terutama bagi perusahaan skala besar yang mengelola jutaan data orang," kata General Manager for SEA Kaspersky Yeo Siang Tiong dalam keterangan resmi yang diterima Liputan6.com, Selasa (5/5/2020).
Ia menambahkan, cara bisnis menyimpan dan menggunakan data pelanggan memainkan peran penting dalam membentuk dan mempertahankan reputasi dan operasinya.
"Pelaku kejahatan siber terus mencoba membobol pertahanan kita, penting bagi perusahaan untuk mengetahui proses, alat, dan orang-orang yang terlibat untuk dapat mendefinisikan risiko dan bagaimana memitigasinya," kata Yeo.
Perlindungan Data Harus Jadi yang Utama
Perlindungan data, menurut Yeo, harus menjadi perhatian utama, baik untuk UKM dan perusahaan besar. Hal ini makin penting saat pandemi Covid-19, di mana, semua hal dilakukan secara online, dari bekerja, sekolah, hingga berbelanja.
"Perusahaan harus meningkatkan pertahanan untuk menjaga keamanan data perusahaan dan pelanggan mereka," ujar Yeo.
Kaspersky pun memberikan saran kepada pelaku bisnis untuk menangkis upaya pelanggaran data:
1. Terapkan pelatihan dan kegiatan yang akan mengedukasi karyawan tentang dasar-dasar keamanan siber, misalnya, untuk tidak membuka atau menyimpan file dari email atau situs web yang tidak dikenal karena dapat membahayakan seluruh perusahaan.
2. Secara berkala mengingatkan staf bagaimana menangani data sensitif, misalnya, untuk hanya menyimpan layanan cloud terpercaya dengan otentikasi diaktifkan, jangan membaginya dengan pihak ketiga yang tidak dipercaya.
Advertisement
Pakai Software Resmi
3. Penggunaan perangkat lunak yang sah, diunduh dari sumber resmi.
4. Memiliki cadangan data penting dan melakukan pembaruan peralatan dan aplikasi TI secara teratur untuk menghindari kerentanan yang tidak tertandingi yang dapat menjadi alasan terjadinya pelanggaran.
5. Gunakan produk titik akhir khusus yang menuntut manajemen minimum yang memungkinkan karyawan untuk melakukan pekerjaan utama mereka namun tetap terlindung dari malware, ransomware, pengambilalihan akun, penipuan online, dan penipuan. Salah satunya adalah Kaspersky Endpoint Security for Business.
Solusi ini bisa membantu melindungi perusahaan dari malware, menjaga server file terlindungi, melindungi detail pembayaran, dan enkripsi data sensitif tetap terlindungi.
(Tin/Ysl)
Â