Liputan6.com, Jakarta - Kejahatan siber bisa menargetkan siapa saja dengan beragam metode, termasuk menyamar sebagai aplikasi. Terlepas dari berbagai metode yang digunakan, salah satu cara utama untuk mengamankan diri dari kejahatan siber dengan menggunakan software berlisensi.
Hal ini diungkapkan oleh Direktur Divisi Anti-Pembajakan Asia - Pasifik dari BSA, Tarun Sawney. "Hal paling penting untuk dilakukan adalah menggunakan software berlisensi, yang dibuat oleh perusahan terpercaya," tuturnya dalam online media briefing pada Selasa (5/5/2020).
Advertisement
Baca Juga
Ia mengungkapkan, software dengan lisensi terpercaya memiliki pertahanan yang sangat kuat. Selain itu, perusahaan-perusahaan yang mengembangkannya juga merilis pembaruan secara reguler.
"Software berlisensi itu juga diperbarui secara reguler, diperkuat keamanan dan kerentanannya diatasi untuk mencegah serangan siber. Berbeda dengan softwre tidak memiliki lisensi, tidak akan ada pembaruan secara resmi," ungkap Tarun.
Di tengah pandemi Covid-19 ini, kata Tarun, banyak perusahaan memberikan penawaran untuk menggunakan software yang baik. Salah satunya Microsoft Office 365 untuk membantu para pekerja lebih produktif.
Penggunaan software berlisensi memberikan jaminan perlidungan yang lebih baik. Terlebih lagi di tengah pandemi Covid-19 ini banyak penjahat siber menyerang korbannya dengan berbagai isu terkait.
"Ancaman itu benar-benar ada, apalagi di tengah Covid-19 ini banyak yang melakukan WFH (Work From Home)," katanya.
BSA Rilis Panduan Atasi Kejahatan Siber di Tengah Pandemi Covid-19
Lebih lanjut, BSA meluncurkan e-book pencegahan terhadap kejahatan siber untuk membantu bisnis di kawasan Asia Tenggara di tengah pandemi Covid-19. Kehadiran e-book bertujuan agar para pelaku bisnis memahami risiko serangan siber, dan langkah mengatasinya dengan tepat selama masa pandemi.
Para penjahat siber tak pernah berhenti melakukan serangannya. Mereka pun memanfaatkan pandemi Covid-19 dan penerapan Work Frome Home (WFH) untuk menyerang korbannya.
Trik yang digunakan pun beragam, termasuk phishing, aplikasi-aplikasi palsu, dan penyebaran virus berbahaya untuk perangkat.
Â
Advertisement
BSA Rilis E-Book
Melihat adanya risiko tersebut, BSA pun merilis e-book berisi berbagai informasi agar perusahaan-perusaaan dapat terhindar dari ancaman siber tersebut. E-book tersebut bertajuk "Covid-19 and Cyber Threats in Southeast Asia."
"BSA berusaha membuat langkah preventif dalam bentuk e-book, yang isinya menginformasikan bagaimana cara mencegah perusahaan-perusahaan dari ancaman siber," jelas Tarun Sawney.
E-book ini bisa diakses di laman cyberfraudpreventions-bsa.com, dan diunduh secara gratis.
Informasi yang ada di dalamnya tersedia dalam tiga bahasa yaitu Bahasa Indonesia, Inggris, dan Vietnam. Kendati dirilis dalam masa pandemi Covid-19, tapi e-book ini tetap dapat digunakan sebgai panduan keamanan siber dalam kondisi apa pun.
Di dalam e-book tersebut antara lain berisi berbagai fakta dan statistik kejahatan siber selama pandemi Covid-19, rekomendasi keamanan untuk para pelaku bisnis di kawasan Asia Tenggara, serta studi kasus dan testimoni dari para pakar di Asia Tenggara.
(Din/Ysl)