Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan di balik Snapchat, Snap Inc, mengatakan tidak akan lagi mempromosikan akun Presiden Amerika Serikat (AS), di bagian Discover.
Hal ini disebabkan komentar pedas yang dibuat Trump pada pekan lalu, membuat akunnya tidak memenuhi syarat untuk ada di bagian kurasi konten baru tersebut.
Baca Juga
"Kami tidak akan memperkuat suara yang menghasut kekerasan rasial dan ketidakadilan dengan memberikan mereka promosi gratis di Discover," jelas Snap melalui pernyataan resminya, seperti dikutip dari Reuters, Kamis (4/6/2020).
Advertisement
"Kekerasan rasial dan ketidakadilan tidak memiliki tempat di sini, dan kami berdiri bersama dengan semua orang yang mencari perdamaian, cinta, kesetaraan, dan keadilan di Amerika," demikian keterangan yang tertulis.
Kendati demikian, Snap mengungkapkan akun Trump tetap bisa diakses oleh semua orang.
Pernyataan CEO Snap
Snap tidak merinci komentar Trump yang dianggap menghasut. Namun Chief Executive Officer (CEO) Snap, Evan Spiegel, mengatakan kepada para karyawan melalui sebuah memo, ia akan "mengikuti pembicaraan" pada konten yang memecah belah, serta "peninggalan kekerasan rasial dan ketidakadilan di Amerika".
Ia mengatakan, "Bagian Discover adalah platform kurasi, tempat kami memutuskan apa yang kami promosikan". Keputusan Snap menghapus konten Trump dari Discover dibuat pada akhir pekan lalu.
Sementara Snap tidak merinci konten yang dimaksud, Twitter pada pekan lalu memicu kehebohan dengan menempatkan label pada beberapa twit Trump.
Twit tersebut ditandai karena dianggap melanggar aturan tentang informasi yang menyesatkan dan mengagungkan kekerasan, termasuk menggunakan frasa yang dituduh rasial "ketika penjarahan dimulai, penembakan dimulai".
Di sisi lain, Facebook menolak mengambil tindakan apa pun terhadap unggahan yang sama. Hal ini memicu protes dari para karyawan.
Advertisement
Komentar Kompetitor dan Manajer Kampanye
Rival Trump dari Demokrat, Joe Bidan, memanfaatkan keputusan Snap tersebut. Ia melalui sebuah video yang diunggah ke Snapchat mengatakan, bangga mencalonkan diri sebagai presiden, dan masih berada di Snapchat.
Manajer kampanye Trump, Brad Parscale, menuding Snap mencoba mencurangi pemilihan dengan mempromosikan Biden sambil menekan konten Trump. "Snap mempromosikan video kerusuhan, dan mendorong pengguna untuk menghancurkan Amerika," katanya.
(Din/Ysl)